Sukses

Mulai Melandai, Inflasi AS Capai 5 Persen di Maret 2023

Inflasi Amerika Serikat naik 0,1 persen menjadi 5 persen pada Maret 2023.

Liputan6.com, Jakarta Inflasi di Amerika Serikat kembali menunjukkan peredaan pada Maret 2023, ketika kenaikan suku bunga Federal Reserve mulai menunjukkan dampak yang lebih besar. 

Melansir CNBC International, Kamis (13/4/2023), data inflasi AS di mana indeks harga konsumen, yang menjadi ukuran biaya barang dan jasa di AS, naik 0,1 persen menjadi 5 persen pada Maret 2023.

Sementara indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk biaya pangan dan energi di AS, meningkat 0,4 persen menjadi 5,6 persen pada tingkat tahunan.

Adapun biaya pangan di AS yang turun 0,3 persen pada Maret, menandai penurunan pertama sejak September 2020. Namun negara itu masih mengalami kenaikan harga telur hingga 10,9 persen bulan ini.

Sedangkan biaya hunian naik sebesar 0,6 persen, kenaikan terkecil sejak November 2022. Sebagai informasi, biaya hunian menyumbang sekitar sepertiga dari bobot indeks harga konsumen AS dan diawasi dengan ketat oleh The Fed.

"Ketika ekonomi melambat, harga konsumen akan melambat lebih jauh dan akan membawa inflasi lebih dekat ke target jangka panjang The Fed sebesar 2 persen," kata effrey Roach, kepala ekonom AS di LPL Financial.

"Pasar kemungkinan akan bereaksi positif terhadap laporan ini karena investor semakin percaya bahwa pertemuan The Fed berikutnya mungkin menjadi pertemuan terakhir ketika Komite menaikkan tingkat target dana," jelasnya.

Kemudian harga kendaraan bekas, yang menjadi kontributor utama lonjakan inflasi AS pada tahun 2021, turun 0,9 persen di bulan Maret menjadi 11,2 persen. Biaya perawatan medis di negara itu juga turun 0,5 persen untuk bulan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perlambatan yang Berlanjut

Data menunjukkan bahwa sementara inflasi masih jauh di atas target The Fed, setidaknya masih menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang berkelanjutan.

Seperti diketahui, The Fed menargetkan inflasi AS sekitar 2 persen sebagai tingkat pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.

Stabilnya laju inflasi AS didukung oleh penurunan biaya energi sebesar 3,5 persen dan indeks pangnan yang tidak berubah.

Selama setahun terakhir, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak sembilan kali dengan total 4,75 poin persentase, laju pengetatan tercepat sejak awal 1980-an.

Salah satu sektor utama yang ditargetkan bank sentral AS adalah pasar tenaga kerja. Kekurangan pekerja telah membantu mendongkrak upah dan harga, situasi yang agak mereda dalam beberapa bulan terakhir.

3 dari 4 halaman

Harga Minyak Naik 2 Persen Imbas Laporan Inflasi AS

Harga minyak naik sekitar 2 persen pada hari Selasa di tengah harapan bahwa Federal Reserve mungkin melonggarkan pengetatan kebijakannya. Pergerakan harga minyak setelah laporan inflasi utama AS minggu ini, meskipun kekhawatiran tetap ada atas permintaan China.

Dikutip dari CNBC, Rabu (12/4/2023), harga minyak mentah Brent berjangka naik USD 1,73 atau 2,1 persen, menjadi USD 85,57 per barel. West Texas Intermediate Futures AS naik USD 1,74 atau 2,1 persen, menjadi USD 81,48 per barel.

Investor lebih optimis bahwa Federal Reserve AS semakin dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Prospek The Fed menaikkan suku bunga acuan hanya sekali lagi dan dalam kenaikan 25 basis poin adalah titik awal yang berguna tetapi jalur kebijakan bank sentral akan bergantung pada data yang masuk, Presiden Fed New York John Williams mengatakan pada hari Selasa.

Laporan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu diharapkan dapat membantu investor mengukur lintasan jangka pendek untuk suku bunga.

"Prospek permintaan minyak mentah jangka pendek akan segera menjadi lebih jelas. Minggu ini kita akan mengetahui apakah ekonomi AS mengambil langkah-langkah ke dalam kolam resesi atau apakah akan melakukan tembakan meriam ke dalamnya, ”kata Edward Moya, analis senior di OANDA.

4 dari 4 halaman

Jaga Inflasi Tak Meledak di Lebaran, Bos BI: Yang Punya Bahan Pangan Ojo Disimpen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan prospek dan tantangan pengendalian inflasi di tahun 2023 ini.

"Inflasi IHK 2023 diprakirakan kembali ke sasaran 3 persen kurang lebih 1 persen dengan beberapa tantangan," demikian paparan Perry Warjiyo dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Jawa 2023 yang disiarkan pada Rabu (5/4/2023).

Gubernur BI juga mengutip data IMF yang mencatat bahwa inflasi global masih berada di angka yang tinggi, namun berhasil turun signifikan dari 8,8 persen tahun lalu menjadi 5,2 persen tahun ini.

Terkait inflasi inti, Perry Warjiyo mengatakan, permintaan domestik menguat, ekspektasi inflasi perlu terus dikelola, juga dampak nilai tukar Rupiah terhadap inflasi perlu dijaga, serta transmisi harga impor ke harga jual domestik.

Dengan situasi harga pangan yang bergejolak, Perry Warjiyo mengingatkan bahwa "risiko kekeringan perlu diwaspadai, fluktuasi produksi (antarwaktu dan antardaerah) masih terjadi, kenaikan permintaan Horeca".

Katahanan Pangan

Dengan demikian, dia menyerunkan pentingnya mendorong ketahanan pangan dan produksi pangan dengan agrifarming, dan digitalisasi.

Memasuki musim libur Lebaran, Gubernur BI juga menghimbau pasar pasar untuk segera memastikan bahwa stok dagangan bahan pangan sudah cukup tersedia. 

"Yang punya barang ojo disimpen, rakyat membutuhkan. Beras, minyak goreng, telur, ayam, apapun buat opor harus ada di pasar, sehingga ini betul betul supply nya ada," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.