Sukses

Perluas Layanan, Startup Telemedicine Mulai Rambah E-Commerce

Dengan kolaborasi dengan e-commorce akan mendorong pertumbuhan penggunaan layanan kesehatan digital yang mudah diakses dengan harga yang terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu perusahaan bidang telemedicine yang sudah dikenal masyarakat Indonesia, SehatQ kini membuka official store di berbagai e-commerce ternama seperti Tokopedia, Shopee, dan JD.id untuk memperluas layanan kesehatannya.

Lewat kerja sama ini, customer dapat membeli berbagai layanan kesehatan SehatQ, mulai dari scaling gigi hingga imunisasi anak, di ketiga platform tadi dengan mudah dan terjangkau.

Strategi kolaborasi ini dijalankan agar pengguna platform e-commerce tersebut bisa makin mudah mendapatkan layanan kesehatan yang disediakan SehatQ.

“Kolaborasi antara Tokopedia dengan SehatQ dalam meluncurkan Official Store di Tokopedia menjadi salah satu upaya kami untuk #SelaluAdaSelalu bisa dalam mempermudah masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk yang berkaitan dengan layanan kesehatan yang aman dan efisien," kata Category Development (Health) Senior Lead Tokopedia, Christin Berlina dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (11/9/2022).

"Melalui kesempatan ini, Tokopedia juga berharap bisa menjadi platform bagi para pegiat usaha lokal, termasuk di bidang layanan kesehatan, untuk menciptakan peluang demi sekaligus membantu pemulihan ekonomi nasional,” lanjut dia.

 

Sementara itu, CCO SehatQ, Andrew Sulistya menyampaikan, kolaborasi ini bertujuan untuk memperlihatkan kredibilitas layanan SehatQ.

Selain mendorong pertumbuhan penggunaan layanan kesehatan digital yang mudah diakses dengan harga yang terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.

"Banyak layanan yang kita buka di platform e-commerce, mulai dari paket skrining kesehatan, MCU, paket vaksin hingga dermatologi dari banyak faskes rekanan," tutur dia.

Saat ini SehatQ telah bekerja sama dengan lebih dari 1,700 apotek dan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Jangkauan yang luas ini sangatlah penting agar para pengguna e-commerce bisa dengan mudah menikmati layanan kesehatan yang terjangkau di sekitar mereka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fenomena Bubble Burst, Hantu Menakutkan bagi Startup?

Fenomena bubble burst bukan hantu yang menakutkan bagi perusahaan rintisan di Indonesia (startup). Ini karena fundamental perusahaan rintisan di Indonesia masih cukup bagus.

Selain itu, eksosistem digital di Indonesia juga belum terlalu besar sehingga tidak terlalu terpengaruh terhadap fenomena bubble burst yang melanda di Amerika Serikat.

Bubble burst merupakan sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi atau nilai pasar naik sangat cepat, khususnya harga aset namun diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi. Pada umumnya gelembung yang disebabkan lonjakan harga aset didorong oleh perilaku pasar yang tinggi. Fenomena ini membuat sejumalh perusahaan rintisan di Indonesia berhenti operasi dan mem-PHK karyawan.

Managing Partners East Ventures Roderick Purwana mengatakan, kondisi yang dialami perusahaan rintisan di Indonesia saat ini dikarenakan banyak faktor antara lain krisis geopolitical yaitu perang di Ukraina serta proses pemulihan dari pandemi Covid-19.

“Kenapa orang bilang sekarang winter is coming, mungkin karena memang paralel dengan adanya krisis geopolitik di Ukraina, recovery pandemi. Implikasinya tidak terlalu besar ke Indonesia karena ekosistem digital yang masih tarif awal. Dampak yang terasa paling besar hanya ke ekspektasi valuasi perusahaan,” jelas Roderick dikutip Minggu (21/8/2022).

Roderick menambahkan, perjalanan perusahaan rintisan itu memang terjal dan bukan hanya saat ini saja. Kata dia, perusahaan rintisan perlu waktu untuk membuat produk dan diterima oleh pasar. Karena itu, perusahaan rintisan yang punya fundamental kuat tidak akan terpengaruh dengan fenomena bubble burst.

3 dari 3 halaman

Revolusi Industri Keempat

CEO Katadata Indonesia Metta Dharmasaputra mengatakan, fenomena bubble burst yang menimpa perusahaan rintisan di Indonesia saat ini adalah bagian dari revolusi industri keempat.

Menurut Metta, transformasi digital justru terjadi ketika Covid-19 melanda dunia. Berdasarkan data dari Google Temasek, selama 2015-2019 populasi yang terhubung internet bertambah 100 juta. Sedangkan selama dua tahun pandemic bertambah 80 juta.

Kata Metta, pengguna internet akan bertambah terus. 9 dari 10 new digital consumer akan berlanjut dan yang menarik outlook ke depan wilayah Asia Tenggara akan masuki tahap decade digital. Nilai internet ekonomi pada 2021 mencapai USD 170 miliar dan bertambah menjadi USD 360 miliar pada empat tahun kemudian serta jadi USD 1 triliun pada 2030.

“Lalu di mana posisi Indonesia, Indonesia diperkirakan akan jadi pemain digital terbesar di Asia Tenggara angkanya pada 2020 berjumlah USD 47 miliar, pada 2021 menjadi USD 70 miliar dan diperkirakan pada 2025 menjadi 146 miliar dolar AS. Angka-angka ini membawa titik optimisme baru bahawa digital ekonomi akan terus mewarnai perekonomian Indonesia dan bubble burst bukan fenomena hantu yang menakutkan,” jelas Metta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.