Sukses

Tak Gentar Hilirisasi Digugat, Jokowi Bongkar Bukti Nyata Indonesia Untung Besar

Ada 2 hal penting untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Pertama, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kedua, adalah hilirisasi di mineral, pertanian, perikanan.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan sikapnya terkait hilirisasi mineral hingga pertanian. Dia tak gentar meski berulang kali digugat di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan diperingati Dana Moneter Internasional (IMF).

Dia menegaskan, hilirisasi di berbagai sektor menjadi kunci bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju. Pasalnya, sumbangan secara ekonominya bisa meningkat berkali lipat.

"Hilirisasi apapun harus kita teruskan meskipun kita digugat oleh WTO meskipun kita diberikan peringatan oleh IMF apapun barang ini harus kita teruskan," ujar Jokowi dalam Pengukuhan Pengurus Apindo, di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Ada 2 hal penting untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Pertama, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kedua, adalah hilirisasi di mineral, pertanian, perikanan.

"Semuanya bisa dihilirisasi kalau hitungannya World Bank, IMF itu di 2040-2045 saya yakin ini bisa agak maju," ungkapnya.

Dia kembali menguraikan kesuksesan dari hilirisasi nikel yang dimulai sejak 2020 lalu. Contohnya, hilirisasi Nikel di Sulawesi Tenggara yang mampu menyerap 71.500 tenaga kerja di sisi pengolahan nikel.

Kemudian, di Maluku Utara ada peningkatan serapan tenaga kerja dari 500 orang menjadi 45.600 orang setelah hilirisasi.

"Kemudian kalau kita liat ini untuk seluruh produk turunan nikel, tidak hanya besi saja. USD 1,1 miliar, itu hanya besi baja ini untuk seluruh produk turunan nikel. 2014 hanya USD 2,1 billion. Setelah hilirisasi jadi Rp 510 triliun, dari USD 2,1 billion. melompat jadi USD 33,8 billion," katanya.

"Berarti melompatnya berapa kali. Ini baru berapa turunan saja. Kalau nanti turunannya sudah berkembang, bapak ibu dan saudara-saudara bisa membayangkan berapa angka yang akan muncul, dan ini baru nikel," imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi Semringah Apindo Bahas Stunting: Biasanya Ngomongin Cuan Terus

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku senang kalangan pengusaha kini berbicara mengenai pengentasan stunting di masyarakat. Padahal, biasanya kalangan pengusaha berbicara soal untung-rugi saja.

Hal ini menyusul adanya program penurunan stunting yang jadi perhatian Pengurus DPN Apindo 2023-2028 yang dipimpin Shinta Widjaja Kamdani.

"Biasanya kalau kita bicara di Apindo itu bicaranya selalu untung rugi, profitnya berapa, cuannya berapa tapi sore hari ini saya senang Apindo bicara mengenai stunting," ujarnya dalam sambutannya di Pengukuhan Pengurus Apindo, di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Jokowi turut menyinggung asosiasi pengusaha lainnya. Diketahui, ada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang juga menghadiri acara tersebut.

Jokowi meminta keduanya ikut langkah Apindo dalam mengejar target penurunan stunting di Indonesia.

RI 1 memegang data ada tren penurunan yang cukup baik dari sisi stunting. Pada 2015, angka stunting tercatat 37 persen, turun di 2022 menjadi 22 persen.

"Dan saya harapkan nanti Kadin (dan) Hipmi juga ikut. Ikut bekerja dalam penanganan stunting karena memang di 2015 angka kita memang sangat tinggi sekali, saat itu 37 persen anak-anak kita pada posisi mengalami stunting, 37 persen. Akhir tahun 2022 lalu turun jadi 22 persen, target kita nanti di 2024 sudah menjadi 14 persen," bebernya.

 

3 dari 3 halaman

Bukan Hal Mudah

 

Kendati negitu, Jokowi melihat kalau penurunan angka stunting bukan hal yang mudah. Maka dari itu, dia berharap ada bantuan dari kalangan pengusaha untuk menekan angka stunting.

"Tapi itu saya lihat di lapangan bukan hal yang mudah, tapi saya yakin kesulitan dan ketidakmudahan itu akan bisa (teratasi), targetnya bisa kita raih apabila ada partisipasi dari para pengusaha dan saya apresiasi Apindo dalam hal urusan stunting ini," tegasnya.

"Kalau tadi disampaikan bu Shinta tadi ada 1.000 pengusaha misalnya ini 1 pengusaha menjadi (orang tua) anak angkat dari 2.000 balita kita, kalau yang gede-gede cuma ngurus 2.000, kecil banget,

"Apa sih yang harus diberikan? karena rata-rata anak-anak stunting ini berada pada keluarga-keluarga yang tak mampu," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.