Sukses

Resesi Global Mengancam, Ekonomi Indonesia Bakal Lesu 9 Bulan di 2023

Situasi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian yang tinggi di tahun depan. Kenaikan inflasi masih akan terus berlanjut sampai tengah tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Situasi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian yang tinggi di tahun depan. Kenaikan inflasi masih akan terus berlanjut sampai tengah tahun 2023.

Kenaikan suku bunga di luar maupun dalam negeri sangat mungkin terjadi. Tak ayal kondisi pertumbuhan ekonomi nasional selama 9 bulan ke depan akan menyengsarakan. Hanya di tiga bulan terakhir kondisi ekonom mulai membaik.

"Beratnya itu dalam tiga kuartal ini kita akan sengsara, tapi kuartal keempat akan mulai membaik," kata Deputi Bidang Usaha Mikro, Kementerian Koperasi dan UKM Yulius dalam acara Refleksi 2022 dan Outlook 2023 di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022).

Dalam menghadapi situasi ini, Kementerian Koperasi dan UKM menilai kehadiran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa menjadi penolong bagi para pelaku usaha. Sehingga anggaran KUR tahun depan pun naik menjadi Rp 460 triliun dari sebelumnya di tahun 2022 sebesar Rp 373 triliun.

"Pada saat 3 kuartal ini peran KUR-lah yang akan kita dorong untuk memberikan akses pembiayaan kepada dunia usaha," kata Yulius.

Bagi-bagi KUR ini juga dilakukan dalam rangka menjaga daya beli masyarakat. Mengingat pertumbuhan ekonomi yang bisa tembus di atas 5 persen saat ini banyak dikontribusi dari konsumsi rumah tangga.

"Pertumbuhan kita cukup baik yaitu 5 persen ini tertolong dua hal, yaitu konsumsi yang peranannya besar dan di situlah UMKM akan kita dorong untuk melakukan konsumsi," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ekspor UMKM

Selain itu, tingginya pertumbuhan ekonomi tahun ini juga didorong oleh porsi ekspor produk UMKM Indonesia yang masih kecil atau hanya sekitar 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara porsi ekspor Singapura mencapai 110 persen dari PDB.

"Kita tertolong di sini, tapi bukan karena kita akan diam saja, kita akan melakukan berbagai kebijakan," katanya.

Di sisi lain, tahun depan dunia sudah mulai akan beranjak dari pandemi menjadi endemi. Sehingga dunia usaha khususnya UMKM membutuhkan dan untuk modal.

"Dari pandemi ke endemi ini tentunya kita memerlukan pinjaman-pinjaman perbankan dan juga KUR, makanya ini dinaikkan tahu depan," pungkasnya.

Situasi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian yang tinggi di tahun depan. Kenaikan inflasi masih akan terus berlanjut sampai tengah tahun 2023.

Kenaikan suku bunga di luar maupun dalam negeri sangat mungkin terjadi. Tak ayal kondisi ekonomi nasional selama 9 bulan ke depan akan menyengsarakan. Hanya di tiga bulan terakhir kondisi ekonom mulai membaik.

"Beratnya itu dalam 3 kuartal ini kita akan sengsara, tapi kuartal keempat akan mulai membaik," kata Deputi Bidang Usaha Mikro, Kementerian Koperasi dan UKM Yulius dalam acara Refleksi 2022 dan Outlook 2023 di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta Selatan, Senin (26/12).

 

3 dari 3 halaman

KUR Jadi Penolong

Dalam menghadapi situasi ini, Kementerian Koperasi dan UKM menilai kehadiran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa menjadi penolong bagi para pelaku usaha. Sehingga anggaran KUR tahun depan pun naik menjadi Rp 460 triliun dari sebelumnya di tahun 2022 sebesar Rp 373 triliun.

"Pada saat 3 kuartal ini peran KUR-lah yang akan kita dorong untuk memberikan akses pembiayaan kepada dunia usaha," kata Yulius.

Bagi-bagi KUR ini juga dilakukan dalam rangka menjaga daya beli masyarakat. Mengingat pertumbuhan ekonomi yang bisa tembus di atas 5 persen saat ini banyak dikontribusi dari konsumsi rumah tangga.

"Pertumbuhan kita cukup baik yaitu 5 persen ini tertolong 2 hal yaitu konsumsi yang peranannya besar dan di situlah UMKM akan kita dorong untuk melakukan konsumsi," kata dia.

Selain itu, tingginya pertumbuhan tahun ini juga didorong oleh porsi ekspor produk UMKM Indonesia yang masih kecil atau hanya sekitar 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara porsi ekspor Singapura mencapai 110 persen dari PDB.

"Kita tertolong di sini, tapi bukan karena kita akan diam saja, kita akan melakukan berbagai kebijakan," katanya.

Di sisi lain, tahun depan dunia sudah mulai akan beranjak dari pandemi menjadi endemi. Sehingga dunia usaha khususnya UMKM membutuhkan dan untuk modal.

"Dari pandemi ke endemi ini tentunya kita memerlukan pinjaman-pinjaman perbankan dan juga KUR, makanya ini dinaikkan tahu depan," pungkasnya.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.