Sukses

22-7-2005: Tragedi Polisi Inggris Salah Tembak Pelaku Bom

Tepat 13 tahun silam, 22 Juli 2005, seorang pria terpaksa ditembak mati oleh polisi saat proses pemeriksaan keamanan. Polisi mengira lelaki tersebut adalah pelaku bom, tapi ternyata bukan.

Liputan6.com, London - Tahun 2005 menjadi tahun yang kelam bagi Inggris. Pada tahun itu, negeri kerajaan tersebut dilanda teror bom sebanyak dua kali dalam satu bulan. Bom pada 7 Juli dan 21 Juli 2005 melanda London. Sejak itu, polisi memburu pelaku dan mengerahkan armadanya secara besar-besaran.

Keamanan pun diperketat. Setiap orang yang masuk tempat umum dan strategis akan diperiksa. Namun hal itu memicu tragedi lain. Tepat 13 tahun silam, 22 Juli 2005, seorang pria terpaksa ditembak mati oleh polisi saat proses pemeriksaan keamanan. Polisi mengira lelaki tersebut adalah pelaku bom, tapi ternyata bukan.

Seperti dimuat BBC, pria tersebut ditembak setelah menolak menuruti instruksi polisi dalam proses pemeriksaan. Awalnya polisi sangat meyakini bahwa pemuda yang kemudian diketahui bernama Jean Charles de Menezes itu adalah salah satu tersangka pengeboman.

Selain menembak pria yang dicurigai terkait pengeboman, polisi Inggris juga menangkap lelaki lain di sebuah flat, yang juga diduga punya andil dalam aksi terorisme.

Komisioner Polisi Metro London Sir Ian Blair mengatakan, sangat yakin bahwa keputusan penembakan yang dilakukan pihaknya terkait pengeboman pada satu hari sebelumnya.

Namun berdasarkan hasil penyelidikan, Jean Charles de Menezes tidak bersalah. Ia sama sekali tak terkait aksi teror bom di London. Dalam laporan, disebutkan bahwa Jean Charles ditembak sebanyak tujuh kali pada bagian kepala.

Mewakili polisi, Perdana Menteri Tony Blair meminta maaf atas kekeliruan tersebut. Dia mengatakan pemerintah akan mengusut insiden itu. Namun pihak keluarga menolak memberi maaf.

Kasus ini kemudian diproses ke Pengadilan Inggris pada 19 Januari 2006, namun ternyata pada Juli 2006 kejaksaan memutuskan bahwa tidak ada polisi yang bisa dijerat atas kasus ini, karena dianggap "kurang cukup" bukti. Artinya, sulit untuk mengetahui polisi mana yang bertanggung jawab, karena saat itu disinyalir ada sejumlah polisi yang menembak Jean.

"Keputusan untuk tidak menjerat polisi, bukan berarti kegagalan untuk menginvestigasi kasus ini, atau karena tidak toleran dan indikasi kolusi terhadap hukum, tapi karena setelah melihat bersama, jaksa memutuskan bahwa fakta kasus ini kurang cukup untuk menjerat seseorang," demikian pernyataan pengadilan Inggris.

Sementara itu, Komisi Independen untuk Pengaduan Polisi memutuskan hal serupa. Bahwa tidak ada tindakan pelanggaran indisipliner yang dilakukan polisi dalam penembakan tersebut. Namun demikian, di bawah Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kepolisian Metro London didenda sebesar 175 ribu pound sterling ditambah 385 ribu pound sterling.

Tragedi 'bom London 7 Juli 2005' terjadi di jaringan transportasi umum kota itu pada pagi waktu setempat, saat jam-jam padat. Setidaknya korban jiwa mencapai 56 orang. Empat ledakan terjadi di tiga jalur kereta api bawah tanah dan sebuah bus di pusat Kota London.

Keempat ledakan tersebut diperkirakan dilakukan oleh teroris dan terjadi tepat pada saat konferensi G8 dibuka di Skotlandia, sore hari sehari sebelumnya.

Kemudian pada 21 Juli 2005, teror bom kembali terjadi di London, Inggris. Namun serangan ini terbilang gagal, karena ledakannya kecil. Bom ditemukan di Stasiun Kereta Bawah Tanah Oval, Warren Street, Stasiun Bus Kota Shepherd serta Hackney.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.