Sukses

Harga Minyak Stabil di Tengah Kekhawatiran Kurangnya Pasokan

Liputan6.com, Jakarta - Harga miyak stabil pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Hal ini trjadi karena pasokan minyak yang diperkirakan akan ketat di sepanjang tahun ini diimbangi oleh kekhawatiran pelemahan permintaan karena pandemi Covid-19.

Mengutip CNBC, Selasa (27/7/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk September hanya naik 18 sen menjadi USD 74,28 per barel. Sementara harga minyak mentah Texas Intermediate AS naik 5 sen menjadi USD 72,12 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia ini pada perdagangan sebelumnya turun lebih dari USD 1 per barel.

Kasus penyebaran virus Corona Covid-19 terus meningkat selama akhir pekan kemarin, dengan beberapa negara melaporkan rekor peningkatan harian yang tajam. Hal ini membuat negara-negara tersebut memperpanjang tindakan penguncian yang dapat memperlambat permintaan minyak.

China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mencatat peningkatan kasus Covid-19.

Lebih jauh, tindakan keras Beijing terhadap penyalahgunaan kuota impor yang dikombinasikan dengan dampak harga minyak mentah yang tinggi dapat membuat impor minyak China berada di level paling lambat dalam dua dekade di tahun ini.

“Varian Delta masih menyebar dan China sudah mulai menahan impor sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar sebelumnya,” kata Manajer Senior Perdagangan Komoditas Phillips Futures Singapura, Avtar Sandu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Permintaan AS

Sedangkan permintaan AS yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat telah membantu harga minyak brent dan WTI pulih dari penurunan 7 persen pada Senin lalu. Hal ini menandai kenaikan pertama mereka dalam dua hingga tiga minggu pekan lalu.

Pasar minyak global diperkirakan akan tetap defisit meskipun ada keputusan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, atau dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini.

“Tampaknya ada pertempuran antara defisit pasokan yang ada yang direkayasa oleh OPEC+ dan ancaman varian Delta Covid-19 di wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah,” kata analis StoneX, Kevin Solomon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.