Sukses

Cara Unik Guru Inspiratif Ajak Remaja Gemar Literasi

Seorang Guru Bahasa Indonesia Punya Cara Unik Kenalkan Literasi

Liputan6.com, Jakarta Seseorang berperilaku tertentu pasti karena dilandasi sebuah sebab atau alasan. Menurut Albert Bandura, pakar psikologi di bidang social learning theory, remaja yang menampilkan perilaku positif berkarya tentunya tidak lepas dari proses belajar, seperti observasi atau mengamati perilaku yang dilakukan oleh orang yang ada di sekelilingnya.

Misalnya saja seorang remaja mengamati role model yakni guru yang ada di sekolah. Saat role model tersebut menampilkan perilaku positif seperti konsisten membaca cerita, menulis, dan menampilkan kegiatan positif lainnya seputar sastra, maka tentunya remaja tersebut akan tergerak untuk mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh role model atau panutannya.

Sebagai role model yang baik upaya dari Yustina Periyanti, salah satu guru Bahasa Indonesia disebuah SMP swasta, ia secara konsisten membacakan cerita untuk siswa-siswinya sebelum kelas Bahasa Indonesia dimulai. Buku cerita yang biasanya dibacakan mengandung nilai-nilai kehidupan, yang dikemas dengan bahasa sederhana dan mengandung unsur komedi. Hal ini dilakukannya agar menarik bagi remaja. “Saya juga mewajibkan mereka membaca buku genrenya ilmiah sama fiksi. Judul bukunya bebas, jumlah halamannya minimal 150 halaman,” tuturnya. Yustina berharap lewat kebiasaan yang dilakukannya itu, tumbuh semangat membaca bagi siswa-siswinya. Selain itu ia juga berharap kosa kata siswa-siswinya pun bertambah lewat kegiatan yang rutin dilakukannya di kelas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kenalkan Sastra dengan Cara Unik

Cara unik lainnya yang dilakukan Yustina di sekolah ialah mengenalkan sastra, khususnya puisi, dengan cara melakukan musikalisasi puisi. Banyak remaja yang menilai puisi ialah karya sastra sulit dengan diksi dan majas yang beragam.

Akhirnya hal itu mengakibatkan remaja malas membaca dan tidak akrab dengan dunia puisi. Namun Yustina menilai perpaduan antara puisi dan musik, membuat siswa-siswi remaja tertarik dan memiliki rasa ingin tahu terhadap puisi.

Siswa-siswi mengapresiasi kegiatan tersebut dengan mencari tahu terlebih dahulu makna dari puisi yang dipilihnya untuk kemudian dinyanyikan. Untuk dapat menemukan melodi yang tepat, maka remaja memang harus memahami terlebih dahulu isi puisinya, sehingga nanti bisa menyanyikannya dengan penghayatan atau penjiwaan yang tepat.

Dalam musikalisasi puisi tentu akan terdapat 2 kegiatan di dalamnya yakni membaca puisi dan menyanyikannya. Yustina pun merekomendasikan puisi karya Sapardi Djoko Damono, Hamid Jabar, Ajip Rosidi, dll untuk dimusikalisasikan oleh siswa-siswinya.

Tidak berhenti sampai di sana, ternyata Yustina juga mendorong siswa-siswinya tak hanya giat membaca, namun tergerak untuk menulis dengan hal sederhana lainnya.

“Saya menugaskan anak-anak untuk menulis buku harian,” ujarnya.

Cara ini memang terlihat sederhana, namun tentunya sangat menarik bagi siswa-siswi yang berada di usia remaja. Mereka dapat menulis kegiatan sehari-hari seputar sekolah, teman-teman, bahkan hobi atau aktivitas mereka.

Perhatian Yustina terhadap dunia literasi berdampak positif pada siswa-siswi di sekolahnya. Ada salah seorang siswanya bernama Albert Christian Fo yang semula tidak senang membaca, namun kini sangat giat membaca. 

“Awalnya aku nggak suka baca. Nggak punya buku selain buku pelajaran sekolah. Tapi karena dukungan dari guru di sekolah sama orangtua jadi senang baca,” ungkapnya.

Bahkan ternyata Albert pun berpartisipasi aktif dalam sebuah buku yang diterbitkan dalam bentuk antologi esai mengenai pesona atau keindahan Indonesia. Buku itu terbit di Januari 2018.

Albert mengaku sempat kebingungan dan sulit dalam mencerna bahasa-bahasa baku dalam referensi yang ditemukannya lewat buku atau internet. Albert juga kesulitan dalam menentukan judul yang menarik.

Namun ia pun tak malu-malu untuk bertanya atau berdiskusi dengan guru Bahasa Indonesia. Remaja ini pun mengungkapkan, “menuangkan ide dengan tulisan membuat kita terlihat cerdas dan elegan,” begitu imbaunya di akhir cerita.

 

3 dari 3 halaman

Siswa-siswi Terinspirasi

Kegiatan yang dilakukan Yustina di sekolahnya ini juga ternyata berdampak positif pada siswa lainnya, yakni Bellen. Ia membiasakan diri membaca mulai dengan berita online, artikel, dan cerita fiksi dari wattpad. Ia pun berpesan bagi remaja Indonesia lainnya, "jangan takut baca karena baca bikin pengetahuan luas. Mungkin nggak kerasa manfaatnya sekarang, tapi nanti. Membaca juga bikin pikiran kita lebih dewasa dari umur kita.”

Ada lagi Nicholas Adriel Tambunan yang mengatakan, “pandangan kritis dalam sebuah tulisan mencerminkan kepribadian kita yang objektif dan netral memandang sebuah masalah.” Jika seorang remaja mampu berpendapat seperti itu, maka remaja tersebut menggambarkan Indonesia di masa depan yang terbuka dan berwawasan dunia. Mereka pun mampu bersaing dengan sehat sebagai pelajar yang kelak menentukan masa depan bangsa.

Semoga tidak hanya siswa-siswi Yustina Periyanti saja yang terinspirasi untuk giat dalam hal membaca dan menulis. Namun semoga banyak remaja Indonesia, khususnya pembaca liputan6.com yang terinspirasi, tergerak dan termotivasi untuk membudayakan membaca dan menulis untuk masa depan Indonesia yang lebih maju.

 

Penulis:

Patricia Astrid Nadia

Sahabat Liputan6.com

Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini