Sukses

Hasil Studi: Mayoritas Miliarder Dunia Sudah Masuk Usia Pensiun

Laporan studi yang dirilis perusahaan data Altrata menunjukkan bahwa usia rata-rata dari 3.194 miliarder dunia sekarang adalah 67 tahun.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru mengungkapkan, mayoritas miliarder dunia berusia di atas usia pensiun.

Melansir CNBC International, Sabtu (2/6/2023) laporan studi yang dirilis perusahaan data Altrata menunjukkan bahwa usia rata-rata dari 3.194 miliarder dunia sekarang adalah 67 tahun.

Dari ribuan miliarder itu, 42 dua persen berusia di atas 70 tahun, dan kurang dari 10 persen berusia di bawah 50 tahun. Temuan ini juga menyoroti kesenjangan yang lebar antara persepsi dan realitas para miliarder dunia.

Sementara ahli teknologi dan selebritas musik dan olahraga mungkin mendapat perhatian paling besar, miliarder dunia sebagian besar adalah pengusaha tua, seperti Warren Buffett, dan Bernard Arnault, yang menghabiskan seumur hidup atau bahkan beberapa generasi, mengumpulkan kekayaan bernilai fantastis.

Laporan Altrata juga mengungkapkan, usia rata-rata miliarder dunia sebenarnya sedikit meningkat selama lima tahun terakhir.

"Banyak miliarder muda telah menghasilkan kekayaan mereka di bidang teknologi, yang telah menjadi industri penciptaan kekayaan yang cepat dan mendapat banyak perhatian media," kata Maya Imberg, direktur senior dan kepala pemikiran kepemimpinan dan analitik di Altrata.

"Tetapi sebagian besar kekayaan membutuhkan waktu lama untuk terakumulasi kecuali jika diwariskan. Dibutuhkan sebagian besar kehidupan bisnis mereka untuk menciptakan kekayaan sebanyak itu," jelasnya.

Kelompok miliarder yang berbeda usia juga memiliki sumber kekayaan yang berbeda, menurut Altrata.

Untuk miliarder di bawah usia 50 tahun, teknologi dan perbankan/keuangan menyumbang sebagian besar pengumpulan kekayaan mereka, dengan 21 persen meraup untung di perbankan/keuangan dan 20 persen di bidang teknologi.

Miliarder berusia antara 50 dan 70 tahun menghasilkan sebagian besar keuntungan mereka di sektor perbankan/keuangan (24 persen) dan konglomerat industri (8,3 persen), sementara mereka yang berusia di atas 70 tahun menghasilkan miliaran dari keuangan (18 persen), konglomerat (11 persen) dan real estat ( 8,3 persen).

Secara keseluruhan, populasi miliarder dunia turun 3,5% pada 2022, menjadi total 3.194, ungkap Altrata.

Sementara jumlah miliarder mungkin telah stabil atau bahkan sedikit naik tahun ini dengan meningkatnya sektor teknologi, penurunan pada tahun 2022 menandai penurunan pertama sejak 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penurunan Populasi Miliarder di Amerika, Asia, Hingga Eropa

Amerika mengalami penurunan 2,3 persen pada populasi miliarder, menjadi 1.011 miliarder, sementara Asia mengalami penurunan 7,1 persen dan Eropa turun 2,2 persen.

Namun, AS masih memiliki jumlah miliarder terbesar di dunia sejauh ini, sebanyak 955 orang, terhitung hampir sepertiga dari miliarder dunia. Adapun China yang memiliki 357 miliarder pada akhir 2022.

Selain itu, miliarder perempuan menyumbang populasi terkecil miliarder dunia, sebesar 12,5 persen menurut laporan Altrata.

Namun sebagai sebuah kelompok, mereka lebih muda dari miliarder pria, dengan 18 persen miliarder perempuan berusia di bawah 50 tahun.

"Diversifikasi pasar kekayaan global, pertumbuhan kewirausahaan perempuan, sikap budaya (dan ruang rapat) yang perlahan berkembang, dan meningkatnya frekuensi transfer kekayaan antargenerasi yang substansial merupakan faktor-faktor yang berkontribusi" menurut laporan tersebut.

 

3 dari 3 halaman

New York Masih menjadi Kota dengan Miliarder Terbanyak

New York masih menjadi kota teratas untuk rumah bagi miliarder di seluruh dunia, sebanyak 136 tokoh, menurut laporan itu. Hong Kong menempati peringkat kedua, sebanyak 112, diikuti oleh San Francisco (84), Moskow (76) dan London (75).

Sementara empat dari 15 kota miliarder teratas berada di AS, Imberg mengatakan kekayaan dunia dengan cepat menyebar ke negara lain.

"Jika Anda melihat daftar kota 10 tahun yang lalu, itu akan terlihat berbeda," katanya. “Sekarang, ada beberapa kota di China dan kota non-AS dalam daftar.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.