Sukses

Vietnam Mau Tahan Ekspor Beras, Data Buktikan Indonesia Sangat Bergantung ke Pasokan Negara Ini

Pemangkasan ekspor beras tentu ini akan mempengaruhi Indonesia yang kerap mengandalkan Vietnam untuk memasok beras.

Liputan6.com, Jakarta Vietnam berancang-ancang memangkas ekspor beras hingga 45% di 2030. Ekspor beras akan dipotong hingga hanya sebesar 4 juta ton. Tentu ini akan mempengaruhi Indonesia yang kerap mengandalkan Vietnam untuk memasok beras.

Terbukti, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (29/5/2023), Vietnam wara-wiri menjadi pemasok terbesar beras impor ke Indonesia bersama negara lain seperti India, Thailand hingga Pakistan dalam 5 tahun terakhir.

Seperti pada 2021 jumlah beras impor Vietnam ke Indonesia mencapai 65.692 ton. Sementara 2020 sebanyak 88.716 ton, di 2019 mencapai 33.133 ton, 2018 mencapai 767.180 ton dan 2017 sebesar 16.599 ton.

Kemudian pada 2022, impor beras Vietnam mencapai 81.828 ton. Jumlah terbesar ketiga di bawah India yang menembus 178.533 ton dan Pakistan 84.407 ton.

Khusus di tahun ini, Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023.

Tahap awal, impor beras tersebut sudah dijalankan pada Maret kemarin. Untuk tahap selanjutnya, impor beras akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, Bulog tidak langsung meneken kontrak impor 2 juta ton. Kontrak antara Bulog dengan negara yang akan mengekspor beras ke Indonesia, hanya dilakukan sesuai dengan jumlah kebutuhan.

"Oh kita enggak bisa kontrak sebanyak itu ya, artinya bertahap," ujar Budi di kantor Perum Bulog Kanwil Jakarta dan Banten, Jakarta Utara, Kamis (6/4/2023).

Melansir CNBC, Dokumen Pemerintah Vietnam tertanggal 26 Mei mengatakan, pemangkasan ekspor beras itu untuk "meningkatkan ekspor beras berkualitas tinggi, memastikan ketahanan pangan dalam negeri, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim".

 Vietnam merupakan pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pangkas Kantong Pendapatan Vietnam

 

Pemangkasan ekspor ini akan menurunkan pendapatan ekspor beras Vietnam menjadi USD 2,62 miliar per tahun pada tahun 2030, turun dari USD 3,45 miliar pada tahun 2022.

Menanggapi pemangkasan ekspor, sorang pedagang beras di Kota Ho Chi Minh menilai, meskipun lahan pertanian padi Vietnam menyusut akibat perubahan iklim dan beberapa petani beralih menanam tanaman lain dan beternak udang, strategi tersebut tampaknya terlalu agresif.

Pedagang itu mengungkapkan, sejumlah petani padi di Delta Mekong mengubah sebagian ladang mereka menjadi perkebunan buah-buahan, menanam mangga, jeruk bali, nangka, dan durian, tetapi sebagian besar masih bergantung pada beras.

Kecenderungan membudidayakan udang telah terjadi di daerah tersebut selama bertahun-tahun, karena kenaikan air laut yang dipicu oleh perubahan iklim membawa peningkatan salinasi yang signifikan di wilayah Delta Mekong.

 

3 dari 4 halaman

Janji Masih Ekspor

Dokumen pemerintah juga menunjukkan, Vietnam akan mendiversifikasi pasar ekspor berasnya untuk mengurangi ketergantungannya pada negara mana pun. Filipina telah lama menjadi pembeli beras terbesar di Vietnam, menyumbang 45 persen dari pengirimannya tahun lalu.

Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh mengatakan kepada Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada pertemuan regional di Indonesia bulan ini, bahwa Vietnam bersedia memasok beras ke Filipina untuk jangka panjang dengan harga yang wajar.

Pada tahun 2025, 60 persen ekspor beras Vietnam akan dikirim ke pasar Asia, 22 persen ke Afrika, 7 persen ke Amerika Serikat, 4 persen ke Timur Tengah dan 3 persen ke Eropa, menurut dokumen pemerintah negara itu.

4 dari 4 halaman

Kata Mentan

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo buka suara perihal rencana Vietnam tersebut. Dia meyakini pasokan beras nasional akan mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, meskipun Vietnam memangkas ekspornya.

“Beras kita cukup banyak. Coba lihat data Badan Pusat Statistik (BPS). Kita stoknya juga cukup dan kemarin juga sudah ada yang masuk,” kata Mentan melansir Antara di Jakarta, Senin (29/5/2023).

Syahrul mengatakan seluruh data yang dimiliki pemerintah menunjukkan pasokan beras di dalam negeri aman. Data tersebut dihimpun dari BPS, data pertanian menggunakan satelit dengan kecerdasan buatan, dan laporan manual yang diberikan daerah.

"Semua menunjukkan hal yang sangat positif. Kami pakai data paling rendah, itu di BPS,” ujar dia.

Vietnam, bersama India dan Pakistan merupakan sumber impor beras terbesar bagi Indonesia. Pada 2022, nilai impor beras Indonesia dari Vietnam diketahui sebanyak 81.828 ton.

Sebagaimana dikutip dari laporan Reuters, Vietnam bakal memangkas ekspor beras tahunannya hingga 44 persen mulai 2030 mendatang. Artinya, ekspor yang biasanya 7,1 ton hanya menjadi 4 juta ton per tahun.

Vietnam merupakan negara terbesar ketiga untuk ekspor beras dunia.

Berdasarkan laporan yang mengutip dokumen Pemerintah Vietnam tersebut, pengurangan ekspor dilakukan untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negerinya, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim, serta meningkatkan ekspor beras berkualitas.

Dengan kebijakan ini, maka ekspor beras Vietnam diperkirakan bakal turun menjadi USD 2,62 miliar per tahun pada 2030, dari sebelumnya mencapai USD 3,45 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.