Sukses

Kata Bos Penerbangan Ini Bye Bye Tiket Pesawat Murah

Sebelum lonjakan biaya energi, maskapai di Inggris dan Eropa banyak menerapkan biaya penerbangan komersial yang murah dalam beberapa dekade terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Bos maskapai Ryanair mengatakan akan menghentikan layanan penerbangan dengan harga atau tiket murah. 

Hal itu disampaikan langsung CEO Ryanair Michael O'Leary, mengatakan era tiket pesawat seharga 10 euro telah berakhir.

Lagi, dia menyebut jika biang keladi dari hilangnya tarif tiket penerbangan murah berkat melonjaknya biaya bahan bakar dipicu perang Rusia-Ukraina.

Dilansir dari BBC, Kamis (11/8/2022) O'Leary mengungkapkan bahwa tarif rata-rata maskapai akan naik dari sekitar 40 euro tahun lalu menjadi sekitar 50 euro selama lima tahun ke depan.

"Tidak ada keraguan bahwa di ujung bawah pasar, tarif promosi kami yang sangat murah-tarif satu euro, tarif 0,99, bahkan tarif 9,99--saya pikir Anda tidak akan melihat tarif itu untuk beberapa tahun ke depan, " jelasnya kepada program Today BBC Radio 4.

Kenaikan biaya bahan bakar menjadi salah satu faktor naiknya biaya penerbangan, juga menaikkan tagihan energi rumah tangga.

Meskipun demikian, O'Leary mengharapkan pelanggan mencari opsi berbiaya lebih rendah daripada mengurangi penerbangan.

"Kami pikir masyarakat akan terus sering memesan penerbangan. Tapi saya pikir masyarakat akan menjadi jauh lebih sensitif terhadap harga dan oleh karena itu pandangan saya adalah mereka akan mempertimbangan pengeluaran," jelasnya.

Sebelum lonjakan biaya energi, maskapai di Inggris dan Eropa banyak menerapkan biaya penerbangan komersial yang murah dalam beberapa dekade terakhir.

Hal itu mendorong kenaikan permintaan, di mana sebagian besar penumpang bepergian untuk berlibur sejenak di luar negeri, selain libur tahunan.

Maskapai seperti Ryanair, Easyjet, Vueling dan Wizz Air telah bersaing untuk menawarkan layanan penerbangan yang murah tanpa embel-embel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penerbangan Timbulkan Risiko Iklim, Bos Ryanair Klaim Maskapainya Hemat Bahan Bakar

Di sisi lain, penerbangan komersial sekarang menyumbang sekitar 2,4 persen dari emisi CO2 global, dan sektor ini menghadapi tekanan untuk mengurangi dampaknya terhadap iklim, termasuk kampanye untuk membujuk orang beralih ke kereta api dan perjalanan darat.

Namun, O'Leary berpendapat bahwa transportasi darat dan pengiriman merupakan penyumbang CO2 yang lebih besar secara keseluruhan, dan mengatakan fokus pada pengurangan emisi dari perjalanan udara kurang tepat.

Dia mengatakan Ryanair berinvestasi dalam pesawat yang lebih hemat bahan bakar, tetapi pengurangan yang lebih besar dalam penggunaan bahan bakar fosil akan datang dari peralihan dari bensin dan diesel ke kendaraan listrik.

Setelah pandemi Covid-19 mereda, yang sangat mengganggu perjalanan internasional,masyarakat kembali bersemangat untuk memesan penerbangan.

Tetapi karena permintaan untuk perjalanan udara telah bangkit kembali, kekurangan staf di maskapai penerbangan dan bandara telah menyebabkan penundaan dan pembatalan, baik di Inggris dan luar negeri.

Beberapa penumpang terpaksa menunggu berjam-jam, atau menjadwal ulang perjalanan pada menit terakhir.

Mr O'Leary mengklaim Ryanair telah mengelola situasi tersebut dengan baik daripada maskapai lain, karena keputusan mereka yang berani untuk mulai merekrut dan melatih awak kabin dan pilot baru November lalu, ketika varian Omicron masih mempengaruhi perjalanan internasional.

3 dari 3 halaman

Industri Penerbangan Global Kembali ke Kondisi Sebelum Pandemi Covid-19

Pertama kalinya sejak awal pandemi Virus Corona Covid-19, penerbangan rekreasi dan bisnis global telah naik ke level yang tidak terlihat sejak 2019.

Hal itu diungkapkan dalam laporan perjalanan tahunan ketiga Mastercard Economics Institute, berjudul "Travel 2022: Trends & Transitions". 

Dilansir dari CNBC International, Jumat (20/5/2022) laporan yang menganalisis 37 pasar global itu menemukan bahwa perjalanan lintas batas mencapai tingkat pra-pandemi pada Maret 2022.

Pencapaian ini menjadi tonggak penting bagi industri perjalanan yang telah didominasi oleh perjalanan domestik sejak 2020.

Data laporan ini menunjukkan "pemulihan besar" sedang berlangsung, kata David Mann, kepala ekonom untuk Asia-Pasifik, Timur Tengah dan Afrika di Mastercard Economics Institute.

"Itu hanya bukti murni betapa kuatnya permintaan yang terpendam sebenarnya," ujar Mann.

Laporan itu juga mengungkapkan, pemesanan penerbangan global untuk perjalanan liburan melonjak 25 persen di atas tingkat pra-pandemi Covid-19 pada bulan April 2022.

Lonjakan itu didorong oleh jumlah penerbangan jarak pendek dan menengah, yang lebih tinggi pada April 2022 dibandingkan pada waktu yang sama pada 2019.

Penerbangan rekreasi jarak jauh pun tidak jauh ketinggalan.

Setelah memulai tahun dengan -75 persen dari tingkat pra-pandemi, "lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya" dalam pemesanan penerbangan internasional membawa penerbangan ini "sedikit" dari level 2019 dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Selebaran bisnis, yang telah membuntuti penumpang rekreasi selama pandemi, juga kembali ke langit.

Pada akhir Maret 2022, pemesanan penerbangan bisnis melampaui level pada tahun 2019 untuk pertama kalinya sejak awal pandemi, menurut laporan Mastercard Economics Institute, menandai tonggak penting bagi maskapai penerbangan yang mengandalkan penumpang 'frequent flyer'.

Kembalinya perjalanan bisnis dengan cepat, karena pemesanan penerbangan bisnis hanya sekitar setengah dari tingkat pra-pandemi awal tahun ini, demikian menurut laporan Mastercard Economics Institute.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini