Sukses

Harga Emas Diprediksi Tembus USD 2.000 Jika AS Bangkrut

Jika AS tidak menaikkan plafon utangnya yang sudah mencapai ambang batas, hal itu diprediksi akan menaikkan harga emas lebih jauh.

Liputan6.com, Jakarta Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi melihat harga emas dunia, yang masih akan terus dipengaruhi oleh suku bunga Federal Reserve AS masih bertahan di level USD 1.900 per ons.

"Sebagian besar spekulan melihat The Fed tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat (meski inflasi AS sudah menunjukkan penurunan)," kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Jumat (19/5/2023).

Seperti diketahui, The Fed atau Bank Sentral AS telah utamanya sebesar 0,25 persen menjadi 5 persen dan 5,25 persen, menandai kenaikan ke-10 dalam 14 bulan berturut-turut.

Selain itu, Amerika Serikat juga sedang dihantui oleh utang yang telah mencapai ambang batas senilai USD 31,4 triliun. Sejauh ini, kebuntuan masih berlangsung di Kongres mengenai keputusan apakah akan menaikkan batas utang.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pun telah mengingatkan bahwa Amerika Serikat dapat mengalami gagal bayar atau default jika plafon utang tidak dinaikkan paling lambat 1 Juni mendatang.

Ibrahim memprediksi, jika AS tidak menaikkan plafon utangnya, hal itu dapat menaikkan harga emas lebih jauh.

"1 Juni merupakan tanggal yang penting bagi Amerika. Jika plafon utang yang sudah mencapai USD 31,4 triliun tidak dinaikkan, hal itu dapat mendorong harga emas dunia ke kisaran USD 2.000," sebutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Emas Dunia Lanjutkan Pelemahan karena AS Tak Jadi Gagal Bayar

Diwartakan sebelumnya, bahwa harga emas dunia memperpanjang pelemahan pada penutupan perdagangan Kamis usai keluarnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih baik. Data ekonomi yang membaik ini semakin memperkuat taruhan bahwa Bank Sentral AS atau the Fed akan melonggarkan kebijakan moneter.

Selain itu, harga emas dunia juga mengalami tekanan karena adanya optimisme dari pelaku pasar bahwa akan ada kesepakatan dari pemerintah AS mengenai plafon utang sehingga potensi gagal bayar bisa terhindari.

Mengutip CNBC, Jumat (19/5/2023), harga emas di pasar spot turun 1,3 persen menjadi USD 1.956,1346 per ons pada pukul 15:24. EDT, setelah sebelumnya menyentuh level terendah sejak 3 April di level USD 1.951,73 per ons.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,2 persen menjadi USD 1.959,4 per ons.

Jumlah klaim pengangguran baru AS lebih rendah dari perkiraan minggu lalu disertai dengan penurunan yang lebih ringan dalam indeks bisnis dari Philadelphia Fed.

Seiring dengan pasar tenaga kerja yang relatif lebih baik ini, beberapa optimisme atas negosiasi plafon utang juga telah memperkuat nilai tukar dolar AS dan mendukung bursa saham.

Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger menjelaskan, sentimen yang ada ini sedikit mengurangi permintaan safe-haven seperti emas.

"Kami melihat tidak ada lagi sentimen positif di pasar emas seperti yang telah kami lihat selama beberapa bulan ini."

Menekan emas, Wall Street berbalik lebih tinggi dan dolar AS serta imbal hasil Treasury 10-tahun naik ke puncak multi-minggu pada data ekonomi.

3 dari 3 halaman

Kebijakan The Fed Tekan Harga Emas Dunia

Pelaku pasar saat ini memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan Juni, dibandingkan dengan taruhan 20 persen untuk pemotongan sekitar sebulan yang lalu.

Emas yang tidak memberikan imbal hasil sulit bergerak naik ketika suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan pengembalian aset yang bersaing seperti obligasi.

Presiden Fed Dallas Lorie Logan mengatakan, inflasi belum turun yang bisa memungkinkan Fed menghentikan kenaikan suku bunga pada Juni. Sementara Gubernur Fed Philip Jefferson mengatakan masih terlalu dini untuk menilai dampak penuh dari kenaikan pesat sejauh ini.

Keduanya duduk di komite Fed yang menetapkan kebijakan moneter.

"Kegagalan emas untuk mempertahankan dukungan teknis pada rata-rata pergerakan 50 hari kemungkinan akan mendorong pengujian penurunan lebih lanjut," kata analis independen Ross Norman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.