Sukses

Derita Pengelola Mal Hadapi Gempuran Virus Corona

Sejumlah mal di kota-kota terpaksa harus tutup sebagai dampak dari penyebaran virus corona.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah mal di kota-kota besar mulai tutup sebagai dampak dari penyebaran Virus Corona (COVID-19). Namun tidak sedikit mal yang tetap menjalankan usahanya mengingat banyak tenant yang tetap beroperasi melayani konsumen melalui jalur online atau pesan antar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan saat ini pengelola mal tengah memikul beban berat.

Akibat sepinya pengunjung banyak tenant yang akhirnya memilih tak beroperasi. Padahal pengelola mal ini juga dihadapkan pada banyak kewajiban. Seperti biaya operasional, listrik, tenaga kerja hingga beban pinjaman kepada pihak ketiga.

"Bisnis mal termasuk salah satu sektor yang terkena dampak berat akibat pandemi COVID-19. Apalagi jika mereka punya kewajiban dalam bentuk dollar yang kini juga sedang tinggi nilai tukarnya terhadap rupiah," ujar Tauhid di Jakarta, Senin (6/4/2020).

Pekan ini nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.638 per dollar Amerika. Bank Indonesia membuat skenario terburuk jika kondisi pandemi Corona memburuk, nilai tukar rupiah bisa menyentuh level Rp 20 ribu per dollar Amerika.

Dengan situasi yang sulit itu, Tauhid menilai permintaan sejumlah tenant agar diberikan kebebasan sewa dan service charge menjadi sulit diterima. Karena pengelola mal nya sendiri menghadapi kondisi yang tak kalah berat dibandingkan para tenantnya.

"Membebaskan tenant dari biaya sewa dan service charge kepada penggelola mal bukan cara tepat. Pengelola mal tentu punya pertimbangan untuk mengambil keputusan. Situasi ini mestinya bisa dipikul bersama," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berikan Keringanan Kredit

Tauhid menambahkan, dalam situasi seperti sekarang ini ada baiknya pemerintah juga ikut meringankan beban penggelola Mal beserta tenant mereka. Misalnya kementerian perdagangan bekerjasama dengan perbankan memberikan insentif berupa restrukturisasi kredit atau pinjaman murah.

Menurutnya, dalam situasi seperti ini Kementerian Perdagangan harus menyiapkan satu model insentif bagi pengelola mal.

"Pemerintah juga bisa membuka opsi untuk menurunkan beban pajak bagi pengelola mal. Semua cara harus dicari agar ada solusi terbaik bagi semua dan ekonomi tetap bisa berjalan," lanjutnya.

Tauhid juga menyarankan pengelola mal untuk mulai membangun jalur penjualan secara online. Langkah ini dinilai akan semakin memperkuat penjualan para ternant, termasuk ketika kelak situasi sudah kembali normal.

"Harus ada terobosan-terobosan agar tenant bisa tetap survive. Membangun fasilitas penjualan online bisa menjadi opsi untuk memperluas jangkauan pemasaran bagi produk-produk tenant, sehingga transaksi bisa dilakukan secara digital," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini