Sukses

Impor Beras 1 Juta Ton Bakal Matikan Bulog

Impor beras bisa sebabkan laporan keuangan Bulog menjadi merah.

Liputan6.com, Jakarta Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Prof. Antony Budiawan mengatakan rencana impor beras 1 juta ton bisa langsung mematikan Bulog. Selain itu, impor beras  bisa sebabkan laporan keuangan Bulog menjadi merah.

“Kalau kita lihat ini ya langsung mematikan Bulog, dan Bulog langsung menolak. Apalagi sewaktu memutuskan impor itu hanya 2 Kementerian saja. Seolah-olah yang lain tidak ada, padahal Bulog sangat berperan sentral dalam impor ini sebagai pelaksana,” kata Antony dalam diskusi Narasi Institute: Mengakhiri Kontroversi Impor Beras, Jumat (26/3/2021).

Selain itu, Kementerian Pertanian juga tidak dilibatkan dalam memutuskan kebijakan tersebut. Kata Antony, hanya Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perdagangan saja yang memutuskan impor 1 juta ton beras.

“Budi Waseso sangat frontal menentang impor beras karena ini kepentingannya langsung. Ini langsung membuat Bulog ini seolah-olah tidak benar dan juga banyak yang menyalahkan Bulog, kenapa stok tahun 2018 masih ada, karena Bulog tidak bisa menjual rugi kalau Bulog menjual rugi maka akan diperiksa oleh KPK,” jelasnya.

Pada dasarkan memang kebijakan impor beras ini pelaksananya adalah Bulog. Antony menjelaskan, fungsi Bulog itu ada dua, yakni sebagai pelaksana impor, yang kedua adalah sebagai penyerap dari harga gabah yang jatuh.

“Kalau kita lihat sekarang harga gabah sudah jatuh sampai di tingkat Rp 3.300 sampai Rp 3.500. Maka mau tidak Bulog harus menyerap dengan harga Rp 4.200. Nah uangnya dari mana Bulog? uangnya adalah uang pinjaman,” ujarnya.

Dimana beban bunga uang pinjaman Bulog itu di tahun 2018 saja dikatakan berat sekali, hingga mencapai Rp 2 triliun. Maka jika impor 1 juta ton beras tetap dilakukan, secara otomatis akan berdampak pada laporan keuangan Bulog.

Disisi lain, Bulog juga tidak bisa asal menyerap gabah bersamaan dengan impor, yang mana akan memberatkan beban Bulog. Ditambah lagi persediaan tahun 2018 juga masih ada, jika semuanya dilakukan maka harga beras akan jatuh.

“Tentu saja kebijakan impor beras ini ditentang sekali oleh Budi Waseso, karena ini kan kepentingannya langsung. Dan kalau tiba-tiba harus impor 1 juta lagi dan harus menyerap gabah seharga Rp 4.200 per kilo maka dapat dipastikan laporan keuangan Bulog ini akan merah lagi,” pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sakiti Petani, Pemerintah Diminta Batalkan Impor Beras 1 Juta Ton

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana impor beras sebanyak 1 juta ton. Sebab keputusan rencana impor tersebut telah melukai dan memberikan dampak besar terhadap petani-petani kecil.

"Yang pertama batalkan dulu keputusan tersebut. Karena keputusan ini tidak masuk akal, keputusan itu menyakitkan bagi para petani kecil jadi batalkan dulu," kata dia dalam diskusi Impor Beras Jadi atau Tidak?, Sabtu (20/3).

Dia menyarankan, kalaupun mau memutuskan kembali mengadakan rapat koordinasi terbatas tingkat menteri sebaiknya dilakukan di Juli dan Agustus mendatang. Sebab di periode tersebut sudah mulai tampak terlihat luas tanam untuk musim tanam kedua, dan ada datanya.

"Sehingga kita bisa estimasi produksi dengan relatif lebih tepat bila di bulan Juli-agustus tersebut sudah ada data yang relatif lebih tepat terkait data produksi 2021. Silakan kalau mau ditinjau lagi terkait keputusan tersebut kalau memang surplus ya ngapain impor kan? Tetapi kalau memang minus ya silakan," kata dia.

Dia pun tidak mempermasalahkan jika memang produksi beras atau stok yang ada di Gudang Bulog minus, maka salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan dengan melakukan impor. Namun, berdasarkan data, stok hingga produksi beras di Tanah Air masih surplus.

Berdasarkan catatannya produksi beras di kuartal pertama melonjak 26,9 persen dibandingkan tahun lalu. Artinya ada peningkatan produksi setara 3,46 juta ton. Sementara sisa stok beras sampai saat ini ada sekitar 12,5 juta ton.

"Jadi yang paling penting keputusan tersebut dibatalkan terlebih dahulu. Lalu apa urgensinya kalau saat ini berbagai data menunjukkan bahwa kita surplus tahun 2021," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.