Sukses

Hingga Oktober 2019, Pertamina Untung Rp 10,5 Triliun

Keuntungan Pertamina ini bisa bertambah besar jika ada penambahan pembayaran kompensasi penyaluran BBM subsidi dan Elpiji

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membukukan laba pada kuartal III 2019 sebesar USD 753 juta atau setara dengan Rp 10,5 triliun (Kurs Rupiah 14.040 per dolar AS). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan laba bersih pada semester pertama 2019 sebesar USD 660 juta.

‎"Kuartal 3 laba kita kurleb USD 753 juta," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansyuri di Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Menurut Pahala, capaian laba tersebut bisa lebih tinggi jika pemerintah membayar kompensasi penyaluran ‎BBM dan Elpiji bersubsidi atas selisih harga jual yang dibawah harga beli sebesar USD 1 miliar. Dengan begitu, potensi pendapatan Pertamina bisa bertambah menjadi USD 1,7 miliar.

"Jadi kurang lebih ya kita dikisaran USD 1,7 miliar kalau termasuk potensi pendapatan dari Kompensasi," tuturnya.

Namun pembayaran kompensasi kompensasi penyaluran ‎BBM dan Elpiji bersubsidi oleh Pertamina atas selisih harga jual yang dibawah harga beli harus menunggu audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Keputusan Menteri Keuangan.

‎"Tapi kan biasanya memang kompensasi harus menunggu adanya audit BPK dan keputusan Menteri Keuangan. Kalau tidak termasuk itu kurang lebih USD 753 juta," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertamina Percepat Pembangunan 6 Kilang

PT Pertamina (Persero) menyatakan, proyek pembangunan kilang masih tetap berjalan, bahkan langkah perce‎patan ditempuh agar fasilitas tersebut cepat beroperasi sehingga dapat meningkatkan ketahanan energi.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan, untuk mengerjakan proyek kilang harus‎ menempuh proses cukup panjang, diperkirkan untuk membangun satu unit kilang membutuhkan waktu sekitar 8 tahun.

‎"Satu lagi karakteristik dia punya time horizon yang panjang bukan satu dua tahun, dari proses awal koseptual, konsturksi‎ itu 8 tahun. Nggak bisa tahun ini kita declare tahun depan sudah jadi," kata Talullembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Dia pun menegaskan, pembangunan proyek kilang masih berjalan,‎ Pertamina pun terus melakukan berbagai terobosan untuk mempercepat pembangunan enam kilang yang masuk dalam program Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR).

‎Proyek RDMP dan GRR akan meningkatkan kapasitas kilang terpasang menjadi dua kali lipat dari 1 juta barrel pada saat ini, menjadi 2 juta barrel. Dengan peningkatan signifikan, maka seluruh kebutuhan BBM bisa dipenuhi oleh kilang sendiri.

“Pertamina melakukan sejumlah akselerasi agar proyek yang ditetapkan Presiden sebagai proyek strategis nasional ini, bisa segera terwujud. Inilah impian besar kita dalam membangun ketahanan dan sekaligus kemandirian energi,” ujar Talullembang. ‎

 

3 dari 3 halaman

RDMP Balongan

Adapun kilang yang mengalami percepatan adalah‎ proyek RDMP Balongan, pada proyek tersebut Pertamina melakukan dua tahap pembangunan dalam satu waktu, sehingga realisasi proyek bisa selesai satu tahun lebih cepat dari jadwal.

Tahapan tersebut berupa Studi kelayakan (feasibility study) RMDP Balongan tahap I sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan penetapan dan pengadaan lahan. Untuk tahap II, sedang dilakukan studi kelayakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.