Sukses

Indonesia Jadi Incaran Investor Asing, Ini Sederet Daya Tariknya

Ada sejumlah alasan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki daya tarik tinggi untuk menarik investasi.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Riyatno mengungkapkan alasan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki daya tarik tinggi untuk menarik investasi.

Daya tarik itu salah satunya adalah stabilitas politik, hukum, dan kebijakan, yang menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi investor untuk berinvestasi.

Daya tarik kedua adalah, Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar di ASEAN, juga terbesar keempat di dunia.

"Ini tentunya merupakan salah satu daya tarik mengapa investor asing mau berinvestasi ke suatu negara salah satunya ke Indonesia, karena memang populasi kita besar, pasar kita besar. Kita menempati 43 persen dari penduduk ASEAN," kata Riyatno dalam konferensi pers Peluang Investasi melalui KTT ke-43 ASEAN pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Pertumbuhan Kelas Menengah

Kemudian tingginya pertumbuhan kelas menengah, yang mencapai 53 juta orang pada tahun 2019 dan sumber daya alam yang luar biasa melimpah.

"Kita sebagai negara yang memiliki yang salah satu contoh menjadi tren adalah nikel. Kita mempunyai itu sekitar 23,3 persen artinya paling tinggi di dunia," papar Riyatno.

Dalam kesempatan itu, Riyatno juga mengungkapkan bahwa jumlah investasi ke wilayah luar Jawa berhasil melampaui wilayah Jawa.

"Alhamdulillah sejak triwulan ketiga tahun 2020 investasi di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan di Jawa. Artinya ini untuk menunjukkan bahwa investasi bukan hanya berpusat di Jawa. Karena terus terang ini bukan hal yang mudah, bahwa menekankan investasi ini supaya lebih berkeadilan," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aliran Investasi Asing ke ASEAN Lampaui China, Indonesia Kalah Banyak dari Singapura

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Riyatno mengungkapkan bahwa Investasi Asing Langsung (FDI) di kawasan ASEAN mencatat pertumbuhan 5 persen di tahun 2022 lalu.

"Porsi arus masuk FDI di kawasan ASEAN alhamdulillah terus meningkat dari yanga walnya kurang dari 15 persen menjadi lebih dari 72 persen dari total FDI secara global," ungkap Riyatno dalam konferensi pers Peluang Investasi melalui KTT ke-43 ASEAN pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Aliran Foreign Direct Investment atau FDI ke ASEAN pada tahun 2022 juga melebihi aliran masuk FDI ke China selama dua tahun berturut turut. Riyatno merinci, ada 6 negara anggota ASEAN yang mencatat arus FDI yang lebih tinggi (salah satunya) Singapura.

Negara tersebut mencatat peningkatan nilai FDI tertinggi, terhitung lebih 60 persen dari FDI di ASEAN.

Namun perlu dipahami bahwa masuknya investasi aliran dana ke Singapura adalah (karena perannya) sebagai hub (pusat). Karena nantinya, ending dari investasi ini, mohon maaf, belum tentu ke Singapura. Dari Singapura misalnya nanti akan ke Indonesia, ke Vietnam, atau mungkin ke negara Anggota ASEAN lainnya," Riyatno menjelaskan.

Aliran Investasi ke Indonesia

Riyatno mengakui, aliran FDI ke Indonesia masih belum melampaui Singapura, namun tetap menjadi salah satu yang tertinggi di ASEAN. Data dari Sekretariat General ASEAN menunjukkan, Indonesia berada di urutan kedua dengan aliran FDI tertinggi di Asia Tenggara, kemudian Vietnam di urutan ketiga, disusul Malaysia, Thailand, Filipina, dan seterusnya.

"FDI dari Amerika Serikat merupakan sumber yang terbesar, naik 6 persen menjadi USD 37 miliar. Dan manufaktur serta keuangan mencakup USD 20 miliar, menyumbang sebagian besar dari FDI terbesar dari AS," bebernya.

 

3 dari 3 halaman

Tesla Tunda Investasi di Indonesia, Ini Penjelasan Luhut

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan alasan tertundanya investasi Tesla di Indonesia, yang tak kunjung direalisasikan.

Luhut mengakui, Tesla akhir akhir ini cenderung menunda investasi mereka karena adanya kelebihan produksi.

Hal itu diungkapkannya melalui sebuah postingan di akun Instagram pribadi @luhut.pandjaitan, menceritakan momen saat Menko bertemu langsung dengan miliarder sekaligus CEO Tesla, Elon Musk.

Luhut bercerita, dia berdiskusi dengan Elon Musk selama kurang lebih dua setengah jam lamanya, terkait perkembangan ekonomi Indonesia, serta kondisi terkini Tesla,Inc. yang saat ini sedang menunda investasi di negara manapun.

"Ada dua hal yang jadi penyebabnya, yakni ; overproduksi dan kondisi ekonomi global yang kurang baik saat ini.," tulis Luhut dalam postingannya di akun Instagram pribadi @luhut.pandjaitan, dikutip Selasa (15/8/2023).Luhut menyebutkan, dari 3 juta produksi mobil Tesla hanya 1,8 juta yang terserap. Hal ini membuat Elon Musk tidak mau mengambil risiko karena over supply.

Juga di Meksiko

Tak hanya di Asia, investasi Tesla di Meksiko pun di hold dulu, sehingga tidak berproduksi sampai mereka memahami pasar. Hal itu dikarenakan situasi ekonomi global yang belum membaik, juga ketegangan antara Amerika dan China, serta masalah di Taiwan.

"Sehingga dia dengan boardnya memutuskan tidak investasi kemana mana dulu," beber Luhut.

"Kemudian kalaupun ada kita dengar di negara lain di Asia yang katanya buka Tesla itu tidak lain hanyalah sebagai agen penjualan mobil saja. Kita pun kalau mau buat agen penjualan mobil bisa saja, tetapi bukan itu tujuan utamanya,"jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.