Sukses

Badai PHK Kembali Terjadi, Microsoft Berhentikan 276 Karyawan

PHK tersebut merupakan tambahan dari perampingan jumlah pekerja Microsoft pada bulan Januari 2023, yang mengakibatkan PHK massal terhadap 10.000 pekerja.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan teknologi ternama di Amerika Serikat, Microsoft, mengkonfirmasi telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya, seminggu setelah dimulainya tahun fiskal 2024.

Melansir CNBC International, Selasa (11/7/2023) PHK tersebut merupakan tambahan dari perampingan jumlah pekerja Microsoft pada bulan Januari 2023, yang mengakibatkan PHK massal terhadap 10.000 pekerja. 

"Penyesuaian organisasi dan tenaga kerja adalah bagian yang diperlukan dan rutin dalam mengelola bisnis kami," kata juru bicara Microsoft dalam sebuah pesan e-mail.

"Kami akan terus memprioritaskan dan berinvestasi di area pertumbuhan strategis untuk masa depan kami dan untuk mendukung pelanggan dan mitra kami," jelasnya.

Microsoft mengajukan pemberitahuan pada Senin (10/7) yang mengatakan akan memangkas 276 pegawai di negara bagian asalnya di Washington. Dari jumlah tersebut, 66 adalah virtual.

Tenaga sales dan perwakilan kesuksesan pelanggan yang terdampak PHK di Microsoft juga terlihat mengunggah di media sosial terkait kabar tersebut.

Pada bulan Januari, CEO Microsoft Satya Nadella mengeluarkan sebuah memo, yang menunjukkan bahwa perusahaan akan mengubah jajaran perangkat kerasnya dan mengkonsolidasikan biaya sewa.

Selain Microsoft, perusahaan teknologi lainnya, yaitu Amazon dan Google, beberapa waktu lalu juga melakukan PHK setelah menambah jumlah karyawan dengan cepat untuk memenuhi permintaan yang meningkat selama pandemi Covid-19.

Microsoft telah mengatakan dalam beberapa bulan terakhir bahwa kliennya sedang mencari cara untuk menghemat uang pada tagihan komputasi awan mereka.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tesla PHK Karyawan di Pabrik Shanghai China

Pembuat mobil listrik ternama Amerika Serikat (AS), Tesla Inc, dikabarkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di pabriknya di Shanghai, China. 

Mengutip Channel News Asia, Jumat (7/7/2023) sejumlah sumber menyebutkan bahwa Tesla memberhentikan beberapa pekerja produksi baterai mobil listrik di pabriknya di Shanghai.

Namun, tidak diketahui secara jelas berapa banyak jumlah pegawai pabrik Tesla yang akan diberhentikan, atau alasan spesifik di balik langkah PHK tersebut.

Pihak Tesla juga tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kabar PHK.

Kabar PHK di pabrik Tesla di Shanghai pertama kali dilaporkan oleh portal berita online lokal, Deep Analysis, yang mengatakan bahwa kurang dari 1.000 pekerja dipekerjakan di dua lini produksi baterai pabrik tersebut.

Pabrik yang dikenal sebagai Tesla's Gigafactory Shanghai, merupakan pabrik terbesar dan paling produktif perusahaan mobil listrik yang dipimpin orang terkaya di dunia Elon Musk, dengan sekitar 20.000 pekerja, termasuk di gedung perakitan Model Y dan Model 3.

PHK di Tesla terakhir kali terjadi pada Juni 2022 di ketika melakukan penutupan kantornya di San Mateo, California. PHK tersebut saat itu berdampak pada sekitar 200 pekerja.

Di kantornya di San Mateo, ratusan karyawan Tesla ditugaskan untuk memberi label video dari mobil perusahaan untuk meningkatkan sistem bantuan pengemudi mereka, yang dipasarkan sebagai Autopilot.

3 dari 3 halaman

Studio Game Pembuat Pokemon Go PHK 230 Karyawan dan Tutup Kantor Los Angeles

Pengembang game seluler yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, Niantic mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 230 karyawannya. 

Melansir CNBC International, Jumat (30/6/2023) PHK di Niantic terjadi karena langkah perusahaan melakukan reorganisasi.

Catatan dari CEO Niantic Labs, John Hanke menunjukkan bahwa perusahaan juga akan membatalkan NBA All-World dan menghentikan produksi judul berbasis Marvel yang belum dirilis.

Selain itu, Niantic juga akan menutup studionya yang berbasis di Los Angeles, yang merupakan tempat kerja sebagian besar karyawan yang terkena dampak PHK.

Hanke menjelaskan bahwa reorganisasi itu terhadkarena faktor internal dan eksternal, termasuk perlambatan ekonomi makro global secara keseluruhan.

"Bertahun-tahun sejak peluncuran Pokemon GO, pasar seluler menjadi ramai dan perubahan pada app store dan lanskap periklanan seluler membuat semakin sulit untuk meluncurkan game seluler baru dalam skala besar," terangnya.

PHK tersebut menyoroti bagaimana industri game seluler telah bergeser selama bertahun-tahun sejak Niantic meluncurkan aplikasi besar pertamanya, Pokemon Go, pada tahun 2016.

Sejak itu, baik Apple dan Google telah memperkenalkan perubahan yang mencegah pelacakan iklan di antara aplikasi, yang membuat iklan untuk mendapatkan pengguna baru menjadi lebih mahal dan tidak dapat diprediksi.

Secara keseluruhan, pengeluaran App Store untuk game turun 5 persen pada tahun 2020 menjadi USD 110 miliar, menurut perkiraan dari Data.ai, sebuah firma riset.

Langkah ini juga menandakan pergeseran lanskap untuk aplikasi augmented reality, yang dapat mengintegrasikan grafik komputer dan data ke dunia nyata.

Niantic memiliki 1.050 karyawan pada tahun 2022 dan terakhir kali mengumpulkan usd 300 juta pada penilaian pasca-uang sebesar usd 9 miliar pada November 2021, ketika penilaian teknologi berada pada puncaknya, menurut Pitchbook.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini