Sukses

Siap-siap, Kata Jerome Powell Suku Bunga The Fed Bakal Naik Lagi

The Fed bersiap menaikkan suku bunga yang lebih besar daripada kenaikan seperempat poin pekan lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve aatau The Fed bersiap menaikkan suku bunga yang lebih besar daripada kenaikan seperempat poin pekan lalu.

Hal itu diumumkan oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Diketahui bahwa harga konsumen di AS telah melonjak ke level tertinggi dalam empat dekade.

Masalah ini membuat The Fed menaikkan suku bunga pinjaman untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19 guna meredam tekanan inflasi.

"Jika kami menyimpulkan saatnya untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga dana federal lebih dari 25 basis poin pada pertemuan lainnya, kami akan melakukannya," kata Powell dalam sebuah konferensi, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (22/3/2022).

Powell mengatakan kepada National Association for Business Economics, AS sudah melihat lonjakan inflasi bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina menambah tekanan baru pada harga konsumen dan hambatan rantai pasokan.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Atlanta Fed Bank Raphael Bostic mengatakan dia akan menyesuaikan pandangannya tentang kenaikkan suku bunga dengan data, bahkan jika adanya kenaikkan poin secara penuh.

"Saya merasa nyaman dengan pergerakan yang lebih agresif jika data dan bukti menunjukkan kesesuaian," kata Bostic.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Fed Berupaya Cari Jalan Stabilkan Harga Konsumen di AS

Sementara itu, Powell menyampaikan yang perlu diupayakan sekarang adalah menahan harga, dan dia menolak gagasan menaikkan target inflasi The Fed menjadi tiga persen dari dua persen.

"Inflasi terlalu tinggi. Kami memiliki cara yang diperlukan, dan kami akan menggunakannya untuk memulihkan stabilitas harga," ujar Powell.

Kepala The Fed mencatat bahwa saat ini, jumlah pekerjaan dan lowongan sekitar lima juta lebih besar dari ukuran angkatan kerja AS.

"Ini adalah pasar tenaga kerja yang tidak seimbang," kata Powell, menambahkan bahwa "dibutuhkanya pasar tenaga kerja yang ketat secara berkelanjutan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.