Sukses

Bercocok Tanam di Atap Gedung Jadi Pelepas Stres Warga Hong Kong

Beberapa warga Hong Kong mengaku lebih bahagia ketika bercocok tanam di atap gedung. Ini kisahnya.

Liputan6.com, Hong Kong - Sebuah tren unik tengah digemari oleh warga Hong Kong, dan diklaim mampu memberikan kebahagiaan lebih besar dibandingkan menyantap makanan lezat.

Jauh di ketinggian ratusan meter di atas permukaan laut, beberapa pekerja muda tampak asyik memanen sayur dan buah di beberapa puncak gedung pencakar langit di kota pelabuhan tersibuk di kawasan Timur Jauh itu.

Dilansir dari Boston Herald pada Rabu (28/3/2018), beberapa penggiat kegiatan unik ini tampak bahagia memanen selada mentega, selada India dan daun mustard China dalam barisan kebun hidroponik di bekas area helipad, di puncak gedung Bank of America Tower.

Dari puncak gedung setinggi 38 lantai itu, para pekerja memanen sayuran dengan ditemani latar pemandangan indah Pelabuhan Victoria dan bukit pulau Hong Kong, yang tampak dramatis karena diselimuti kabut tipis.

"Meski ini sangat kotor, tapi saya sangat menikmatinya," kata Catherine Ng, salah satu dari lima sukarelawan yang bekerja untuk perusahaan properti yang mengelola menara itu.

Pertanian unik ini dijalankan oleh Rooftop Republic, startup berusia tiga tahun yang para pendirinya sedang menumbuhkan minat pada makanan organik, dan mengambil keuntungan dari ruang atap yang tidak terpakai di kota bekas koloni Inggris itu.

Hong Kong, dengan blok-blok perkantorannya yang ramping, dan menara-menara apartemen serta penduduknya yang sibuk dan makmur, mungkin tampak sebagai tempat yang tidak mungkin bagi pengembangan pertanian di atap.

Meski Hong Kong memiliki banyak kawasan hijau di pinggirannya Namun, area yang bisa digunakan untuk pertanian hanya berkisar 18 persen dari total luas wilayahnya.

Hal itu bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan nabati untuk setengah penduduknya, yang kini mencapai angka 7.94 juta jiwa.

"Kami semakin tertarik dengan orang-orang yang ingin menanam makanan mereka sendiri," kata Michelle Hong, salah seorang penggagas tren tersebut.

"Muncul kesadaran di benak masyarakat, bahwa banyak makanan yang mereka konsumsi mungkin sarat dengan pestisida. Saya pikir orang-orang ingin memiliki lebih banyak kontrol, dan juga kepercayaan yang lebih terhadap sayur dan buah yang disantapnya," lanjut Michele.

Saat ini, kegiatan bercocok tanam di atas gedung tersebut, baru difokuskan pada gedung-gedung di kawasan pusat kota di pulau Hong Kong dan pesisir Kowloon.

 

Simak video tentang penemuan bom sisa Perang Dunia II seberat 500 kilogram di Hong Kong berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bentuk Ketahanan Pangan Alternatif

Hong Kong mengimpor hampir semua sumber pangannya, yang sebagian besar berasal dari China daratan.

Kesadaran publik tentang keamanan pangan di bekas koloni Inggris telah meningkat, setelah skandal kontaminasi makanan, yang tak terhitung jumlahnya, terjadi di wilayah pusat teritorial China.

Rooftop Republic telah mengubah rata-rata satu atap gedung setiap bulannya, untuk bercocok tanam. Total transisi lanskap puncak bangunan tersebut telah mencapai sekitar 2.800 meter persegi, sejak pertama kali digagas dua tahun lalu.

Lahan pertanian di atap gedung Bank of America adalah tonggak sejarah bagi tren ini, karena merupakan yang pertama dibuka di kawasan pusat keuangan kota itu.

Adapun hasil panennya ditujukan untuk bank makanan, yang nantinya dimanfaatkan sebagai bahan baku sajian menu yang dibagikan kepada para tunawisma.

Sementara itu, puluhan area pertanian atap lainnya banyak dibangun di puncak gedung hotel, restoran, dan pusat komersial. Hasil dari panennya, sebagian dijual melalui situs resmi Rooftop Republic, dan sisanya dimanfaatkan secara pribadi oleh pengelola bersangkutan.

Banyak kelompok atau individu lain telah mulai membudidayakan kebun sayuran di atap mereka sendiri, kata Matthew Pryor, seorang profesor arsitektur di Universitas Hong Kong.

Penelitian Pryor menemukan sekitar 1.500 area pertanian atap di Hong Kong, dan berhasil mengubah sekitar satu setengah hektar area pasif menjadi lebih bermanfaat.

"Ada potensi peningkatan jumlah peminat tren ini hingga 50.000 orang, dan pemanfaatkan lahan atap hingga seluas 600 hektar," jelas Pryor.

Menurutnya, kegiatan bertani di atas atap telah terbukti mengurangi tingkat stres warga yang melakukannya. Mayoritas penduduk Hong Kong yang terlalu banyak bekerja dan terisolasi secara sosial, mengaku merasa lebih bahagia ketika membiarkan mereka bergaul dengan banyak orang, seraya bercocok tanam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.