Sukses

Pria Ini Hanya Buang Air Besar Sekali dalam Sebulan, Apa Penyebabnya?

Seorang pria di Amerika pernah tercatat mengalami kelainan buang air besar selama sekali dalam sebulan.

Liputan6.com, Jakarta - Berapa kali kamu buang air besar dalam sehari? Rata-rata orang dapat buang air besar selama sekali atau dua kali sehari. Namun, seberapa sering kamu buang air besar dalam sehari, bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Itu semua tergantung dengan asupan makanan dan seberapa cepat tubuh mengolah dan mencerna makanan. Walapun begitu, ada lo orang yang hanya buang air besar selama sebulan sekali.

Biasanya orang yang menderita hal tersebut mengalami kelainan congenital aganglionic, atau kondisi usus besar yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk mengeluarkan tinja dalam tubuh mereka. Biasanya, kelainan ini kerap disebut sebagai penyakit Hirschsprung.

Hal yang membuat penderitanya kesulitan buang air besar disebabkan karena sel-sel saraf mereka, tak mengalami perkembangan yang normal atau hilang pada bagian usus besar. Akibat dari kondisi tersebut penderita yang bersangkutan dapat mengalami perut membengkak.

(Credit: The Mütter Museum of The College of Physicians of Philadelphia via 9gag)

Seorang pria yang mengalami kondisi tersebut, pernah tercatat dalam data Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Philadelphia. 

Pria itu mulanya lahir dengan kondisi sehat hanya saja ada yang ganjil dengan bagian abdomen yang besar dan kerap mengalami sembelit.

(Credit: The Mütter Museum of The College of Physicians of Philadelphia via Lad Bible) Foto pria yang kerap disebut sebagai manusia balaon karena kondisi kelainan yang dialaminya.

Hingga akhirnya mencapai usia lebih dari setahun, kelainan yang dialami pria itu mulai semakin parah. Konstipasi atau sembelit yang semakin buruk sudah menjadi hal biasa yang kerap dialami pria itu. Di usia ke-16, pria tersebut hanya bisa menahan buang air besar selama sebulan.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh tim dokter untuk menangani kondisi pria itu. Walaupun mereka yakin bahwa penyebab pria itu hanya bisa buang air besar selama sekali dalam sebulan, pasti bersumber pada masalah ususnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berakhir di Museum

Para dokter tak mau mengambil risiko untuk melakukan pembedahan kepada pria itu. Apalagi pada saat itu, kejadiannya diperkirakan sekitar tahun 1890-an, di mana teknologi dan ilmu medis masih melalui banyak tahapan dan perkembangan.

Abdomen atau rongga perut yang semakin membesar, membuat pria itu ikut serta pada pertunjukan pada Dime Museum atau museum yang populer sebagai hiburan masyarakat Amerika di kelas pekerja pada akhir abad ke-19.

Biasanya museum itu membuat pertunjukan dan keanehan manusia, yang mendorong rasa ingin tahu banyak orang.

Pria itu kerap disebut dengan julukan tas angin dan manusia balon karena perutnya yang semakin membengkak. Orang-orang yang penasaran dengan kondisinya bisa membayar dan melihatnya di acara museum tersebut.

Sayangnya, di usia 29 tahun, pria malang itu ditemukan meninggal di kamar mandi. Setelah pria itu tutup usia, para ahli bedah berani untuk melakukan operasi terhadap perut pria itu untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Bedasarkan hasil pembedahan, usus pria itu mencapai berat 18 kilogram yang berisikan kotoran. Selain itu, ususnya juga mencapai diameter sebesar 76 sentimenter.

Usus besar dari pria itu kini dipajang pada Museum Mütter yang dikelola oleh College of Physicians of Philadelphia. Museum itu juga terkenal menyimpan koleksi aneh lainnya, yang berasal dari orang-orang yang mengalami kondisi kronis dan tak lazim pada masa lampau.

Beruntungnya, dengan kemajuan ilmu kedokteran saat ini, penyakit Hirschsprung dapat diatasi menggunakan operasi jika dideteksi sejak usia muda.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.