Sukses

Citayam Fashion Week Jadi Sorotan, Rhenald Kasali Sebut Tak Perlu Daftarkan Paten

Citayam Fashion Week kini menjadi sebuah rebutan para selebritas dan tokoh untuk tampil.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena Citayam Fashion Week belakangan ini menjadi sorotan dan perbincangan banyak orang. Hal ini semakin ramai dengan kejadian baru-baru ini, di mana beberapa pihak mendaftarkan merek Citayam Fashion Week ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), sebagai hak kekayaan intelektual (HAKI).

Menanggapi fenomena tersebut, akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali memaparkan fenomena Citayam Fashion Week kini menjadi sebuah rebutan para selebritas dan tokoh untuk tampil.

"Sabtu dan Minggu kemarin kawan Dukuh Atas ramai dipenuhi oleh massa yang sangat luas, bukan karena ada anak-anak dari Citayam, melainkan karena munculnya selebritas yang luar biasa,” ujar Rhenald di akun YouTubenya, dikutip Selasa (26/7/2022). 

"Artis-artis terkenal, model ternama, bahkan tokoh besar banyak memperebutkan sebuah jalan kecil. Padahal hanya zebra cross dan di situ mereka banyak membuat video, tampil dan kemudian bersama para fans buat konten," lanjut Rhenald.

Kemunculan artis dan tokoh ini menarik karena sebuah kawasan yang tadinya tidak dikenal sekarang jadi terkenal. Lantas bagaimana keberadaan para selebritas Citayam dengan kehadiran orang terkenal tersebut.

"Saya bertanya-tanya, di mana anak-anak Citayam yang saya banggakan ini?" kata Rhenald.

Banyaknya pihak-pihak yang lebih mampu datang dan memperebutkan Citayam Fashion Week menurut Rhenald dapat merusak gelaran fashion street itu.

"Jadi ini dirusak dengan datangnya kita yang kuat dan lebih mampu, fashionnya pun lebih bagus. Efeknya adalah tas dengan merek mahal mereka digunakan para selebritas Citayam," ujar dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berikan Uang Jumlah Banyak dapat Merusak

Padahal menurut dia, awal dari Citayam Fashion Week itu adalah fashion yang rebel yang disajikan anak-anak yang berani menggunakan pakaian aneh-aneh, tetapi hal itu yang justru menghibur dan menginspirasi.

"Citayam Fashion Week sekarang bukan lagi street fashion, tetapi jadi Fashion menengah ke atas seperti yang ada di Paris Fashion Week,” tutur Rhenald.

Rhenald turut menjelaskan, mudah saja untuk berbagai pihak bisa merusak Citayam Fashion Week. 

"Bagaimana cara merusak kegiatan yang sangat cukup baik ini? Pertama adanya orang-orang yang ingin memberikan uang dengan jumlah besar. Jika Anda ingin memajukan anak-anak Anda, jangan memberi banyak uang. Jadi berikan mereka uang sewajarnya dan berikan mereka tantangan,” jelas Rhenald.

Sedangkan yang kedua menurut Rhenald dengan memberikan bantuan dan mengumumkan, ini dapat memicu pertengkaran karena dalam Citayam Fashion Week tidak hanya satu pihak tapi ada banyak pihak.

“Kalau diberikan hanya pada satu pihak, bagaimana dengan yang lainnya? Apakah mereka juga mendapat bagian? Apa cukup adil? Apa mereka bisa tetap berhubungan baik seperti sebelumnya saat sama-sama susah?,” kata Rhenald.

 

 

3 dari 3 halaman

Tak Perlu Daftarkan Paten

Sejauh ini Rhenald menjelaskan sudah ada setidaknya dua pihak yang mendaftarkan merek Citayam Fashion Week. Namun, Rhenald menyarankan agar pengajuan keduanya ditolak.

“Menurut pejabat pemerintah yang memberi penjelasan kemungkinan salah satu yang diterima atau dua-duanya ditolak. Saran saya ditolak saja karena ini merek kolektif,” ujar Rhenald.

Rhenald menuturkan sudah tidak jelas lagi siapa yang memperkenalkan merek Citayam Fashion Week ini. 

“Jangan-jangan adalah wartawan yang membuat tulisan atau jangan-jangan para konten provider yang memberikan teks di dalam naskah mereka dengan menyebut sebagai Citayam Fashion Week,” tutur Rhenald.

"Saran saya bagi mereka yang sedang mendaftarkan merek Citayam Fashion Week, sudahlah tarik kembali, tidak ada gunanya karena ini adalah merek kolektif yang harusnya diberikan pemerintah kepada anggota komunitas. Pada dasarnya merek kolektif bisa digunakan orang lain tanpa harus membayar,” pungkas Rhenald.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.