Sukses

Cari Cadangan Mineral Baru, Merdeka Cooper Bangun Terowongan Bawah Tanah

PT Merdeka Cooper Gold Tbk terus berupaya menjaga produksi emas dan perak.

Liputan6.com, Jakarta - PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) ‎melakukan kegiatan pencarian potensi cadangan mineral baru di wilayah pertambangan Tujuh Bukit, Banyuwangi Jawa Timur, dengan membuat terowongan sepanjang 1996 meter.

Sekretaris Persuhaan Merdeka Copper Gold Adi M. Soekri mengatakan, perusahaan terus berupaya menjaga produksi emas dan perak. MDKA melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI) telah menemukan potensi cadangan mineral 1500 meter di bawah tanah yang terletak dalam satu kawasan tambang Bukit Tujuh yang dikelolanya.

‎"Posisi endapan bahan galian kurang lebih 1500 meter dibawah permukaan," kata Adi, di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (6/12/2019).

Dalam melakukan pencarian potensi cadangan, BSI menerapkan pola sumber daya porfiri tembaga dan emas pada Upper High Grade Zone (UHGZ). Eksplorasi itu sudah berjalan sejak kuartal pertama 2018 ditargetkan selesai pda 2021, saat ini pengeboran trowongan sudah sepanjang 1494.

 

"Kita buat terowongan akses masuk, masih ada kuran 500 meter sampai target. 1996 meter kalau dari awal masuk sapai target," tuturnya.

Menurutnya, dalam terowongan sepanjang ‎1996 ada 98 lubang pengeboran untuk mencari potensi mineral, saat ini realisasinya baru 7 lubang yang dibor.

Hingga saat ini biaya eksplorasi telah mencapai Rp 400 miliar untuk penurunan drift dan sekitar Rp 50 miliar untuk pengeboran definisi sumber daya bawah tanah serta pengeboran hidrologi permukaan.

"Untuk mengebor sedalam ini kemungkinan gagal lebih besar biaya lebih besar, untuk mempersingkat kita putuskan mengebor lebih dekat dari Zona mineral," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

41 Smelter Beroperasi, Indonesia Setop Ekspor Mineral Mentah di 2022

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan ekspor mineral mentah (bijih) tidak lagi dilakukan pada 2022. Penghentian ekspor tersebut seiring dengan beroperasinya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, seharusnya pelarangan ekspor mineral mentah dilakukan 5 tahun sejak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang minerba dilakukan. Namun karena fasilitas smelter belum memadai, industri pertambangan belum siap melaksanakannya. Sehingga kebijakan pelarangan tersebut diundur sampai 2022.

"Pemerintah memutuskan pada 2022 sudah harus selesai pemurnian," kata Bambang, saat rapat dengar pendapat‎ dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR Jakarta, Senin (8/7/2019).

Menurut Bambang, pada 2022 Indonesia tidak akan melakukan ekspor mineral mentah lagi. Seiring beroperasinya smelter yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Dengan begitu kegiatan hilirisasi mineral dapat berjalan dengan optimal.

Produk mineral hasil pemurnian nantinya dapat diserap industri logam hilir dalam negeri‎, sehingga tidak perlu lagi mengimpor bahan baku.

"‎Tahun 2022 Indonesia diharapkan dapat menghasilkan produk setengah jadi, dari komoditas tembaga, nikel, alumina, besi, timah, emas, perak guna melengkapi seluruh rantai pasokan pohon industri dalam negeri," tuturnya.

Bambang mengungkapkan, pada 2022 ada 41 unit smelter yang beroperasi‎, terdiri dari smelter nikel sebanyak 22 pabrik, bauksit enam pabrik, besi empat pabrik, timbal dan seng empat pabrik, tembaga dan lumpur anoda masing-masing dua pabrik dan mangam satu pabrik smelter.

Sedangkan saat ini, ada 20 smelter yang telah beroperasi di Indonesia terdiri dari smelter tembaga, nikel, bauksit, besi dan mangan.

"Namun masih membutuhkan smelter besi untuk meuncukupi kebutuhan dalam negeri," tandasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.