Sukses

Harga Emas Melonjak 1,5 Persen karena Janji The Fed Pertahankan Suku Bunga Rendah

Harga emas di pasar spot melonjak 1,5 persen menjadi USD 1.892,31 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik lebih dari 1 persen ke level tertinggi dalam satu bulan pada penutupan perdagangan Kamis (jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena pelemahan dolar AS akibat harapan pembicaraan stimulus virus Corona hampir mencapai kesepakatan.

Selain itu, pendorong lainnya kenaikan harga emas adalah janji dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menyalurkan lebih banyak uang tunai dan mempertahankan suku bunga teteap rendah.

Mengutip CNBC, Jumat (18/12/2020), harga emas di pasar spot melonjak 1,5 persen menjadi USD 1.892,31 per ounce, setelah mencapai level tertinggi dalam satu bulan di US 1.895,81 per ounce pada awal sesi.

Sedangkan harga emas berjangka AS naik 2,1 persen menjadi USD 1.898,60 per ounce.

"Kombinasi dari paket stimulus tambahan bersama dengan pembelian obligasi tambahan dan pembelian aset dari the Fed jelas telah mendorong harga emas dan perak lebih tinggi," kata Direktur Perdagangan Logam Mulia High Ridge Futures, David Meger.

Paket bantuan stimulus tambahan ini membebani nilai tukar dolar AS karena lebih banyak uang yang dipompa ke pasar. Pelemahan dolar AS ini memberikan tenaga kepada harga emas.

Anggota parlemen berusaha untuk menuntaskan pembicaraan mengenai stimulus fiskal untuk mereka yang terdampak COVID-19 senilai USD 900 miliar dengan tenggat waktu Jumat untuk mencegah penutupan pemerintah. Sentimen ini menaikkan harga emas dan mengirim dolar AS ke palung terdalam.

Dengan suku bunga yang mendekati nol persen, The Fed berjanji untuk terus memompa uang tunai ke pasar keuangan sampai pemulihan ekonomi AS aman.

Logam mulia termasuk emas dianggap sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah meningkat lebih dari 24 persen sepanjang tahun ini di tengah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Secara fundamental, emas masih cukup kuat dan jika ditutup di atas USD 1.880 per ounce. Kita mungkin melihatnya naik ke USD 1.950 sebelum tahun berakhir," kata wakil presiden Kotak Securities, Ravindra Rao.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Simak Prediksi Harga Emas Jelang Akhir 2020, Bakal Lebih Mahal?

Sebelumnya, harga emas tengah menghadapi resistensi yang kuat di level USD 1.850. Analis menilai, level harga emas akan sampai ke USD 1.925 per ons pada perdagangan akhir 2020. Hal ini akan sangat dipengaruhi oleh stimulus fiskal AS yang saat ini masih belum jelas.

Dilansir dari laman Kitco News, Minggu (14/12/2020), co-direktur Walsh Trading Sean Lusk menyebutkan bahwa, berdasarkan historis pola perdagangan emas, salah satu waktu terbaik untuk harga emas adalah dari pertengahan Desember hingga Hari Valentine (Februari).

“Level USD 1.880-USD 1.900 masih menjadi resistensi kunci untuk emas,” kata Lusk.

Dalam hematnya, saat ini, harga emas berhasil menahan level USD 1.830. Artinya, logam tersebut naik 20 persen sejak awal tahun.

Hingga akhir tahun, Lusk memperkirakan harga emas cenderung lebih tinggi. "Ini akan menjadi proses yang lambat hingga akhir tahun karena kami menuju USD 1.850- USD 1.900,” kata dia.

5 Hal yang akan Mempengaruhi Harga Emas Pekan Ini

Selain momentum Natal dan Tahun baru, ada lima hal yang harus diperhatikan minggu depan yang dapat berdampak signifikan pada pasar emas. Antara lain: rekor kematian akibat covid-19 di AS, stimulus fiskal, kekacauan Brexit, pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, dan data makro.

Direktur perdagangan global Kitco Metals, Peter Hug masih melihat peluang untuk emas mencapai USD 1.925 per ounce pekan depan jika emas bisa bertahan di atas USD 1.850 per ounce.

Di sisi lain, Hug melihat saat ini AS sedang berada dalam tekanan untuk segera meloloskan stimulus USD 900 miliar akiba angka covid-19 yang terus meningkat. Sementara, derik-detik terakhir negosiasi Brexit selama akhir pekan ini juga menambah lapisan ketakutan yang menguntungkan emas.

"Pagi ini, Anda mendapat dukungan di level USD 1.825, dan itu melonjak, kemudian Boris Johnson mengumumkan bahwa kemungkinan Inggris akan meninggalkan UE tanpa kesepakatan perdagangan. Itu akan menciptakan beberapa masalah keuangan antara Inggris dan UE di tahun baru. Ini telah memicu ketakutan dan merupakan katalisator untuk emas, "jelas Hug.

Adapun batas waktu negosiasi akan berakhir pada hari Minggu. Namun ekonom melihat ada kemungkinan untuk diperpanjang. "Ada anggapan umum bahwa pembicaraan bisa berlanjut hingga minggu depan (pekan ini)," kata ekonom pasar berkembang ING James Smith.

Yang tak kalah penting, yakni peristiwa makro terbesar di AS minggu depan adalah pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pada hari Rabu.

"Mengingat situasi ini, Federal Reserve akan mempertahankan bias dovish dan terus menekankan perlunya dukungan fiskal yang sedang berlangsung," kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.

Hug juga mencatat bahwa Fed akan tetap sangat akomodatif dan mungkin menekankan perlunya lebih banyak stimulus fiskal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.