Sukses

Produksi Udang Indonesia Ditarget 2 Juta Ton pada 2024

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono menargetkan produksi udang hingga akhir 2024 mencapai 2 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono menargetkan produksi udang hingga akhir 2024 mencapai 2 juta ton. Untuk mencapai ini, KKP tengah menyiapkan kawasan tambak udang moderen.

"Mudah-mudahan sisa pemerintahan ini 2024 akhir kita sudah bisa menyelesaikan seluas 1000 hektar kawasan tambak udang modern dan ini adalah menjadi salah satu target kementerian, ini juga (target) di akhir 2024 capai 2 juta ton produksi udang," ucap Wahyu di Gedung Mina Bahari, KKP, Senin (26/12/2022).

Wahyu menuturkan bahwa pasar untuk komoditas udang memiliki permintaan dan nilai yang cukup tinggi, yaitu sekitar USD30 miliar. Mempertimbangkan porsi besar itu, dia mengatakan bahwa KKP juga tengah merintis secara perlahan kampung-kampung budidaya sumber daya laut. Saat ini, kampung budidaya ikan patin, dan rumput laut menjadi salah satu upaya yang telah dikerjakan oleh KKP.

Dia menuturkan, kampung-kampung budidaya ke depan akan dibekali teknologi yang mumpuni untuk meningkatkan nilai produksi.

"Kita ingin membuat semacam satu kawasan budidaya yang modern yang bagus yang berjangka panjang yaitu salah satu yang akan kita kejar adalah budidaya udang," ucapnya.

Dia menambahkan, tujuan pembangunan kampung-kampung budidaya laut bertujuan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat pesisir. Dia mengatakan, kendala masyarakat pesisir selama ini yaitu minimnya peralatan sekaligus bekal melaut yang sesuai terhadap luas laut Indonesia.

"Ibaratnya kita ini seorang petani yang begitu luas lahannya tapi kita cuma pakai cangkul, cangkulnya kecil lagi, secara manual ya tidak mungkin kita bisa segera mencangkuli seluruh luasan wilayah itu," ungkapnya.

"Ini kendala, tapi apapun namanya dengan kondisi yang ada kita harus juga mencapai cita-cita mensejahterakan masyarakat pesisir," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Data Produksi Udang

Berdasarkan data KKP, produksi udang pada 2021 sebesar 1,11 juta. Adapun, produksi udang paling besar pada 2017 sebanyak 1,37 juta ton dengan nilai Rp82,49 triliun.

Secara rinci, produksi udang yang berasal dari hasil budi daya sebanyak 943.481,18 ton pada tahun 2020. Nilai produksi dari budi daya udang mencapai Rp63,2 triliun.

Produksi udang dari hasil tangkap laut sebanyak 247.501,15 ton pada 2021. Nilai produksi udang dari hasil tangkap laut sebesar Rp14,59 triliun. Sementara, produksi udang dari hasil tangkap perairan umum daratan (PUD) sebesar 18.183,47 ton. Nilai produksi udang dari jenis usaha ini mencapai Rp1,43 triliun.

3 dari 4 halaman

Tingkatkan Kapasitas Produksi Udang, LPEI Fasilitasi Desa Devisa di Situbondo

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus menguatkan komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekspor nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPEI senantiasa melakukan berbagai upaya melalui program-programnya, salah satunya dengan meresmikan Desa Devisa Klaster Udang di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur beberapa waktu lalu pada tanggal 15 Juli 2022.

Daerah tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil udang di Jawa Timur yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor terutama untuk udang Vaname. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) yang tergabung di dalamnya sebanyak ± 20 petambak udang yang tersebar di 4 kecamatan dan 6 desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Sebagai tindak lanjut dari komitmennya, LPEI memberikan alat produksi berupa kincir air kepada petambak sebagai wujud pendampingan dari aspek produksi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Desa Devisa Klaster Udang (5/12).

Adapun alat produksi yang diberikan LPEI berjumlah 10 unit dengan penerima manfaat sebanyak 80 petambak. Kegiatan ini dihadiri secara fisik oleh Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo beserta perwakilan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Multi Fishes Bahari dan Alkautsar Bugeman Makmur.

“Kincir air yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi petambak dengan mengurangi potensi gagal panen udang karena jika satu kincir air rusak akan terdapat kincir air lainnya sebagai back-up, sehingga sirkulasi oksigen dalam tambak masih terjaga,” jelas Kepala Divisi Jasa Konsultasi Gerald Grisanto, Rabu (7/12/2022).

4 dari 4 halaman

Tahan Lebih Lama

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus menguatkan komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekspor nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPEI senantiasa melakukan berbagai upaya melalui program-programnya, salah satunya dengan meresmikan Desa Devisa Klaster Udang di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur beberapa waktu lalu pada tanggal 15 Juli 2022.

Daerah tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil udang di Jawa Timur yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor terutama untuk udang Vaname. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) yang tergabung di dalamnya sebanyak ± 20 petambak udang yang tersebar di 4 kecamatan dan 6 desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Sebagai tindak lanjut dari komitmennya, LPEI memberikan alat produksi berupa kincir air kepada petambak sebagai wujud pendampingan dari aspek produksi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Desa Devisa Klaster Udang (5/12).

Adapun alat produksi yang diberikan LPEI berjumlah 10 unit dengan penerima manfaat sebanyak 80 petambak. Kegiatan ini dihadiri secara fisik oleh Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo beserta perwakilan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Multi Fishes Bahari dan Alkautsar Bugeman Makmur.

“Kincir air yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan kapasitas produksi petambak dengan mengurangi potensi gagal panen udang karena jika satu kincir air rusak akan terdapat kincir air lainnya sebagai back-up, sehingga sirkulasi oksigen dalam tambak masih terjaga,” jelas Kepala Divisi Jasa Konsultasi Gerald Grisanto, Rabu (7/12/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.