Liputan6.com, Jakarta - Proyek kripto yang dikembangkan oleh CEO OpenAI, Sam Altman, tengah menjadi sorotan sejumlah otoritas di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam beberapa pekan terakhir, jagat media sosial diramaikan dengan unggahan yang memperlihatkan antrean masyarakat untuk melakukan pemindaian bola mata demi memperoleh aset kripto bernama Worldcoin.
Lalu, berapa nilai Worldcoin saat ini? Mengacu pada data dari Coinmarketcap per Selasa (6/5/2025), harga Worldcoin (WLD Coin) tercatat sekitar USD 0,8691, atau setara dengan Rp14.279 jika menggunakan asumsi kurs Rp16.430 per dolar AS.
Baca Juga
Masalah Provasi
Proyek Worldcoin, yang kini berganti nama menjadi World, digagas oleh Sam Altman (CEO OpenAI), Max Novendstern, dan Alex Blania. Proyek ini bertujuan menciptakan sistem identitas digital global (World ID) dan mata uang kripto (WLD) untuk mengatasi dua masalah besar: verifikasi identitas digital global tanpa mengorbankan privasi, serta distribusi ekonomi global yang lebih adil. Sistem ini bekerja dengan tiga komponen utama: World ID, World App, dan token WLD.
Advertisement
World ID merupakan identitas digital unik yang diverifikasi melalui pemindaian iris mata menggunakan perangkat bernama 'The Orb'. Pemindaian ini menghasilkan IrisCode unik yang dienkripsi dan dihubungkan ke World ID tanpa menyimpan data pribadi seperti nama atau alamat. Sementara itu, World App berfungsi sebagai dompet digital yang menghubungkan World ID dengan token WLD, memungkinkan berbagai transaksi digital. Token WLD sendiri merupakan mata uang kripto berbasis Ethereum yang diberikan sebagai insentif kepada pengguna yang telah memverifikasi identitas mereka.
Tujuan utama Worldcoin adalah memberikan identitas digital yang aman bagi setiap individu, memberikan akses ke sistem keuangan berbasis blockchain, dan mendorong distribusi kekayaan yang lebih merata. Namun, proyek ini juga menuai kontroversi.
Isu privasi terkait pengumpulan data biometrik menjadi sorotan utama, bahkan memicu penyelidikan dan peringatan dari berbagai negara, termasuk Indonesia yang telah membekukan izin World ID dan Worldcoin melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Isu Privasi dan Keamanan Data
Kekhawatiran utama seputar Worldcoin adalah isu privasi. Penggunaan pemindaian iris mata untuk verifikasi identitas menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan dan perlindungan data pengguna. Bagaimana data biometrik ini disimpan, diproses, dan diproteksi dari akses yang tidak sah menjadi pertanyaan krusial yang belum terjawab secara memuaskan oleh pihak Worldcoin. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan data menjadi sangat penting untuk membangun kepercayaan publik.
Beberapa pakar keamanan siber juga memperingatkan potensi penyalahgunaan data biometrik. Data ini, jika jatuh ke tangan yang salah, dapat digunakan untuk berbagai tujuan ilegal, termasuk pencurian identitas dan penipuan. Oleh karena itu, regulasi yang ketat dan pengawasan yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan data.
Selain itu, aksesibilitas perangkat Orb yang terbatas juga menjadi kendala. Tidak semua orang memiliki akses mudah ke perangkat ini, yang membatasi partisipasi dalam ekosistem Worldcoin dan menimbulkan pertanyaan tentang keadilan akses terhadap teknologi ini.
Advertisement
Potensi dan Tantangan Worldcoin
Meskipun kontroversial, Worldcoin memiliki potensi besar untuk merevolusi sistem identitas digital dan keuangan global. Bayangkan sebuah dunia di mana setiap individu memiliki identitas digital yang aman dan terverifikasi, memudahkan akses ke berbagai layanan dan kesempatan ekonomi. Namun, potensi ini harus diimbangi dengan solusi yang memadai terhadap tantangan yang ada.
Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan privasi dan keamanan data pengguna. Worldcoin harus mampu membuktikan bahwa sistem mereka aman dan terlindungi dari serangan siber. Transparansi dalam pengelolaan data dan kepatuhan terhadap regulasi privasi data menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Tantangan lain adalah memastikan aksesibilitas yang merata. Worldcoin harus berupaya memastikan bahwa perangkat Orb tersedia di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Ini membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi non-pemerintah.