Sukses

Cerita Pasang Surut Bisnis Kuliner Hadapi Pandemi Covid-19

Tantangan pelaku usaha kuliner saat pandemi Covid-19 adalah cara menjualnya yang harus diubah.

Liputan6.com, Jakarta ShopeePay Talk hadir kembali di vol.3 dengan mengajak para wirausaha khususnya yang bergerak bidang kuliner untuk berbagai informasi secara ringan dan memberikan wawasan bisnis di tengah krisis masa pandemi. Tema yang diusung kali ini yakni ShopeePay Talk: Pertajam Skill, Maksimalkan Hasil.

Saat ini, banyak pelaku usaha yang dipaksa memutar otak melakukan berbagai inovasi. Salah satu contohnya dengan menambah macam produk sampai melakukan inovasi terhadap bentuk makanan dari siap saji menjadi frozen food. 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (APKULINDO), Bedi Zubaedi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 saat ini merupakan krisis yang terparah dari berbagai krisis yang pernah terjadi sebelumnya. 

"Situasi seperti saat ini membuat tatanan ekonomi dan kehidupan menjadi porak poranda. Saya mengalami berbagai krisis, dari krisis global, ekonomi, dan saat ini adalah yang sangat parah selama saya hidup. Yang paling parah adalah tidak boleh bertemu dan berkumpul sehingga itulah yang membuat pebisnis kuliner anjlok," ujar Bedi Zubaedi, Ketua Umum APKULINDO dalam webinar ShopeePayTalk vol.3 (16/12/2020).

Tantangan pelaku usaha saat ini adalah cara menjualnya yang harus diubah. Berpikir bagaimana dapat berjualan tidak secara langsung atau offline namun dapat dilakukan dengan online agar semua tetap berjalan.

Selama masa pandemi ini, sampai bulan April 2020 kemarin, dikatakan bahwa transaksi online mengalami peningkatan sampai dengan kurang lebih 350 persen. Sedangkan, sebanyak 250 persen pedagang online ikut melonjak. 

Sektor makanan dan minuman di masa pandemi seperti saat ini justru sangat meningkat. Hal ini dikarenakan, berdagang makanan dan minuman merupakan hal yang paling mudah untuk dilakukan. Berinovasi dengan produk makanan lama, mulai bermunculan kembali melalui sosial media dengan menyelipkan kreativitas sehingga dapat dikemas menjadi lebih modern.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan dan Inovasi Frozen Food Pelaku Usaha

Di samping meningkatnya jumlah transaksi online dan meningkatnya jumlah pelaku kuliner, tentu saat krisis seperti ini para pengusaha juga mengalami tantangan yang besar.

Bedi Zubaedi mengatakan bahwa tantangan yang dirasakan saat pandemi ini hanya satu yakni pengurangan karyawan.

"Kita itu sekarang bingung dan dilema. Niatnya tidak mau kurangi karyawan, tapi kalau begitu omzet kita nungging.Kita tidak mau kurangi tapi memang kita tidak bisa operation. Ibaratnya kalau sekarang naik motor itu kita jatuh tidak pakai helm. Tidak terbayang seperti apa rasanya," ujar Bedi.

Ia menambahkan bahwa penjualan para pelaku usaha sampai saat ini baru mencapai 50 persen maksimal dari omzet sebelum pandemi. 

Menurunnya omzet dapat disiasati dengan melakukan berbagai inovasi. Salah satu contohnya yang dilakukan oleh NoMi-NoMi Delight yang sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu. Restoran ini salah satu yang melakukan inovasi dengan menghadirkan frozen food.

Rifqi Mohammad sebagai CEO & Founder NoMi-NoMi Delight mengatakan bahwa untuk menghadapi krisis seperti ini, tidak perlu pesimis karena justru akan lebih terpuruk.

"Restoran sempat tutup total saat awal pandemi karena ada PSBB juga. Tapi kami putar otak dan muncullah menu ramen dalam bentuk frozen food yang kami buat. Karena dengan membuat frozen food, justru penjualan kami semakin melebar hingga seluruh Indonesia. Jadi semua orang tinggal pesan, lalu dikirim dan dapat dimasak di rumah masing-masing. NoMi-NoMi Delight juga membuka peluang bagi para re-seller yang mau turut menjualkan produk kita sehingga akan membantu kami dalam hal meningkatkan pendapatan," ujar Rifqi, CEO & Founder NoMi-NoMi Delight.

Makanan dalam kemasan frozen food ini juga memiliki keuntungan yakni memudahkan pembeli, sehingga para pembeli tidak harus berkunjung ke restoran yang diinginkan.

3 dari 3 halaman

Skill Fotografi Penting Dimiliki Pelaku Usaha

Saat memulai sebuah usaha, semua calon pelaku pasti sudah memiliki skill tertentu. Pada bidang kuliner ini, khususnya dalam pemasaran online, salah satu skill yang harus dimiliki yakni cara membuat visual produk agar menarik calon pembeli.

Windy Iwandi, Food Blogger @foodirectory mengatakan bahwa pelaku usaha kuliner setidaknya memiliki keterampilan dalam hal fotografi agar dapat membuat tampilan produk menjadi menarik orang untuk membeli.

"Tentunya skill ini harus dimiliki semua orang, tidak harus pelaku usaha. Apalagi orang-orang yang sedang menjual produk. Karena kalau kita sendiri tidak bisa mendeliver foto visualnya, gimana orang bisa tertarik dengan produk kita. Kalau kita bisa menunjukkan makanan melalui visual dengan detail, orang yang mau beli sudah langsung punya bayangan, seperti apa makanan yang kita jual," ujar Windy, Food Blogger @foodirectory.

Tidak butuh peralatan yang profesional untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Hanya dengan ponsel pribadi, semua orang mampu mengasah keterampilannya dalam hal fotografi produk. Bahkan hal ini dapat dilakukan hanya di rumah dengan properti pendukung yang sederhana.

Windy menambahkan bahwa hanya butuh sinar matahari atau cahaya dari lampu yang cukup terang untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal. Tentunya pemilihan angle foto juga akan berpengaruh. Hal ini harus dilatih secara terus meneru agar skill fotografi ini terasah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.