Sukses

Kenalkan Miliarder Termuda di Australia, Kaya dari Ide Beli Sekarang Bayar Nanti

Molnar sendiri adalah seorang co- founder sekaligus co- CEO dari Afterpay, sebuah platform pembayaran "beli sekarang, bayar nanti".

Liputan6.com, Jakarta Namanya mungkin masih belum familiar, tetapi Nick Molnar bisa dibilang seorang ikon di Australia. Dia mampu menjadi miliarder atau orang terkaya di negeri Kanguru. Siapakah dia?.

Pria berusia 30 tahun ini pun menuai pujian usai mampu mengubah pandangan generasi milenial tentang kebiasaan belanja.

Jerih payahnya pun mengganjar dirinya masuk sebagai miliarder atau orang terkaya termuda di negerinya.

Bahkan, meski krisis akibat pandemi Covid-19 menerjang bisnisnya, harga saham perusahaan justru melonjak membawa Molnar ke status miliarder, seperti melansir CNBC, Jumat (11/12/2020).

"Sangat sulit untuk mencerna apa yang sedang terjadi, karena begitu banyak hal yang terjadi begitucepat," ujar Molnard.

Molnar merupakan co- founder sekaligus co- CEO dari Afterpay, sebuah platform pembayaran "beli sekarang, bayar nanti".

Afterpay sendiri memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mengatur  biaya pembelian hingga melebihi cicilan reguler dan tanpa bunga.

Untuk tahun ini sendiri, perusahaan teknologi berusia enam tahun itu menjadi salah satu saham terpanas di Australia. Harga sahamnya melonjak 1.300 persen, dan berhasil mendapatkan 11,2 juta pengguna, di mana pandemi memicu kebiasaan belanja baru dari banyak orang.

Molnar pun meluncurkan ide bisnis bersama tetangganya, Anthony Eisen, seorang petugas investasi yang 18 tahun lebih tua dari dirinya.

"Ada tren yang saya lihat tumbuh di periode krisis keuangan di tahun 2008," kata Molnar.

Produk Pembayaran Millenial

Molnar yang dulunya adalah seorang mahasiswa perdagangan di University of Sdney, menyadari ada perubahan pola belanja dari kaum-kaum muda.

Dia pun membuat teori, bahwa kaum muda semakin menunjukan sikap skeptis terhadap produk keuangan tradisional, seperti kartu kredit, yang dapat berujung pada membekaknya utang.

"Bertumbuh menjadi seorang dewasa pada periode tersebut memang cukup sulit. Anda melihat orang tua teman atau orang tua anda sendiri kehilangan pekerjaan karena hutang, dan para millenial pun pada dasarnya sepakat untuk lebih memilih membelanjakan kartu debit jika daripada kartu kredit," jelas Molnar.

Oleh karena itu Molnar dan Eisen pun memutuskan untuk membentuk cara pembayaran alternatif yang lebih ramah kepada cara pembayaran milenial.

Dengan model pembayaran "beli sekarang dan bayar nanti", pembeli dapat membagi biaya pembelian hingga 1.500 dollar Australia dalam empat cicilan serupa, sementara pengecer akan membayar komisi kecil sekitar 4 persen hingga 6 persen.

 

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Luput dari Kritikan

Pertumbuhan Afterpay yang begitu cepat pun, nampaknya menuai beberapa kritikan. Banyak kritikus berpendapat, bahwa perusahaan ini mendorong belanja konsumen yang berlebihan.

"Di satu sisi, kami dapat memposisikannya sebagai bagaimana platform 'beli sekarang, bayar nanti' memungkinkan konsumen untuk lebih sadar dan berhati-hati tentang pengeluaran merekam, tetapi di saat yang bersamaan, cara tersebut juga menempatkankerentanan akan orang membelanjakan lebih dari apa yang mereka miliki," kata Hianyang Chan, konsultan senior di perusahaan riset pasar Euromonitor.

Ekspansi Global

Walaupun perusahaanya bertumbuh cepat, sampai saat ini, Afterpay pun belum mendapatkan keuntungan Pada tahun 2020, pendapatan perusahaan berlipat ganda menjadi USD 382 juta dan kerugian mencapai setengahnya menjadi, USD 16,8 juta.

Molnar sendiri mennyatakan bahwa dirinya sedang fokus untuk mendorong pertumbuhan itu dengan berkembang secara global. Target utama ekspansiutamanya adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa.

"Berbeda daerah, fase pertumbuhannya pun juga berbeda-beda. Di Australia sendiri satu dari tiga milenial menggunakan layanan kami setiap bulan, di Amerika kami memproses lebih dari USD 4 miliar dalam 12 bulan terkahir, tetapi ini adalah tahun kedua penuh kami dan kami benar-benar baru memulai," jelas Molnar.

 Reporter: Yoga Senjaya Putra

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.