Sukses

Moskow Desak AS Bebaskan Perempuan Rusia yang Ditahan Atas Tuduhan Mata-mata

Liputan6.com, Moskow - Moskow mendesak Washington DC untuk segera membebaskan wanita warga negara Rusia yang ditahan di Amerika Serikat atas tuduhan melakukan tindakan spionase dan mencampuri urusan politik di Negeri Paman Sam, sebelum dan sesudah periode Pilpres AS 2016.

Desakan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sambungan telepon pada Sabtu, 21 Juli 2018 --menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri Rusia.

Lewat sambungan itu, Lavrov juga mengatakan kepada Pompeo bahwa tuduhan yang dialamatkan oleh lembaga penegak hukum AS kepada Maria Butina --nama sang wanita-- adalah palsu dan dibuat-buat. Demikian seperti dikutip dari The New York Times, Minggu (22/7/2018).

Sebelumnya, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jaksa dari Kementerian Hukum dan Kehakiman AS menuduh Maria Butina melakukan spionase dengan menyusup ke organisasi-organisasi politik, termasuk Asosiasi Pemilik Senjata Api Nasional Amerika (NRA), sebelum dan setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden pada tahun 2016.

Maria Butina juga dituduh mendapatkan akses ke kalangan konservatif dalam upaya untuk mempengaruhi kaum Partai Republik.

Kementerian Hukum dan Kehakiman AS juga menuduh Butina terlibat dalam serangkaian penipuan selama beberapa tahun.

Lavrov mengatakan kepada Pompeo bahwa tuduhan itu palsu dan tidak dapat diterima sama sekali. Oleh karenanya, Lavrov menegaskan bahwa Maria Butina harus segera dibebaskan.

Maria Butina pun telah membantah tuduhan pemerintah AS bahwa ia bekerja sebagai agen asing atau mewakili kepentingan Rusia.

Menyikapi hal tersebut, Moskow melakukan upaya pembelaan besar-besaran kepada Butina. Pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Rusia memulai kampanye media sosial di akun Twitter-nya, menyatakan bahwa mereka memobilisasi "flash mob" digital untuk menuntut pembebasan Butina.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri AS tidak segera berkomentar mengenai percakapan telepon antara Lavrov-Pompeo. Kendati demikian, sangat diyakini bahwa tak mungkin AS akan tiba-tiba membebaskan Maria Butina usai sambungan telepon tersebut.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menjembatani Oknum Rusia-AS?

Maria Butina (29) yang dituntut dalam penyelidikan federal terkait campur tangan pada pemilu presiden AS pada 2016, disebut mendapat perintah langsung dari pusat kekuasaan Rusia di Kremlin, Moskow.

Ia juga dituduh terlibat dalam "organisasi penyusup yang memiliki pengaruh dalam politik Amerika, dan bertujuan memajukan kepentingan Federasi Rusia".

Dikutip dari Independent pada Selasa 17 Juli 2018, Butina bersama beberapa pejabat militer Rusia didakwa dalam penyidikan dugaan campur tangan pemilu AS 2016, yang dipimpin oleh Penasihat Khusus Robert Mueller.

Sebagian besar dari keseluruhan terdakwa adalah perwira intelijen, yang diduga kuat melakukan peretasan via serangan terkoordinasi di Komite Nasional Demokrat, kampanye Donald Trump, dan kantor pribadi Hillary Clinton.

Kehadiran sosok Butina dapat dilihat dalam rekaman video di salah satu kampanye Donald Trump pada 2015 lalu, di mana ia mengajukan pertanyaan tentang bagaimana visi tehadap hubungan AS dan Rusia.

Presiden Trump menjawab bahwa dia mempertimbangkan untuk mencabut sanksi terhadap Kremlin, mengatakan kepadanya: "Saya yakin saya akan berteman baik dengan Putin ... Saya tidak berpikir Anda akan membutuhkan sanksi."

Butina, yang ditangkap pada Jumat, 13 Juli 2018, juga dituduh bekerja di bawah perintah langsung salah seorang pejabat tingkat tinggi di pemerintahan Rusia, yang konon dulunya merupakan sosok penting di parlemen dan bank sentral Rusia.

Tuduhan itu juga berkaitan dengan temuan bukti bahwa Butina pernah menjembatani oknum pejabat tinggi Rusia tersebut dengan beberapa figur politik AS, yang dekat atau terkait dengan kampanye Trump pada pemilu 2016.

"Orang nomor satu AS (Donald Trump) bekerjasama dengan Butina untuk mengatur perkenalan (orang Rusia) dengan orang-orang Amerika yang memiliki pengaruh politik, termasuk organisasi yang mempromosikan hak-hak senjata ... untuk tujuan memajukan agenda Federasi Rusia," bunyi surat dakwaan.

Ditambahkan oleh laporan surat kabar Washington Post, advokasi yang dilakukan oleh Butina terhadap isu senjata dan ketertarikan dalam politik AS telah terdokumentasi dengan baik.

Koran yang berbasis di Washington DC itu menggambarkan Butina sebagai "aktivis progresif" yang "mendirikan kelompok berjuluk Hak Beruang Senjata" pada tahun 2017.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.