Sukses

Daftar 10 Miliarder di Industri Manufaktur Global, Ada dari Indonesia?

Di antara berbagai pengusaha yang tekuni industri manufaktur global, terdapat sejumlah pengusaha yang menjadi miliarder di kalangan bidang ini.

Liputan6.com, Jakarta - Industri manufaktur global memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) dunia. Pada 2022, industri ini menyumbang 16% dari PDB global, menurut data Bank Dunia.

Amerika Serikat dan China adalah negara manufaktur terkemuka. Seperti yang dikutip dari Yahoo Finance pada Senin, 6 Mei 2024, ditulis Rabu (8/5/2024),  Undang-undang Pengurangan Inflasi atau The Inflation Reduction Act (IRA) 2022 mendorong lebih dari 200 fasilitas manufaktur teknologi bersih baru di AS, dengan investasi sekitar USD 88 miliar atau sekitar Rp1.412 triliun.

Selain itu, Undang-Undang CHIPS AS mengalokasikan USD 50 miliar atau sekitar Rp802 triliun untuk industri semikonduktor dalam negeri, sementara Undang-Undang Investasi Infrastruktur dan Pekerjaan menyisihkan USD 1,2 triliun atau sekitar Rp19.261 triliun untuk transportasi dan infrastruktur.

Akibatnya, belanja konstruksi tahunan di bidang manufaktur telah meningkat sebesar 70% YoY, mencapai USD 201 miliar atau sekitar Rp3.227 triliun pada Juli 2023. 

Industri manufaktur sedang mengalami perubahan signifikan yang akan berdampak pada manufaktur global. Menurut laporan Oracle, tren utama dalam industri manufaktur pada 2024 meliputi investasi dalam teknologi, pelatihan ulang talenta, evaluasi ulang rantai pasokan, dan membangun pabrik yang siap untuk masa depan.

Di sisi lain, laporan Deloitte menyoroti 86% eksekutif manufaktur yang disurvei percaya teknologi pabrik pintar akan mendorong daya saing dalam lima tahun ke depan. 

Markets and Markets melaporkan pasar manufaktur pintar global bernilai USD 108,9 miliar atau sekitar Rp1.748 triliun pada 2023 dan diproyeksikan mencapai USD 241 miliar atau sekitar Rp3.869 pada 2028, tumbuh pada tingkat 17,2% per tahun.

Selain itu, pasar manufaktur umum global diperkirakan mencapai USD 726,3 miliar atau sekitar Rp11.660 triliun pada 2022 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi USD 944,6 miliar atau sekitar Rp15.165 triliun pada 2030, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 3,3%. Berikut daftar 10 miliarder di industri manufaktur global:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

10 Miliarder di Bidang Industri Manufaktur

10. Viktor Rashnikov

Kekayaan Bersih: USD 10,6 miliar (Rp170 triliun)

Viktor Rashnikov berada di peringkat ke-10 di antara para miliarder terkaya di industri manufaktur. Rashnikov memiliki saham mayoritas di Perusahaan Saham Gabungan Publik Magnitogorsk Iron & Steel Works (MCX:MAGN).

Pada 2011, Rashnikov mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan. Pada Februari 2022, Rashnikov mengalihkan sahamnya di Perusahaan Saham Gabungan Publik Magnitogorsk Iron & Steel Works (MCX: MAGN) dari perusahaan yang terdaftar di Siprus ke Altair LLC Rusia.

9. Li Shuirong

Kekayaan Bersih: USD 10,9 Miliar (Rp175 triliun)

Li Shuirong adalah ketua Zhejiang Rongsheng Holding Group, yang bergerak di bidang petrokimia, logistik, dan real estate. Li Shuirong memiliki kekayaan bersih sekitar $10,9 miliar atau sekitar Rp175 triliun.

8. Goh Cheng Liang

Kekayaan Bersih: USD 11,3 Miliar (Rp181 triliun)

Goh Cheng Liang memperoleh kekayaannya dari saham mayoritas di perusahaan cat terkemuka Jepang, Nippon Paint Holdings Co, Ltd. (OTC: NPCPF). Goh Cheng Liang berada di urutan delapan di antara miliarder terkaya di industri manufaktur.

7. James Dyson

Kekayaan Bersih: USD 13,2 Miliar (Rp212 triliun)

James Dyson menghasilkan banyak uang dengan membangun bisnis di industri penyedot debu. Dyson adalah penemu penyedot debu tanpa kantong dan memiliki kekayaan bersih sekitar SUD 13,2 miliar atau sekitar Rp212 triliun.

6. Aliko Dangote

Kekayaan Bersih: USD 14,3 Miliar (Rp229 triliun)

Aliko Dangote adalah orang terkaya di Afrika. Dangote mendirikan produsen semen terkemuka di Afrika, Dangote Cement. Aliko memiliki sekitar 85% saham perusahaan tersebut. Aliko Dangote juga beroperasi dalam bisnis pupuk dan penyulingan. Adapun Aliko Dangote menduduki peringkat keenam di antara miliarder terkaya di industri manufaktur.

3 dari 4 halaman

Pengusaha Lainnya

5. James Ratcliffe

Kekayaan Bersih: USD 16,2 Miliar (Rp260 triliun)

James Ratcliffe adalah pendiri, ketua, dan pemilik mayoritas perusahaan kimia, Ineos Group. Pada awal 2024, Ratcliffe akuisisi hampir 28% saham di klub sepak bola, Manchester United, dengan harga sekitar USD 1,5 miliar atau sekitar Rp24 miliar. James Ratcliffe berada di urutan kelima di antara miliarder terkaya di industri manufaktur.

4. Takemitsu Takizaki

Kekayaan Bersih: USD 20,7 Miliar (Rp332 triliun)

Takemitsu Takizaki mendirikan Keyence Corporation (OTC: KYCCF), sebuah perusahaan yang memproduksi sensor dan komponen elektronik untuk sistem otomasi pabrik. Pada 2015, Takizaki mengundurkan diri sebagai ketua perusahaan tetapi tetap menjadi anggota dewan direksi.

3. Michael Hartono

Kekayaan Bersih: USD 23,1 Miliar (Rp371 triliun)

Michael Hartono adalah salah satu miliarder terkaya di industri manufaktur. Hartono dan keluarganya menghasilkan banyak uang dari bisnis tembakau dan masih menjadi salah satu pembuat rokok kretek terbesar di Indonesia.

Michael Hartono juga mendapatkan kekayaan besar dari investasi di Bank Central Asia (BCA). Pada 2022, Hartono dan saudaranya mendaftarkan PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI), yang merupakan pemilik raksasa e-commerce Blibli.

 

 

4 dari 4 halaman

Posisi Puncak

2. He Xiangjian

Kekayaan bersih: USD 26,1 Miliar (Rp419 triliun)

He Xiangjian menciptakan salah satu perusahaan pembuat alat elektronik terkemuka di dunia, Midea Group Co, Ltd. (SHE: 000333). Pada 2012, Xiangjian mengundurkan diri dari operasi Midea Group. He Xiangjian adalah salah satu miliarder terkaya di industri manufaktur.

1. Reinhold Wuerth

Kekayaan Bersih: USD 35,3 Miliar (Rp567 triliun)

Reinhold Wuerth adalah miliarder terkaya di industri manufaktur. Wuerth bergabung dengan bisnis sekrup grosir milik ayahnya pada 1949. Reinhold Wuerth pensiun dari perusahaan tersebut pada 1994.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.