Sukses

Gereja di Jerman Gelar Ibadah Tema Taylor Swift, Ini Alasan Mulia di Baliknya

Sebuah gereja berusia 600 tahun di Heidelberg, Jerman Selatan, mengadakan acara ibadah Minggu bertema Taylor Swift pada (11/5/2024). Sekitar 1.200 orang menghadiri acara yang sangat emosional dan tak terduga itu.

Liputan6.com, Heidelberg - Gereja berusia 600 tahun yang terletak di pusat kota bersejarah di Jerman, Heidelberg, mengadakan sebuah acara ibadah yang unik di mana bintang pop ternama dari Amerika Serikat, Taylor Swift, menjadi sebuah bagian dari liturgi khusus. 

Melansir dari DW, Kamis (16/5/2024), terdapat sekitar 1.200 jemaat berkumpul untuk berdoa, berenung, dan menikmati pertunjukan lagu-lagu dari penyanyi terkenal tersebut pada hari Minggu (12/5).

Bertajuk "Anti-Hero — Taylor Swift Church Service", para penyelenggara acara di gereja Protestan ini mengatakan bahwa acara ini dirancang untuk menarik perhatian generasi muda, serta untuk fokus pada keyakinan agama mendalam yang diungkapkan dalam banyak lagu buatan Swift.

Taylor Swift, yang sebenarnya tidak hadir dalam acara tersebut dan sedang melakukan tur terbarunya di Eropa, ternyata dibesarkan di  American Bible Belt, dan tidak pernah menyembunyikan keyakinan Kristen yang dimilikinya serta sering kali mengintegrasikan keyakinannya ke dalam lagu buatannya.

Hal tersebut lah yang menginspirasikan para penyelenggara gereja, "Gereja Kudus Roh selalu menjadi tempat pertemuan dan pertukaran. Itulah sebabnya ibadah musik pop sangat cocok," kata Pastor Heidelberg, Christof Ellsiepen.

"Dengan ini, kami memberikan ruang bagi pertanyaan dan isu-isu yang menarik perhatian generasi muda," tambahnya.

Meskipun konsepnya mungkin terdengar seperti konser yang energik, acara tersebut sebagian besar dipenuhi dengan kesunyian dan konsentrasi dalam ibadah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lagu-lagu Swift yang Memiliki Makna Rohani

Pastor Paroki Vincenzo Petracca mengutip banyak lirik dan menelusuri biografi Swift, menekankan keterikatan dan pemahaman penyanyi tersebut terhadap agama Kristen dalam kehidupan sehari-hari.

Petracca mengakui bahwa lagu-lagu Swift terbuka untuk banyak interpretasi tetapi menyororti pesan Kristen dan politik yang kuat dan kemudian ia integrasikan ke dalam lagunya, yang membahas topik hak-hak perempuan, rasisme, kesetaraan gender, dan lain-lain.

Pastor juga mencatat bahwa topik-topik seperti itu membuat Swift menjadi objek kritik di kalangan Kristen Konservatif, terutama di kalangan Evangelis di Amerika Serikat, yang telah menandainya sebagai "Anti-Kristen".

Swift sendiri telah menegur 'iman yang munafik" yang menempatkan dogma di atas manusia. Pastor juga menekankan bahwa, "Imannya mengenal keraguan dan konflik batin".

"Dari segi teologis, ia menunjukkan pada keadilan Tuhan," kata Petracca.

"Baginya, iman dan tindakan tidak dapat dipisahkan," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Dihadiri oleh Lebih Banyak Jemaat dari Biasanya

Selama dua kali ibadah pada hari Minggu, yang diselenggarakan dalam rangka menampung jumlah jemaat yang banyak hadir, seperti jemaat yang secara khusus lebih muda dan lebih banyak perempuan dari biasanya, menikmati pertunjukan langsung dari enam lagu Taylor Swift.

Lagu-lagu tersebut dinyanyikan oleh Tine Weichmann, seorang penyanyi dari Hamburg dan sekarang seorang profesor musik gereja populer di Heidelberg. Ia bernyanyi ditemani oleh bandnya.

Di belakang mereka, ada sebuah tanda berwarna pelangi yang bertuliskan, "Semua orang dipersilakan!".

Salah satu momen yang paling mengharukan dari ibadah tersebut terjadi ketika Weichmann dan bandnya memainkan lagu Soon You'll Get Better, lagu yang ditulis Swift untuk ibunya, yang telah didiagnosis menderita suatu penyakit kanker.

Lirik yang ia tulis mengungkapkan keputusasaan dan penyembuhan yang datang dari obat-obatan dan kekuatan doa, "Botol oranye suci, setiap malam aku berdoa padamu / Orang-orang putus asa menemukan iman, jadi sekarang aku berdoa kepada Yesus."

 

 

4 dari 4 halaman

Suasana Ibadah yang Penuh Haru dan Semangat

Pastor Petracca, yang mengakui bahwa Church of the Holy Spirit dibangun untuk musik liturgi Gregorian dan bukan untuk Taylor Swift, mengomentari tentang ibadah tersebut, "Aku memandang ke wajah-wajah yang berseri-seri, dan selama lagu yang ditulis Taylor untuk ibunya yang menderita kanker, banyak yang meneteskan air mata."

Namun, tidak ada ibadah yang berbasis Taylor Swift yang lengkap tanpa kegembiraan bersama yang membangkit rasa semangat. Suasana tersebut hadir ketika band memainkan himne penutup, dengan lagu Shake it Off yang membuat seluruh jemaat berdiri, menyanyi, dan menari yang kemudian disusul dengan tepuk tangan bergemuruh.

"Anti-Hero — Taylor Swift Church Service" hanyalah acara yang terbaru dari serangkaian ibadah "City Church Rock 'n' Pop", yang dimulai pada tahun 2015.

Pada bulan Juni mendatang, gereja tersebut telah mengundang tamu dari seluruh Eropa untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan dance street yang akan diadakan pada waktu yang sama dengan kompetisi tari "Church Battle" mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.