Sukses

Program Bansos Bikin Harga Telur di Peternak Melonjak 15 Persen

Program bantuan sosial (bansos) disebut-sebut jadi penyebab naiknya harga telur ayam di pasaran. Suplai telur menjadi sedikit berkurang ketimbang permintaan di waktu normal.

Liputan6.com, Jakarta Program bantuan sosial (bansos) disebut-sebut jadi penyebab naiknya harga telur ayam di pasaran. Suplai telur menjadi sedikit berkurang ketimbang permintaan di waktu normal.

Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi menyampaikan, bansos mengerek naik harga telur ayam di tingkat peternak sebesar 15 persen. Dari semula Rp 22.000-24.000 per kilogram, menjadi Rp 27.000-29.000 per kilogram.

Dengan kenaikan ini, secara otomatis juga mengerek harga di tingkat konsumen. Maka, masyarakat perlu merogoh kocek sedikit lebih dalam dari biasanya.

"Sejak tanggal 8 Agustus sampai 23 Agustus ada program Bansos ya, itu yang buat harga ditingkat peternak melonjak 15 persen disaat supply masih kurang," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (26/8/2022).

Kendati demikian, Musbar mengaku bingung dengan klaim Menteri Sosial Tri Rimaharini yang membantah kenaikan harga telur akibat suplai untuk bansos. Ia masih mencari titik utama yang menjadi penyebab naiknya harga telur ayam.

"Lah terus apa dong yang buat kenaikan harga di tingkat konsumen dari kewajarannya? Ini yang masih dicari penyebabnya," ujar dia.

Menurut catatan Liputan6.com, kenaikan harga telur terjadi tak hanya Agustus ini. Beberapa waktu lalu, juga terpantau ada kenaikan harga di tingkat konsumen akhir menjadi sekitar Rp 29.000 per kilogram.

Musbar menguatkan catatan tersebut. Ia mengungkap kenaikan harga telur ayam terjadi karena adanya peningkatan biaya produksi. Salah satunya karena pengaruh harga pakan.

"BEP Telur di tingkat peternak berada di level Rp 22 ribuan per kg ya, sejak awal 2022, yang membuat BEP naik adalah karena harga pakan ayam naik ya. Kalau kita evaluasi sejak Permendag 07 tahun 2020 dikeluarkan, di posisi April 2022 harga pakan ayam sudah naik di level 24 - 26 persen," terang dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Permintaan Kembali Normal

Secara umum, Musbar mengatakan kenaikan harga telur dalam beberapa bulan terakhir karena kondisi yang semakin normal. Tak adanya pembatasan PPKM membuat aktivitas masyarakat berjalan lancar, ekonomi otomatis mengikuti.

Namun, saat permintaan mulai pulih, populasi ayam petelur produksi belum kembali seperti sebelum pandemi. Ini butuh waktu sekitar 3-4 bulan pemulihan populasi.

"Artinya dari sisi supply tidak mencukupi kebutuhan demand itu sendiri," kata dia.

Ini ternyata juga imbas dari pandemi. Dimana mayoritas peternak ayam petelur mengurangi jumlah karena tak kuat bertahan. Dengan begitu, membuat harga dari tingkat peternak alami kenaikan.

"Populasi terkoreksi 30 persen pada saat itu, itu yang membuat harga telur mencapai titik keseimbangan baru, yaitu di level Rp 22.000-24.000 per kilogram," tukasnya.

 

3 dari 4 halaman

Panggil Peternak

Kementerian Perdagangan akan menemui pelaku usaha peternakan telur ayam untuk mengajak bicara dan berdiskusi terkait lonjakan harga telur yang tengah terjadi pada minggu ini.

"Kita dalam waktu dekat ini Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan mengundang pelaku usaha terutama pada tingkat peternakan petelur day old chicken (DOC) untuk mengajak bicara terkait lonjakan harga ini," kata Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra dikutip dari Antara, Kamis (25/8/2022).

Syailendra memaparkan sejumlah faktor yang menyebabkan kenaikan harga telur ayam ras yaitu turunnya populasi ayam petelur hingga 30 persen karena penurunan konsumsi dan merosotnya harga pada awal pandemi COVID-19.

Sehingga, banyak pelaku usaha lebih memilih memotong ayam ketimbang menunggu hasil telurnya.

 

4 dari 4 halaman

Pelonggaran PPKM

Namun, kenaikan permintaan terhadap komoditas bahan pokok tersebut terjadi dengan adanya pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

"Kebijakan pelonggaran PPKM terkait dengan perubahan status COVID-19 dari pandemi menjadi endemi telah meningkatkan permintaan terhadap telur ayam ras dengan sangat signifikan yaitu sebesar 60 persen untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, hotel, restoran, dan kafe, serta industri makanan dan minuman," ujar Syailendra.

Akibat kenaikan permintaan tersebut, lanjutnya, tidak sedikit pedagang besar yang meningkatkan stok telur untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat, selain untuk keperluan mendukung program bansos/penyaluran telur kepada masyarakat.

Kejadian serupa pernah terjadi pada Desember 2021 yang mana penyerapan telur oleh pemerintah untuk bansos menyebabkan harga telur ayam ras di tingkat peternak mencapai Rp23.000 per kilogram (kg) dengan puncak tertinggi terjadi pada minggu IV Desember 2021 yang mencapai Rp26.900 per kg.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.