Sukses

Rupiah Ditutup Perkasa Meski Kasus Covid-19 Terus Menggila

Rupiah ditutup menguat 35 poin di perdagangan akhir pekan ke level 14.105 dari sebelumnya di level 14.140.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat 35 poin di perdagangan akhir pekan ke level 14.105 dari sebelumnya di level 14.140. Diperkirakan perdagangan minggu depan, mata uang rupiah dibuka menguat sebesar 10-50 point di level Rp.14.070—Rp.14.120.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai rupiah tetap perkasa meski pertambahan kasus Covid-19 ini terus meningkat. Kamis lalu bahkan kasus terkonfirmasi positif tembus mencapai 8.369 sehari.

Sisi lain melemahnya dolar ini membuat kalangan pengusaha kian khawatir dengan dampak yang timbul semakin besar baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

"Pertambahan kasus positif terus rekor ini belum bakal selesai dalam waktu dekat. Mereka mulai mempersiapkan pada skenario terburuk," kata Ibrahim di Jakarta, Jumat (4/12).

Apalagi lanjut Ibrahim, banyak terjadi kerumunan dalam beberapa waktu terakhir, termasuk pelaksanaan Pilkada. Tentu saja ini menjadi potensi penyebaran virus di momen yang memang direncanakan pemerintah.

Ibrahim menilai momentum akhir tahun 2020 bisa menjadi akhir dari penyebaran virus corona jika protokol kesehatan bisa diterapkan. Namun hal ini tidak bisa dipastikan lantaran tergantung dari masyarakat.

Sisi lain Pemerintah diminta tetap fokus terhadap penanganan Covid 19. Begitu juga dengan penyediaan vaksin yang harus segera di distribusikan.

"Imi akan membawa perubahan tersendiri bagi masyarakat sehingga masa new normal yang sedang kita impikan menjadi kenyataan," kata dia.

Sementara itu dari sisi eksternal, pelemahan dolar ini dipicu pernyataan Pfrizer yang menyebutkan hanya bisa memproduksi 50 juta dosis BNT162b2. Produksi ini turun 50 persen dari yang ditargetkan setelah adanya laporan dari rantai pasokan yang bermasalah.

"Setelah adanya laporan masalah rantai pasokan, jumlah dosis turun dari target sebelumnya yaitu 100 juta dosis," kata dia.

Selain itu, paket bipartisan senilai USD 908 miliar yang diusulkan perlahan-lahan mendapatkan momentum di Kongres AS. Partai Demokrat dan Republik memiliki waktu hingga 11 Desember untuk mencapai konsensus tentang label harga paket dan mencegah penutupan pemerintah.

Dalam waktu yang bersamaan, Ibrahim mengatakan Amerika Serikat juga terus memerangi gelombang kedua kasus Covid-19 yang ganas. Rawat inap di AS mencapai 100.000, dan Gubernur California Gavin Newson memperingatkan perintah tinggal di rumah dapat diberlakukan di setiap wilayah negara bagian, kecuali Wilayah Teluk San Francisco, di akhir minggu.

Data yang dirilis pada hari Kamis juga menyoroti dampak Covid-19 dari sisi ekonomi. Pandemi ini mengakibatkan 712 ribu klaim pengangguran yang diajukan selama seminggu terakhir. Jumlah klaim turun dari perkiraan 775 ribu klaim dan pada minggu sebelumnya 787 ribu klaim.

Data pasar tenaga kerja lebih lanjut, termasuk penggajian manufaktur dan penggajian non-pertanian, akan jatuh tempo di kemudian hari. Sementara itu, Federal Reserve Amerika Serikatdan Bank Sentral Eropa akan bertemu untuk mengambil keputusan kebijakan masing-masing selama minggu berikutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rupiah Menguat ke 14.131 per Dolar AS Ditopang Sentimen Positif Global

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Rupiah menguat ditopang sentimen positif global khususnya dari AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.135 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun menjelang siang, rupiah terus menguat ke 14.131 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.131 per dolar AS hingga 14.141 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,91 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.182 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.177 per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah bergerak menguat seiring turunnya data klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat.

"Rupiah secara fundamental masih undervalue di bawah Rp15.000 dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara, Jumat (4/12/2020).

Ketua Dewan Perwakilan Demokrat Nancy Pelosi dan Pemimpin Mayoritas Senat Republik Mitch McConnell berkonsultasi tentang bantuan COVID-19. Partai Republik telah mendorong bantuan lebih rendah 500 miliar dolar yang ditolak Demokrat karena terlalu kecil untuk mengatasi pandemi yang mengamuk.

Investor telah menjual mata uang safe-haven dolar ketika selera terhadap mata uang berisiko meningkat di tengah optimisme tentang vaksin COVID-19, sehari setelah Inggris menyetujui vaksin Pfizer Inc.

Dolar juga tertekan oleh data AS yang menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 75.000 ke penyesuaian secara musiman 712.000 untuk pekan yang berakhir 28 November. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 775.000 klaim.

Meskipun ketegangan antara Amerika Serikat dan China menimbulkan risiko penurunan, pasar global mengharapkan peningkatan hubungan perdagangan di bawah pemerintahan Presiden AS terpilih Joe Biden.

Sementara itu bank sentral Eropa mengatakan akan memberikan stimulus lebih lanjut untuk membantu zona euro ketika bertemu pada 10 Desember. Pelaku pasar akan memperhatikan setiap komentar tentang kekuatan euro.

Ibrahim memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.110 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.

Pada Kamis (3/12) lalu rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.140 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp14.125 per dolar AS. 

3 dari 4 halaman

BI Prediksi Rupiah Bakal Terus Menguat

Bank Indonesia (BI) mencermati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat. Hal ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar rupiah pada 18 November 2020 menguat sebesar 3,94 persen point to point dibandingkan dengan level akhir Oktober 2020.

"Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen point to point atau 0,67 persen secara rata-rata dibandingkan dengan tingkat September 2020," jelasnya dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).

Menurut dia, selain karena peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global, seeta persepsi positif terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.

Dengan perkembangan ini, Perry mencatat, rupiah sampai dengan 18 November 2020 terdepresiasi sekitar 1,33 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2019 lalu.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring dengan levelnya yang secara fundamental masih undervalued," ujar Perry

"Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko di Indonesia yang menurun, dan likuiditas global yang besar," tandasnya.  

4 dari 4 halaman

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.