Sukses

Ada Virus Corona, Risiko Resesi Global Semakin Meningkat

Mewabahnya epidemi COVID-19 berdampak pada aktivitas ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Mewabahnya epidemi COVID-19 berdampak pada pertumbuhan ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika dalam jangka pendek, virus yang dikenal dengan Corona ini bisa melumpuhkan kegiatan sehari-hari, maka dalam jangka panjang, mungkin saja risiko resesi dunia akan semakin meningkat.

Baru-baru ini, Moody's Investor Service (Moody's) merilis Global Macro Outlook 2020-2021, dengan analisis yang sudah diperbarui per Maret 2020.

Publikasi yang diterima Liputan6.com, Minggu (08/03/2020) menyebutkan bahwa virus Corona akan melukai pertumbuhan ekonomi di banyak negara di semester pertama 2020. Hal itu meningkatkan risiko resesi dunia.

"Semakin lama wabah (Corona) mempengaruhi kegiatan ekonomi, guncangan permintaan akan mendominasi dan mengarah pada dinamika resesi," demikian tertulis di kolom Global Recession Risks Have Risen.

Sebelumnya, Moody's memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara G-20 hanya bisa mencapai 2,1 persen saja, 0,3 poin lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Untuk China sendiri, prediksi pertumbuhannya hanya 4,8 persen, turun 4 poin dari prediksi sebelumnya, 5,2 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2 Asumsi

Ada dua asumsi yang mendasari prediksi Moody's. Pertama, aktivitas ekonomi pada semester pertama 2020 akan terganggu pemulihan produksi dan permintaan konsumen di semester berikutnya. Kedua, suhu hangat di negara-negara bagian belahan bumi utara (Northern Hemisphere) di musim semi dan musim panas berpotensi mematikan virus, meskipun Moody's sendiri tetap akan memonitor hal ini.

Namun, skenario buruk yang lain dapat terjadi. Misalnya, jika infeksi dan penularan terjadi lebih cepat pasti akan mendorong sentimen jadi lebih rendah.

"Secara khusus, akan ada kemunduran berkelanjutan dalam konsumsi, ditambah penutupan bisnis yang semakin menjadi-jadi, tentu akan mengganggu pendapatan, mendorong PHK dan akhirnya, kondisi tersebut memberi 'makan' pada risiko resesi itu sendiri," demikian tertulis dalam kolom analisis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.