Sukses

G20 jadi Momentum RI Lindungi Kepentingan Nasional di Tengah Dinamika Global

Ajang Presidensi G20 pun dinilai bisa menjadi momentum yang tepat untuk melindungi kepentingan nasional di tengah dinamika global.

 

Liputan6.com, Jakarta Indonesia sebagai negara berkedaulatan dinilau perlu memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Ajang Presidensi G20 pun dinilai bisa menjadi momentum yang tepat untuk melindungi kepentingan nasional di tengah dinamika global.

Ketua Program Studi Studi Wilayah Eropa Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Universitas Indonesia (SKSG-UI) Henny Saptatia mengatakan secara alamiah negara-negara kaya akan selalu menggunakann kekuatannya untuk memaksakan kepentingan mereka pada level global. 

Pemaksaan kepentingan oleh negara-negara kaya ini tak jarang dilakukan dengan cuci tangan atas dampak buruk yang kerap dihasilkan. Lebih parah, mereka justru sering membebankan negara-negara lemah untuk bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.

Hal tersebut disampaikan Henny Saptatia sebagai narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia bertajuk Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasok Global, pekan lalu di Jakarta.

“Negara-negara kaya menggunakan berbagai cara seperti menggunakan pihak ketiga untuk membebankan eksternalitas negatif dari perekonomian dunia kepada negara-negara lemah. Padahal, penyumbang terbesar dari eksternalitas tersebut justru negara-negara kaya,” kata Henny, dikutip Kamis (25/8/2022).

Sementara Professor Hubungan Internasional Universitas Indonesia Evi Fitriani menambahkan bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia juga merupakan refleksi dari kebijakan politik dalam negerinya.

“Sehingga butuh soliditas dalam perpektif pengambil kebijakan strategis Indonesia. Dengan demikian, Indonesia mampu membangun kemandirian untuk kebutuhan-kebutuhan mendasar negara. Kemandirian ini juga sangat penting sebagai modal Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam kancah global,” jelas Evi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pergerakan Kapital Global

Sedanggkan Kepala Pusat Kajian Iklim Usaha dan Global Value Chain LPEM FEB Universitas Indonesia Mohamad Dian Revindo memaparkan bahwa dalam memperjuangkan kepentingan nasional, Indonesia juga perlu jeli memandang dan memanfaatkan pergerakan kapital global.

Tujuannya agar memudahkan adaptasi proyeksi ekonomi nasional untuk memudahkan adaptasi dalam dinamika ekonomi global.

Sebagai informasi, FGD Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini merupakan bagian dari rangkaian acara Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV yang akan dilaksanakan Oktober nanti.

Gelaran ini dibuka oleh Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhanas Mayjen TNI Sugeng Santoso yang menjelaskan bahwa rangkaian seminar ini juga diharapkan akan menghasilkan rekomendasi untuk KTT G20 dalam menghadapi situasi global yang menantang kini seperti krisis pangan, energi, hingga ancaman inflasi.

 

3 dari 3 halaman

Dubes Ukraina Tak Yakin G20 Bisa Damaikan Invasi Rusia

Dubes Ukraina untuk RI Vasyl Hamianin meragukan event G20 di Bali bisa mendamaikan invasi Rusia. Pasalnya, tuntutan Rusia sepihak dan meminta Ukraina melepaskan wilayahnya.

Ukraina telah menegaskan tidak akan memberikan wilayahnya demi kedamaian. Upaya mediasi perdamaian masih diharapakan Ukraina, tetapi Dubes Vasyl ragu itu bisa terjadi di G20.

"Saya tidak berpikir itu akan terjadi. Saya tidak berpikir hal itu memungkinkan, bukan karena Ukraina, tetapi karena Rusia tidak mampu negosiasi perdamaian," ujar Dubes Ukraina untuk RI Vasyl Hamianin saat memperingati kemerdekaan negaranya di markas Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jakarta, Rabu (24/8/2022).

Dubes Hamianin lantas mengingatkan sudah banyak upaya perdamaian, mulai dari di perbatasan Ukraina-Belarusia, idialog di Turki, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Moskow, upaya dari PBB, dan sejumlah pemimpin dunia lainnya yang telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami tidak ingin memperdagangkan negara kita," ujar Dubes Ukraina. "Jika kita bernegosiasi dengan Rusia, poin pertama adalah semua wilayah harus dibebaskan dan tak ada prajurit Rusia yang menetap."

Rencana Kedatangan Zelensky 

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata tidak bisa datang ke G20 apabila negaranya masih perang. Dubes Hamianin berkata keputusan Presiden Zelensky datang ke G20 akan ditentukan pada September 2022. 

Selain itu, Dubes Hamianin juga mengaku ragu-ragu bahwa Presiden Vladimir Putin akan benar-benar datang ke G20.

"Saya ragu Putin akan datang," ujar Dubes Vasyl Hamianin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.