Sukses

Produksi Padi Tinggi, kenapa Harga Beras Masih Mahal?

Berdasarkan data BPS, lima kota dengan tingkat inflasi beras tertinggi secara tahunan yakni di Palangkaraya (29,15 persen), Madiun (21,58 persen), Kotamobagu (20,98 persen), Pekan Baru (20,05 persen) dan Bungo (18,93 persen).

Liputan6.com, Jakarta - Produksi beras di Indonesia pada Januari-April 2023 mencapai 13,79 juta ton. Perkiraan produksi beras ini naik 80 ribu ton dibandingkan tahun lalu yang berada di angka 13,71 juta ton. Namun sayangnya, kenaikan  produksi beras ini belum mampumemangkas harga beras.

Deputi Bidang Statistik dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji ismartini menjelaskan, saat ini harga beras justru mengalami peningkatan. Hal ini dipicu dari curah hujan yang tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya biaya produksi beras. 

“Secara produksi gabah berpotensi naik, tapi curah hujan yang tinggi di Februari mengakibatkan gabah yang dipanen ini jadi tidak baik kondisinya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2023).

Akibatnya, dalam proses penggilingan dari gabah menjadi beras, dibutuhkan biaya tambahan. Para penggiling beras harus menggunakan blower atau mesin pengering, agar gabah bisa diproses menjadi beras. 

“Makanya penggilingan ini harus keluarkan ongkos produksi yang lebih tinggi dibandingkan saat mendapatkan kualitas gabah sebelumnya,” kata dia. 

Biaya produksi tersebut yang pada akhirnya dibebankan kepada harga jual. Sehingga tak heran, harga beras tetap naik meskipun dari sisi produksi mengalami peningkatan. 

“Ongkos produksi ini yang dibebankan ke harga jual,” kata dia. 

Inflasi karena Harga Beras

Berdasarkan data BPS, lima kota dengan tingkat inflasi beras tertinggi secara tahunan yakni di Palangkaraya (29,15 persen), Madiun (21,58 persen), Kotamobagu (20,98 persen), Pekan Baru (20,05 persen) dan Bungo (18,93 persen). Sementara itu, jika berdasarkan inflasi beras secara bulanan tertinggi di Luwuk, Maumere, Palu, Tasikmalaya dan Depok.

Sebagai informasi, pada Februari 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp11.818,00 per kg, naik sebesar 4,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp11.301,00 per kg atau naik sebesar 4,62 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp10.468,00 per kg atau naik sebesar 2,35 persen. 

Dibandingkan dengan Februari 2022, rata-rata harga beras di penggilingan pada Februari 2023 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing  naik sebesar 20,26 persen; 20,75 persen; dan 15,52 persen.

Data tersebut berasal dari survei harga produsen beras di penggilingan dilakukan pada selama Februari 2023 di 877 perusahaan penggilingan di 31 provinsi, dimana diperoleh 1.122 observasi beras di penggilingan.

Reporter: Anisyah Al Faqir

 Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Stabilkan Harga Beras, Pemerintah Guyur Rp 860 Miliar untuk Ketahanan Pangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan negara telah membelanjakan Rp860 miliar untuk program prioritas ketahanan pangan.

Dana tersebut disalurkan melalui Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selama bulan Januari 2023.

“Ketahanan pangan sudah terbelanjakan hampir Rp1 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Rabu (22/2).

Dia menjelaskan alokasi anggaran ketahanan pangan digunakan untuk menekan kenaikan harga pangan di tingkat masyarakat. Utamanya untuk mencegah kenaikan harga beras. 

“Alokasi ketahanan pangan ini untuk menangani harga pangan dan harga beras agar bisa lebih stabil lagi,” kata dia. 

Sri Mulyani menjelaskan Kementerian PUPR telah menyerap Rp630,8 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan bendungan dan irigasi.

Sementara itu,  Kementan telah membelanjakan Rp125,4 miliar dan KKP sebesar Rp99,4 miliar. Penyerapan anggaran tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan teknis di kementerian/lembaga. 

3 dari 3 halaman

Anggaran APBN

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menyediakan dana Rp104,2 triliun untuk menjaga ketahanan pangan nasional tahun ini. Dana tersebut pun tersebar dalam anggaran di kementerian/lembaga dan berbagai instansi yang mendapatkan jatah APBN dari negara. 

“Anggaran ketahanan pangan ada Rp104,2 triliun yang ada di kementerian/lembaga dan non kementerian/lembaga,” kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (20/2). 

Airlangga mengatakan dana tersebut akan digunakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan dan perekonomian nasional yang masih dalam masa pemulihan. Apalagi dalam waktu dekat, akan ada momentum bulan puasa dan hari lebaran yang berdasarkan historisnya mengalami kenaikan inflasi. 

“Ini momentum pemulihan ekonomi nasional dan inflasi yang terjaga diharapkan menjadi pondasi ekonomi di tahun 2023,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.