Sukses

Rupiah Kembali Melemah Usai Demo Mahasiswa

Rupiah hari ini akan bergerak melemah di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini.

Mengutip Bloomberg, Rabu (25/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.120 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.113 per dolar AS. Menjelang siang, Di siang hari, rupiah terus melemah ke 14.139 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 14.141 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,88 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.134 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.099 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan pasca aksi demo besar-besaran mahasiswa Selasa kemarin.

"Aksi demo ini membuat sentimen negatif di pasar baik indeks maupun rupiah mengalami tekanan pelemahan," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.

Tuntutan mahasiswa dalam aksi demo yang dilakukan di beberapa daerah kemarin termasuk di Jakarta akhirnya didengar. Pemerintah dan DPR memutuskan menunda pengesahan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan akan meninjau kembali pasal-pasal yang bermasalah dan menyosialisasikan kepada masyarakat.

Ada empat RUU yang menjadi tuntutan yaitu RUU Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pemasyarakatan, RUU Pertanahan, dan RUU Minerba dan beberapa RUU lain yang sebenarnya sudah disahkan yaitu RUU KPK, RUU Sumber daya air, RUU MD3, dan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Namun terjadi aksi kekerasan depan Gedung DPR kemarin yang memicu pembakaran sejumlah fasilitas publik.

Dari eksternal, Pimpinan Partai Demokrat di Kongres AS Nancy Pelosi mengumumkan isyarat kemungkinan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden Trump terkait penyalahgunaan dana sebesar 400 juta dolar AS yang semestinya untuk membantu Ukraina namun digunakan untuk menjelek-jelekan lawan politiknya Joe Biden yang kemungkinan maju melawan Trump dalam Pemilihan Presiden November 2020 nanti.

Ketidakpastian politik tersebut menjadi sentimen negatif, ditambah beberapa data ekonomi AS seperti keyakinan konsumen juga turun dan harga rumah yang disurvei untuk 20 kota hanya naik 2 persen pada Juli, yang terendah sejak tujuh tahun terakhir, dan dibawah ekspektasi konsensus 2,2 persen.

"Ditambah lagi, pernyataan Trump yang tidak menginginkan bad deals dari kesepakatan dagang AS-China yang mestinya akan diselesaikan pada akhir bulan ini," kata Lana.

Lana memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak melemah di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.