Sukses

Jaga Inflasi, BI Ajak Masyarakat Konsumsi Cabai Kering

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan inflasi pada Juli ini lebih disebabkan oleh tingginya harga cabai rawit di pasaran.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meperkirakan inflasi selama Juli 2019 akan mencapai 0,23 persen secara bulanan (mtm) dan 3,23 persen secara tahunan (yoy). Hal ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang rutin dilakukan oleh BI.

Sementara itu, pada bulan sebelumnya yaitu selama Juni 2019 laju inflasi sebesar 0,55 persen (mtm) dan 3,28 persen (yoy).

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan inflasi bulan ini lebih disebabkan oleh tingginya harga cabai rawit di pasaran. Adapun total andil cabai rawit ke inflasi mencapai 0,12 persen.

"Inflasi berdasarkan SPH minggu keempat kita perkirakan Juli ini inflasi 0,23 (mtm), kalau dihitung 3,23 persen (yoy). Komditasnya bulan ini cabai rawit 0,12 persen," kata dia, di Mesjid Komplek Gedung BI, Jakarta, Jumat (26/7).

Dia mengungkapkan, hasil survei mendapati penyebab melonjaknya harga cabai adalah karena pertengahan tahun ini bukan merupakan musim panen. Sementara masyarakat lebih menyukai cabai segar. Dia pun menyarankan agar masyarakat mulai mengonsumsi cabai kering.

"Pola konsumsi masyarakat juga, makanya mulai juga biasakan ingin pedas tidak harus fresh, kan sudah mulai banyak cabai kering enak, tetap pedasnya sama. Kita biasakan cabai kering. Geprek pakai cabai kering sama saja," ujarnya.

Selain cabai rawit, komoditas lainnya yang menyumbang inflasi adalah emas dan perhiasan. Masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,6-0,4 persen.

Kendati demikian, ada sejumlah komoditas yang justru deflasi karena mengalami penurunan harga. Di antaranya tarif angkutan antarkota yang turun 0,08 persen (mtm), bawang merah turun 0,06 persen (mtm), dan tomat sayur, ayam, juga tarif angkutan udara yang mengalami penurunan harga 0,02 persen (mtm).

"Kita tetap harapkan inflasi hingga akhir tahun ini sesuai dengan target sasaran inflasi kita di bawah titik tengah 3,5 persen (yoy)," tutupnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Liputan6.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Di Hadapan JK, Menko Darmin Beberkan Capaian Inflasi 2018

Menteri Koodinator Perekonomian, Darmin Nasution, melaporkan hasil evaluasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tahun 2018. Di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan seluruh pemerintah daerah, Menko Darmin menyampaikan pemerintah bersama Bank Indonedia (BI) berhasil menjaga inflasi di kisaran 3 persen.

"Ada hal yang ingin kami laporkan. Pertama evaluasi atas pengendalian inflasi tahun 2018. Realisasi inflasi pada 4 tahun terakhir dapat dijaga sedikit di atas 3 persen dengan laju inflasi 2018 3,13 persen year on year (yoy)," katanya dalam rapat koordinasi nasional, di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7).

Menko Darmin mengatakan, pencapaian tersebut masih dalam rentang sasaran nasional sebesar 3,5 persen dengan deviasi 1 persen. Di mana, secara komponen pembentukannya inflasi pada harga barang-barang bergejolak, terutama pangan volatile food di tahun 2018 sebesar 3,39 persen yoy.

"Pada Juni 2019, sedikit meningkat jadi 4,91 persen yoy. Sementara itu inflasi inti masih terjaga dengan laju sebesar 3,07 persen pada tahun 2018 dan 3,25 persen yoy pada bulan Juni 2019," jelasnya.

"Sebaliknya, inflasi harga yang diatur pemerintah menurun signifikan pada 2018 dari sebesar 3,36 persen menjadi 1,89 persen yoy pada Juni 2019," ucapnya.

Meski secara keseluruhan inflasi 2018 masih terjaga, secara spasial terdapat beberapa daerah yang relasiasi inflasinya di luar atau di atas sasaran inflasi nasional. Di mana pada tingkat provinsi, terdapat lima provinsi berada di atas sasaran. Sementara di tingkat kabupaten kota terdapat delapan yang berada di atas sasaran.

"Terjaganya realisasi inflasi 2018 tentu tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan Pemda dan BI melalui implementasi strategis 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif," jelasnya.

Menko Darmin yang juga sebagai Ketua TPIP menambahkan, ke depan apa yang sudah dilakukan pemerintah melalui srategi 4K akan terus dilanjutkan untukk menjaga capaian inflasi tahun pada 2019 ini.

"Ke depan, pemerintah daerah diharapkan semakin berperan aktif mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun serta melakukan inovasi pengendalian inflasi," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

BI: Inflasi Juni 2019 Tetap Terkendali

Bank Indonesia (BI) menyatakan indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi tetap terkendali pada Juni 2019.

Inflasi IHK pada Juni 2019 tercatat 0,55 persen (month to month/mtm), melambat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya 0,68 persen (mtm). Demikian mengutip dari laman Bank Indonesia, Senin (1/7/2019).

Dengan perkembangan itu, hingga Juni 2019, inflasi IHK mencapai 2,05 persen (year to date/ytd) atau secara tahunan tercatat 3,28 persen (YoY) lebih rendah dari inflasi bulan lalu sebesar 3,32 persen (YoY).   

Penurunan inflasi IHK Juni 2019 dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok volatile foodsejalan dengan berakhirnya pola musiman terkait Ramadan dan Lebaran. Kelompok volatile foodmencatat inflasi 1,7 persen (mtm), menurun dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 2,18 persen (mtm).

Penurunan inflasi volatile food dipengaruhi deflasi pada komoditas bawang putih, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Hal tersebut antara lain dipengaruhi menurunnya permintaan usai berakhirnya Ramadan dan Lebaran.

Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,91 persen (YoY), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya 4,08 persen (YoY).

Kelompok administered prices yang mencatat deflasi seiring dampak positif penyesuaian tarif angkutan udara juga berkontribusi pada penurunan inflasi IHK.

Kelompok administered prices pada Juni 2019 mencatat deflasi sebesar 0,09 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi 0,48 persen (mtm).

Deflasi pada kelompok administered prices bersumber dari menurunnya tarif angkutan udara sejalan dengan berlanjutnya dampak penerapan kebijakan penurunan tarif batas atas angkutan udara. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi 1,89 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,38 persen. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.