Sukses

Unggah Foto Bareng Putranya, Ivanka Trump Banjir Kritik

Liputan6.com, Washington, DC - Protes online tertuju pada putri kesayangan Donald Trump, Ivanka Trump, setelah perempuan berusia 36 tahun tersebut mengunggah foto dirinya tengah memeluk putranya yang berusia dua tahun. Karena pada saat bersamaan, laporan-laporan yang menyebutkan anak-anak dipisahkan dari ibu mereka oleh agen perbatasan Amerika Serikat meluas.

Komedian Patton Oswalt adalah salah satu dari ribuan orang yang mengomentari unggahan Ivanka Trump tersebut. Ia menarik relasi antara foto yang di-posting Ivanka Trump dengan pemisahan keluarga di perbatasan di bawah kebijakan yang digariskan Trump.

 

My ♥️

A post shared by Ivanka Trump (@ivankatrump) on

"Bukankah itu yang terbaik untuk merengkuh si kecil Anda--mengetahui persis di mana mereka berada, aman di pelukan Anda? Itu yang terbaik. Benar kan, Ivanka?" tulis Oswalt seperti dikutip dari The Guardian, Senin (28/5/2018).

Kemarahan terhadap Ivanka Trump juga dilontarkan oleh sejumlah ibu yang memintanya untuk merenungkan bagaimana rasanya jika dipisahkan secara paksa dari anaknya.

"Anda adalah ibu dari tiga anak. Begitu juga saya. Bayangkan seseorang berseragam ICE mengambil bayi Anda dan Anda tidak pernah melihat mereka lagi. Inilah yang terjadi, berkat kebijakan ayah Anda. LAKUKAN SESUATU," tulis pemilik akun @litbrit.

Brian Klaas, seorang pengajar tidak tetap di London School of Economics dan mantan ahli strategi partai Demokrat menuliskan, "Ini benar-benar ketulian yang luar biasa, mengingat kemarahan publik meningkat atas bocah-bocah yang direnggut paksa dari tangan orang tua mereka di perbatasan--sebuah kebijakan barbar di mana Ivanka Trump terlibat dalam mendukungnya."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Kontroversial

Sebelumnya, keluarga yang dicurigai melintasi perbatasan secara ilegal diizinkan untuk tetap bersama sampai kasus mereka diselesaikan. Pada awal Mei, Jaksa Agung Jeff Sessions mengumumkan kebijakan "tanpa toleransi" terkait imigrasi ilegal.

Seorang pejabat Kementerian Keamanan Dalam Negeri mengatakan kepada Reuters, "Mereka yang ditangkap akan dikirim langsung ke pengadilan federal di bawah tahanan US Marshals Service, sementara anak-anak mereka akan dipindahkan ke tahanan Health and Human Services of Refugee Resettlement."

Pada hari Jumat, Laura St John dari Florence Project, sebuah lembaga nonprofit di Arizona yang memberikan layanan hukum kepada keluarga migran mengatakan bahwa kebijakan tersebut telah berlaku selama berbulan-bulan, mengarahkan agen perbatasan untuk memisahkan anak-anak--minimal satu tahun--dari orang tua mereka.

Bulan April, laporan The New York Times menyimpulkan bahwa "lebih dari 700 anak telah diambil dari orang dewasa yang mengaku sebagai orang tua mereka sejak Oktober, termasuk lebih dari 100 anak di bawah usia empat tahun". The Times juga melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat telah kehilangan jejak hampir 1.500 anak migran yang datang sendirian ke perbatasan.

Melalui sebuah twit pada hari Sabtu, Donald Trump, menyalahkan Demorat terkait dengan kebijakan pemisahan.

"Berikan tekanan pada Demokrat untuk mengakhiri hukum mengerikan yang memisahkan anak-anak dari orang tua mereka setelah mereka menyeberangi perbatasan ke AS," tulis Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.