Sukses

Deretan Alasan Mengapa Banyak Orang Sulit Meninggalkan Hubungan yang Abusive

Di sini ada beberapa alasan yang dapat memberi gambaran mengapa sulit untuk meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika individu mengetahui bahwa seseorang berada dalam hubungan yang abusive, mereka sering bertanya-tanya mengapa orang tersebut tidak meninggalkan pasangannya begitu saja. Namun, kenyataannya seringkali tidak sesederhana itu bagi seseorang yang berada dalam situasi tersebut.

Meninggalkan hubungan cinta yang penuh kekerasan adalah proses yang bisa menakutkan, rumit, dan membebani. Orang tersebut sebenarnya mungkin mencoba untuk meninggalkan pasangannya beberapa kali sebelum akhirnya dapat mengakhiri hubungan dan pergi.

Di sini ada beberapa alasan yang dapat memberi gambaran mengapa sulit untuk meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan. Dilansir dari Very Well Mind, Rabu (29/3/2023), berikut ini adalah beberapa alasan mengapa orang mungkin merasa sulit untuk meninggalkan hubungan abusive dan tidak sehat:

Mereka Berharap segalanya akan menjadi lebih baik

Orang tersebut mungkin masih peduli dengan pasangannya atau memiliki harapan bahwa segalanya akan menjadi lebih baik. Pasangan mereka mungkin telah berjanji kepada mereka bahwa mereka akan berubah dan meminta mereka untuk diberi kesempatan lain. 

Pelecehan seringkali dapat berupa siklus dan fase pelecehan dapat diikuti oleh fase bulan madu di mana semuanya tampak luar biasa. Namun, fase bulan madu dapat menipu dan dapat menyebabkan episode pelecehan lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Mengalami trauma masa lalu

Orang yang telah mengalami trauma atau pelecehan seumur hidup mungkin mengalami respons beku atau disosiatif, di mana mereka mati rasa dan tidak dapat memproses apa yang terjadi. Ini dapat membuat lebih sulit untuk bersikap responsif ketika pelecehan terjadi.

Dimanipulasi 

Orang tersebut mungkin merasa bingung, mempertanyakan realitas mereka, bertanya-tanya apakah mereka bertanggung jawab atas pelecehan yang mereka alami, dan merasa tidak mampu melakukannya sendiri setelah pelaku mungkin membuat mereka merasa tidak berdaya, tidak berharga, dan tidak berdaya. Ini menyulitkan mereka untuk mengumpulkan kepercayaan diri untuk pergi.

3 dari 6 halaman

Memiliki kondisi kesehatan tertentu

Orang tersebut mungkin mengalami cedera atau kondisi kesehatan karena pelecehan yang dapat menyulitkan mereka untuk pergi.

Merasa terisolasi

Pelaku seringkali mengisolasi pasangannya dari teman dan anggota keluarganya, sehingga orang tersebut mungkin merasa tidak punya tempat tujuan. Mungkin sulit untuk mengambil langkah seperti ini tanpa sistem pendukung.

Memiliki anak bersama

Meninggalkan pasangan ketika sudah memiliki anak bersama bisa jadi sulit karena orang tersebut mungkin tidak menghancurkan keluarga, dan mengambil anak-anak dari mereka. Ini bisa sangat sulit jika orang tersebut adalah orangtua yang baik tetapi pasangannya kasar.

Mereka mungkin juga takut kehilangan anak-anak mereka, terutama jika pasangan mengancam mereka akan mengambil anaknya.

4 dari 6 halaman

Tergantung secara finansial

Orang tersebut mungkin tidak memiliki penghasilan atau tabungan, atau pasangannya mungkin memiliki kendali atas keuangannya. Mereka mungkin tidak memiliki akses ke uang tunai, kartu atau rekening banknya.

Menghadapi ancaman

Orang yang melakukan kekerasan mungkin telah mengancam untuk mencelakainya jika dia mencoba untuk pergi. Ancaman tersebut bahkan dapat meluas ke anggota keluarga, teman, atau bahkan anaknya sendiri.

5 dari 6 halaman

Berada dalam bahaya

Hubungan yang kasar sebenarnya bisa berbahaya. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), satu dari lima pembunuhan dilakukan oleh pasangan intim. CDC juga mencatat bahwa lebih dari separuh korban pembunuhan perempuan di Amerika Serikat dibunuh oleh mantan atau pasangan intim saat ini.

Tidak mengakui pelecehan

Terkadang sulit bagi orang untuk menyadari bahwa mereka sedang dilecehkan, terutama jika mereka telah mengalaminya selama bertahun-tahun.

Jika mereka tidak berada dalam hubungan yang sehat dan saling menghormati, mereka mungkin tidak menyadarinya. Tindakan pasangannya tidak dapat diterima. Ini terutama berlaku dalam hubungan yang melibatkan pelecehan emosional tetapi bukan pelecehan fisik atau seksual.

6 dari 6 halaman

Menghadapi tekanan untuk tetap bersama

Masyarakat cenderung mendorong orang untuk tidak menyerah pada hubungan dan tetap mempertahankannya apa pun yang terjadi. Perceraian sering menimbulkan stigma sosial dan bahkan perpisahan dianggap sebagai kegagalan pribadi. Ada banyak tekanan untuk berada dalam hubungan yang sempurna.

Tidak mau mengaku dilecehkan

Seseorang yang telah dilecehkan mungkin merasa takut atau malu untuk mengakuinya kepada orang lain. Fakta bahwa korban sering disalahkan karena dilecehkan tidak membantu.

Bahkan mungkin lebih sulit bagi orang tersebut untuk menyebutkan nama pelakunya jika pelakunya adalah orang yang kuat atau kebetulan disukai di masyarakat.

Mengalami kesulitan hukum

Orang tersebut mungkin telah mencoba untuk meminta bantuan, tetapi pihak berwenang mungkin telah menolaknya sebagai sengketa rumah tangga. Atau, orang tersebut mungkin dikompromikan secara hukum dengan cara tertentu, yang dapat mempersulit mereka untuk meminta bantuan kepada pihak berwenang.

Misalnya, pasangan mereka mungkin telah mengajukan pengaduan palsu terhadap mereka, atau mereka mungkin seorang imigran yang takut dideportasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.