Sukses

Lewat Presidensi G20, Indonesia Pastikan Target Jadi Negara Maju Bukan Isapan Jempol

Melalui forum G20, Indonesia menargetkan banyak investasi masuk untuk pengembangan infrastruktur digital di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki target menjadi negara maju 23 tahun lagi sesuai visi Indonesia emas 2045. Ini ditegaskan melalui gelaran presidensi G20.

Kepala Badang Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, target Indonesia menjadi negara maju bukan wacana semata. Namun, telah dibuktikan dari berbagai kesempatan.

"(Indonesia) negara maju di 2045 itu bukan isapan jempol tapi kita buktikan selama 20 tahun dan trennya selalu begitu," katanya dalam sosialisasi presidensi G20, di Jakarta, Kamis (3/2/2022).

Febrio mengatakan hal itu dituangkan dalam gelaran Financial Track dalam rangkaian G20. Melalui forum ini, Indonesia turut mendorong kepentingan bangsa.

Ia menyebut ada tiga poin yang jadi prioritas sesuai dengan perhatian Presiden Joko Widodo. Diantaranya, arsitektur kesehatan, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.

"Kita punya panggilan konstitusi untuk kepentingan negara konstitusi dan kepentingan semua negara berkembang. Karena dalam konteks perdamaian dunia ini harus ada keseimbangan dan keadilan," katanya.

Di sektor arsitektur kesehatan, kata dia, ini berkaitan dengan persiapan dunia dalam menghadapi pandemi. Disini juga Indonesia mengambil peran untuk membangun satu forum persiapan menghadapi pandemi di kancah global.

"Dalam konteks pandemi WHO gak punya pengalaman. Nah disini kita ingin bangun global prepareness for pandemic secara global. WHO punya sistem, logika kesehatan yang dibangun tapi apa yang kurang? Pendanaanya kurang, paling jelas adalah distribusi dan produksi vaksin," katanya.

Salah satunya, terkait penanganan pandemi yang dilakukan Indonesia. Febrio melihat belum ada pemerataan akses vaksin dan keterbatasan penanganan di negara berkembang lainnya.

"Misalnya Afrika, kalau kita sudah 48 persen dosis kedua, di Afrika masih banyak yang di bawah 10 persen. ini konteksnya panggilan konsensus tadi. Di sisi lain koneksinya adalah global prepareness for pandemic tadi," katanya.

Dengan adanya forum persiapan yang berfokus ke pendanaan ini, ia menyebut ini juga mengakselerasi kepentingan global. Tujuannya menciptakan imunitas secara global.

"Ini yang minimum harus kita kejar, kita pastikan ini dibahas, ini gak gampanng geopolitik, tapi ini harus diletakkan indonesia secara leadership sehingga tujuan perdamaian dunia ini tercapai," terangnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Topik Lainnya

Kemudian, topik transformasi ekonomi digital. Saat ini indonrdia termasuk memiliki ootensi ekonomi digital yang baik.

Melalui forum G20, Febrio menyebut Indonesia menargetkan banyak investasi masuk untuk pengembangan infrastruktur digital di dalam negeri.

"Kita ingin pastikan teknologi ekonomi digital ini mendorong inklusi terutama mendorong UMKM, banyak aplikasi yang mendorong pemberdayaan UMKM, layanan keuangan digital. BI udah bikin QRIS, ini kita dorong terus," ujarnya.

Selanjutnya, terkait transisi energi yang menurutnya perlu ada kekompakan dalam mengatasi perubahan iklim.

"Dalam konteks ini emisi harus dikendalikan. Indonesia masuk paris agreement, Nationality Determined Contribution 29 persen, energi kehutanan, limbah, industri. Itu 29 persen atau bisa naikkan komitmen, sebagaimana support dari internasional," katanya.

Dalam mendukung ini pula perlu dilakukan melalui transisi energi di masyarakat. Dari berbagai sektor, Febrio menyebut transisi ke energi baru teebarukan juga perlu memperhatikan keterjangkauannya.

"Gimana susun secara affordable, termasuk G20, indonesia mengusung adjust and affordable transition, kita mau ini adil dan terjangkau. Mungkin bagi pemerintahnya, karena ini yang akan memimpin tapi harus terjangkau masyarakat, sehingga jangan sampai terdampak," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.