Sukses

Ahli: Suka Rebahan dan Malas Bangun Pagi Jadi Tanda Kecerdasan

Godaan untuk rebahan dan malas bangun dari kasur adalah sesuatu yang kita semua hadapi tiap hari.

Liputan6.com, Jakarta - Godaan untuk rebahan dan malas bangun dari kasur adalah sesuatu yang kita semua hadapi tiap hari. Kebanyakan dari kita melawannya karena anggapan malas adalah sesuatu yang buruk.

Menariknya, sains malah menunjukkan hal yang berbeda. Sebuah penelitian mengklaim tidak menjadi seseorang yang suka bangun pagi merupakan tanda kecerdasan.

Penelitian di Inggris bertajuk "Mengapa burung hantu lebih pintar" merujuk kita untuk berrkaca dari nenek moyang kita. Menurut peneliti Satoshi Kanazawa dan Kaja Perina, manusia purba tidur lebih awal dan bangun lebih cepat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Selanjutnya

Menyimpang dari norma yang telah ada dari bagian kehidupan manusia sejak awal, orang yang tak malas bangun pagi sebenarnya lebih cocok untuk kehidupan modern.

Lebih tepatnya, tidak ingin bangun dari kasur menunjukkan inisiatif dengan caranya sendiri. Jika kita memiliki keinginan yang jelas untuk mendengarkan tubuh dan tidak 'diperintah' oleh jam, itu menunjukkan kemandirian.

 

3 dari 5 halaman

Selanjutnya

Mengutip dari Brightside.me, masuk akal bahwa bagi orang yang ingin tidur kembali di pagi hari berarti telah menemukan gairan mereka sendiri. Setidaknya, menyelesaikan masalah keinginan untuk tidur dengan lebih banyak tidur menunjukkan Anda memiliki logika dasar, pemahaman sebab-akibat, dan bahwa kita tidak selalu menolak jawaban yang jelas.

 

4 dari 5 halaman

Selanjutnya

Lebih jauh, sebuah penelitian di Universitas Southampton mengamati pola tidur 1.229 pria dan wanita serta keadaan sosial ekonomi mereka. Secara umum, orang-orang yang tidur menjelang tengah malam dan bangun setelah jam 8 pagi ternyata memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan gaya hidup lebih bahagia ketimbang mereka yang bangun pagi.

 

5 dari 5 halaman

Selanjutnya

Sayangnya, ini tidak berarti kita bebas untuk hanya rebahan saja. Orang-orang yang menghabiskan 12 jam atau lebih di tempat tidur, berisiko lebih tinggi meninggal sebelum waktunya. Sebagai perbandingan, orang-orang yang berisiko paling rendah meninggal saat tidur adalah mereka yang tidur 8 jam sehari.

Pada akhirnya, tidur harus dinikmati tidak terlalu banyak tapi juga jangan terlalu sedikit. Dan bagian terbaiknya, Anda tak perlu menjadi jenius untuk tidur nyenyak.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.