Sukses

Korelasi Bitcoin dan Pasar Saham Meningkat, Investor Perlu Waspada

Korelasi antara Bitcoin dan indeks S&P 500 semakin terlihat jelas. Hal ini menunjukkan pergerakan aset digital seperti Bitcoin kini juga sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar keuangan tradisional.

Diperbarui 08 Mei 2025, 06:00 WIB Diterbitkan 08 Mei 2025, 06:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan harga Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah mengalami lonjakan ke level tertinggi USD 98.200 atau setara Rp1,61 miliar (asumsi kurs Rp16.475 per dolar AS) pada Jumat, 2 Mei 2025 namun langsung dibayangi penurunan ke bawah USD 96.000 atau setara Rp1,58 miliar selama akhir pekan. 

Melansir dari Coinmarketcap, Kamis (8/5/2025), fluktuasi tajam ini menimbulkan kewaspadaan di kalangan investor karena pasar kripto terus dihantui oleh likuiditas yang menipis dan kekhawatiran global yang meningkat.

Kini, korelasi antara Bitcoin dan indeks saham S&P 500 semakin terlihat jelas. Hal ini menunjukkan pergerakan aset digital seperti Bitcoin kini juga sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar keuangan tradisional. 

Meskipun masih ada harapan Bitcoin bisa mencapai level psikologis USD 100.000, kondisi ekonomi global dan keputusan bank sentral terutama pertemuan Federal Reserve yang akan datang tetap menjadi faktor penentu.

Harga Bitcoin Tiba-tiba Turun, Apa Penyebabnya?

Setelah reli kuat yang didorong oleh dukungan institusional, Bitcoin gagal mempertahankan momentumnya. Harga anjlok pada Sabtu dan Minggu ke bawah USD 96.000, mencerminkan ketidakpastian pasar yang belum menemukan pijakan kuat. 

Meski begitu, secara mingguan Bitcoin masih mencatatkan kenaikan sebesar 4,5%, dan dalam sebulan terakhir tumbuh 12,8%, berkat aliran dana dari ETF dan aksi beli oleh perusahaan-perusahaan besar asal AS.

Minimnya volume perdagangan dan belum terbentuknya level resistensi yang solid membuat banyak pelaku pasar lebih berhati-hati. Ethereum, sebagai aset kripto terbesar kedua, juga ikut terdampak. 

Kegagalannya mempertahankan harga di atas USD 1.900 menjadi indikasi lemahnya keyakinan pasar dalam jangka pendek, apalagi ditambah dengan penurunan aktivitas pada pasar berjangka.

2 dari 4 halaman

Peringatan dari Tom DeMark: Pasar Saham Bisa Berbalik Arah

Analis pasar kawakan Tom DeMark, pencipta indikator teknikal TD Sequential, memberikan peringatan serius terhadap pasar saham AS. Ia mencermati indeks S&P 500 berpotensi mengalami pembalikan tren jika mencetak dua penutupan tertinggi baru.

"Jika indeks S&P 500 membentuk dua puncak penutupan baru, itu mungkin menunjukkan pembalikan tren,” tulis DeMark.

Dia menuturkan, risiko pasar global semakin tinggi akibat kondisi likuiditas yang ketat dan tekanan ekonomi yang terus bertambah. Harapan investor terhadap kebijakan tarif yang lebih longgar jika Trump kembali menjabat serta potensi penurunan suku bunga memang memberi sentimen positif, namun belum cukup untuk meredam kekhawatiran secara keseluruhan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 4 halaman

Bhutan Jual Bitcoin untuk Biayai Program Kesehatan dan Gaji PNS

Sebelumnya, Pemerintah Kerajaan Bhutan, melalui perusahaan investasi milik negara Druk Holding and Investments (DHI), secara diam-diam menjual 2.584 Bitcoin (BTC) dalam rentang waktu 40 hari terakhir. Langkah ini menurunkan cadangan Bitcoin negara tersebut senilai hampir USD 248 juta atau setara Rp4,08 triliun (asumsi kurs Rp16.476 per dolar AS) dalam bentuk aset digital.

Melansir Bitcoin.com, Selasa (6/5/2025), pada 24 Maret 2025, data dari Arkham Intelligence menunjukkan bahwa Bhutan masih memiliki 10.070 BTC, menempatkannya sebagai negara keempat terbesar di dunia dalam hal kepemilikan Bitcoin.

Namun, saat ini angka itu telah menurun menjadi 7.486 BTC, yang nilainya diperkirakan mendekati USDD 720 juta. Penurunan tersebut mencerminkan penjualan sebanyak 2.584 BTC dalam waktu sekitar 40 hari.

Penjualan Untuk Program Kesehatan Nasional dan PNS

Semua koin yang dijual selama periode tersebut dikirim ke alamat wallet yang tidak diketahui, sehingga menimbulkan spekulasi mengenai tujuan dan pihak penerima. Hingga kini, pemerintah Bhutan maupun DHI belum memberikan pernyataan resmi terkait penjualan ini.

Yang menarik, tidak seperti negara lain yang membeli Bitcoin di pasar terbuka, Bhutan memperoleh seluruh cadangan BTC-nya dari hasil mining (penambangan).

Meskipun belum ada pernyataan resmi bulan ini, Perdana Menteri Bhutan Tshering Tobgay sebelumnya mengungkapkan hasil dari likuidasi Bitcoin digunakan untuk mendanai program kesehatan nasional dan penyesuaian upah bagi pegawai sektor publik.

Langkah ini menunjukkan Bhutan kemungkinan menjual sebagian aset digitalnya untuk memperkuat program pembangunan dan sosial dalam negeri.

 

4 dari 4 halaman

Bhutan Tetap Jadi Salah Satu Pemilik Bitcoin Terbesar di Dunia

Meskipun cadangannya berkurang, Bhutan masih mempertahankan posisinya sebagai negara keempat dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia, mengungguli El Salvador yang saat ini memiliki 6.166 BTC.

Berikut daftar lima besar negara dengan cadangan BTC terbanyak:

Amerika Serikat: 198.012 BTC

Inggris: 61.245 BTC

Korea Utara (melalui kelompok Lazarus): 8.358 BTC

Bhutan: 7.486 BTC

El Salvador: 6.166 BTC

Meski menyimpan Bitcoin, Inggris menjadi satu-satunya negara dalam daftar ini yang tidak mengelola kepemilikan BTC sebagai bagian dari strategi ekonomi jangka panjang.

 

 

  • Bitcoin seperti emas digital yang menawarkan dua pilihan yaitu sebagai alat investasi dan pembayaran.

    Bitcoin

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Aset kripto digunakan sebagai investasi komoditi yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka.

    Kripto

  • Investor

  • Crypto

EnamPlus