Sukses

SBY: Politik Bebas Aktif Bukan Berarti Indonesia Negara Lemah

SBY mengatakan, kebijakan bebas aktif telah menjadi jiwa dari Indonesia. Lebih baik banyak teman daripada musuh.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan mantan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao menjadi pembicara dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy 2016 : Finding Indonesia's Place In The Brave New World  yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Pada awal diskusi, Xanana mengaku terkejut melihat penonton yang didominasi kaum muda.

"Banyak sekali orang muda yang hadir di sini," ucap Xanana, Sabtu (17/9/2016). "Saya di sini sudah tua, kalau Bapak SBY sekarang usia berapa?" tanya dia kepada Ketua Umum Partai Demokrat tersebut.

Pertanyaan Xanana dijawab dengan candaan. "30 tahun," ucap SBY, lalu tertawa lebar.

Dalam paparannya, SBY mengungkapkan kebijakan politik luar negeri yang diambil di masa pemerintahannya.

SBY menyatakan saat ia memerintah ada kebijakan yang sifatnya melanjutkan sudah ada dan telah menjadi tradisi Indonesia.

"Sejak Bung Karno, Pak Soeharto, Pak BJ Habibie, Pak Gus Dur, Ibu Megawati hingga saya, Indonesia selalu menganut politik (luar negeri) bebas aktif," ucap SBY.

"Kebijakan itu sudah menjadi jiwa dari Indonesia. Saya melakukan itu selama 10 tahun memerintah," tambah dia.

SBY menyebut, meski dasarnya sama, pada zamannya juga ada sedikit perbedaan. Ia mengambil kebijakan luar negeri tambahan yang sesuai kondisi dunia saat itu.

"Dari polisi bebas aktif lalu saya tambahkan tapi masih dalam satu kesatuan yaitu all direction foreign policy," tambah dia.

Kebijakan itu, kata SBY, melahirkan gagasan thousand friends zero enemy. Yang intinya, Indonesia siap berteman dengan siapa saja di dunia.

"Tak ada lagi blok barat dan timur enggak ada  lagi kubu komunis dan kapitalis, kita ingin bersahabat  berpatner dengan semuanya. Lebih baik punya banyak kawan dari pada musuh," ucapnya.

Pada kesempatan ini pun, SBY menjawab kritikan atas kebijakan luar negeri.

Ia mengakui telah mendengar kritikan bahwa dengan menerapkan sistem thousand friend zero enemy ini tak punya ketegasan di dalam pergaulan internasional.

"Katanya ini tidak tegas, tidak tegas apanya? Masa kalau tak ada angin tak ada hujan kita cari musuh. Kalau teman kita banyak ya kita itu beruntung. Kalau musuh kita banyak kita ini jadi susah," sambung dia.

SBY pun menegaskan, saat memimpin RI, ia siap tegas bahkan garang jika kepentingan Indonesia dan kedaulatan Indonesia diganggu.

"Kalau ada yang menggangu itu, tentu kita tidak ada toleransi," pungkas dia.

Dunia Sudah Kehilangan Cinta

Sementara itu, presiden pertama Timor Leste, Xanana Gusmao, menyoroti kedaan dunia saat ini. Ia mengaku prihatin melihat situasi global.

"Dunia ini sudah kehilangan love," ucap Xanana.

Pendapat ini muncul saat ia berkesempatan mengunjungi beberapa negara di dunia yang dilanda perang.

"Saya ke Afghanistan, ke Republik Afrika Tengah, mereka saling bunuh karena perbedaan agama tanpa henti," tutur dia.

Kesempatan itu, dipakai Xanana untuk berpikir kenapa manusia bisa berbuat keji. Dia pun merasa beruntung di negaranya tak ada situasi seperti itu.

"Saya ke sana, saya tanya 'kalian merdeka tahun 1960-an, kami merdeka tahun 2002, kami ada kemajuan tapi kalian belum ada'," tambahnya.

Xanana mengatakan, perlu ada solusi konkrit yang diambil. Tanpa ragu ia mendorong Indonesia mengambil peran aktif demi mendamaikan dunia.

"Indonesia harus punya peran untuk ciptakan perdamaian dunia," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini