Sukses

Keren, Kapal Patroli Bakamla jadi yang Pertama Dipasang Senjata Mitraliur Pindad

Bakamla dan Pindad telah melakukan penandatanganan Kontrak Pengadaan Mitraliur 12,7 mm dan Amunisi untuk Kapal Patroli Bakamla RI.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dalam pelaksanaan operasi keamanan dan keselamatan laut, serta dukungan Bakamla RI dalam pengembangan dan pembinaan industri pertahanan dalam negeri, Bakamla RI dengan PT Pindad (Persero) melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman Pemanfaatan Sumber Daya Dalam Rangka Peningkatan Keamanan Laut, di Mabes Bakamla RI, Jl. Proklamasi No. 56, Jakarta Pusat, Rabu (8/9/2020) kemarin.

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia, S.Sos., M.M. dan Direktur Utama PT. Pindad, Abraham Mose, menjadi babak pembuka kerja sama strategis dalam rangka pemanfaatan produk industri pertahanan nasional untuk keperluan pertahanan dan keamanan di laut. 

Dalam klausul kerja sama, keduanya sepakat untuk saling mendukung tugas Bakamla dan mengembangkan potensi PT Pindad sebagai penyedia Alpalhankam dalam bentuk penyediaan, penelitian dan pengembangan, pelatihan dan bentuk kerja sama lainnya. 

Dalam kegiatan ini juga dilakukan Penandatanganan Kontrak Pengadaan Mitraliur 12,7 mm dan Amunisi untuk Kapal Patroli Bakamla RI. Dengan demikian, dapat dinyatakan secara resmi bahwa Bakamla RI merupakan konsumen pertama Mitraliur 12,7 mm yang dipasang di kapal patroli.

"Kontrak ini merupakan tindaklanjut dukungan pemerintah kepada Bakamla RI dalam penggunaan senjata untuk melaksanakan tugas penegakan hukum," dikutip dari keterangan resmi Bakamla, Kamis (10/9/2020).

Telah diketahui bersama bahwa PT Pindad (Persero) adalah salah satu industri strategis di bidang pertahanan dan keamanan dalam negeri. Tidak tanggung-tanggung, kemampuan yang dimiliki dapat disejajarkan dengan industri pertahanan dari negara lain.

Kerja sama ini juga merupakan langkah implementasi kebijakan pemerintah, baik dalam rangka meningkatkan kemampuan bakamla melalui ijin penggunaan senjata, juga dalam rangka pemanfaatan sumber daya pertahanan untuk mendukung perwujudan kemandirian industri pertahanan nasional.

Sebelumnya, Kemhan telah mengeluarkan Permenhan No.12 Tahun 2020 merevisi Permenhan No.7 Tahun 2010 tentang Pedoman Perizinan, Pengwasasn, dan Pengendalian Senjata Api Standar Militer di Luar Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI, yang memberikan ijin kepada Bakamla untuk memasang dan menggunakan senjata untuk personel dan kapal patrolinya.

Semoga langkah yang diambil ini, dapat memberikan kontribusi maksimal untuk mengembangkan kemandirian industri pertahanan dan mengamankan perairan Nusantara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berantas Kapal Pencuri Ikan, Menteri Edhy Beli Senapan Pindad Rp 7 Miliar

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyiapkan dana sekitar Rp 7 miliar untuk belanja senjata Senapan Serbu 2 (SS2) buatan PT Pindad (Persero) sebanyak 200 pucuk.

Senjata tersebut nantinya akan dipakai oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP untuk memperkuat pengawasan dan memberantas kapal pencuri ikan yang masuk wilayah Indonesia.

"Untuk senjata, Pindad sedang proses untuk 200 pucuk untuk perbaikan ke standar sipil. Jadi realisasinya tinggal menunggu senjatanya jadi," kata Edhy di kantornya, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2020.

Adapun, pengadaan senjata ini menggunakan dana APBN dan pihaknya sudah melakukan down payment (DP) sebesar 20 persen.

Untuk saat ini, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP mempunyai 38 kapal perikanan. Namun yang aktif beroperasi hanya sebanyak 28 unit, dimana 10 unit lainnya sedang mengalami perbaikan.

Tak hanya itu, Edhy menyatakan pihaknya telah menerima niat baik Jepang yang memberikan 2 kapalnya guna memperketat pengawasan kelautan.

Namun, hal itu belum terealisasi karena terganjal satu aturan. Kini pihaknya tengah menyelesaikan permasalahan tersebut.

Edhy juga menyatakan sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk memperkuat pengawasan sumber daya laut. Kata Edhy, Menhan sudah mendapat informasi bahwa Amerika Serikat akan menghibahkan kapal pengawasnya kepada Indonesia.

Dia mengatakan, saat ini jumlah armada KKP dinilai belum cukup untuk mengawasi lautan Indonesia. Oleh karenanya, pihaknya akan terus mengusahakan penambahan alat dan senjata agar pertahanan maritim Indonesia semakin kuat.

"Makanya kerja sama lintas sektor sangat penting dan kami siap," kata Edhy.2 dari 3 halaman

3 dari 3 halaman

Senapan Jarak Jauh Pindad Jadi Senjata Terbaik di Dunia

Sebelumnya, PT Pindad (Persero) patut berbangga hati terkait produk-produk buatannya yang banyak digunakan militer atau kepolisian negara lain. Ternyata, salah satu produk Pindad, masuk dalam kategori senjata terbaik di dunia.

Predikat ini didapatkan Pindad saat mengikuti pameran dan uji senjata di Yordania beberapa waktu lalu. Pindad membawa beberapa senjata unggulannya, termasuk salah satunya Senapan Runduk SPR 2 dan SPR 3.

SPR 2 dan SPR 3 inilah yang menjadi senjata terbaik di dunia. Sebagai senjata khusus tembak jarak jauh (sniper) dua senjata Pindad ini dinilai mumpuni, modern, serta memiliki kualitas yang diakui dunia.

‎Secara rinci, SPR 2  berkaliber 12,7 mm x 99 mm, panjang senapan 1.755 mm, berat keseluruhan 19,5 kg, panjang barel 1.055 mm, kapasitas peluru antara 5-10 butir. Rifling atau alur spiral berulir pada bagian dalam laras senjata api ini yakni 8 grooves, RH 381 mm (15”) twist.

Kecepatan rata-rata lesatan peluru 900 meter per detik dan jangkauan 2 km.Keistimewaan SPR 2 ini dibanding senapan dari negara adalah terletak pada jangkauan, ketepatan, dan silencer atau peredam suara hentakan dari tembakan.

Silencer yang dipasang bisa menurunkan hentakan suara tembakan sekitar 20-30 desibel. Senjata ini juga dilengkapi perangkat night vision dan teleskop dengan pembesaran ukuran 5-25 kali‎.Sementara untuk SPR 3, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan SPR 2.

Perbedaan yang lebih mencolok, peluru yang diluncurkan dari senjata ini mampu menembus baja hingga setebal 3 cm. Tak hanya itu SPR 3 juga dilengkapi dengan peluru subsonic, sehingga mampu menimbulkan efek hentakan suara yang lebih minim‎. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.