Sukses

Warga AS Masih Takut Naik Boeing 737 Max

CEO Boeing Dennis Muilenburg telah mengumumkan Boeing 737 MAX sudah selesai memperbarui software mereka yang malfungsi.

Liputan6.com, New York - CEO Boeing Dennis Muilenburg telah mengumumkan Boeing 737 MAX sudah selesai memperbarui software mereka yang malfungsi.

Izin penerbangan pesawat pun sedang dipersiapkan setelah berbulan-bulan pesawat dicekal banyak negara, termasuk negara asalnya: Amerika Serikat (AS).

Sayangnya, optimisme CEO Boeing tidak dirasakan warga AS. Berdasarkan survei terbaru, sebagian besar dari mereka memilih menahan diri naik Boeing 737 MAX hingga beberapa bulan, dan ada pula yang tak mau lagi naik pesawat tersebut.

Dilaporkan Business Insider, 41 persen warga AS baru kau terbang dengan Boeing 737 MAX jika sudah teruji aman sebanyak enam bulan, 11 persen akan menunggu empat sampai enam bulan, lalu 10 persen  menyebut tiga bulan, sementara delapan persen tidak pernah mau naik Boeing 737 MAX.

Hasil itu berdasarkan survei UBS terhadap 1.000 lebih responden. Peneliti menyebut kabar negatif mengenai Boeing, serta fakta  pesawat dikandangkan hampir tiga bulan dan sorotan media membuat masyarakat khawatir.

"Jadi mungkin tidak mengejutkan sekitar 70 persen warga AS memiliki keraguan untuk memesan penerbangan pada pesawat itu," ujar pemimpin analis aerospace UBS, Myles Walton.

Valuasi Boeing juga jatuh hingga USD 50 miliar karena imbas tragedi jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX. Akan tetapi pihak UBS dan Wall Street tetap yakin dengan performa Boeing di masa depan.

UBS memprediksi saham Boeing juga tidak akan terperosok lebih dalam. Kehadiran izin penerbangan oleh otoritas penerbangan AS juga dipandang sebagai kabar baik untuk jangka pendek.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kata FAA

Sebelumnya, FAA (Federal Aviation Administration) mengatakan lebih dari 300 jet Boeing 737 termasuk Max memiliki bagian sayap yang mudah rusak dan tidak memenuhi standar kekuatan dan daya tahan.

Dikutip dari laman CNBC, Senin 3 Juni 2019, FAA pun akan memerintahkan Boeing untuk melepas dan mengganti suku cadang pesawat yang rentan rusak tersebut.

Dalam laporannya, terdapat 148 bilah "leading edge slat" (permukaan aerodinamis di ujung depan sayap pesawat) begitu rentan terhadap keretakan. Slat ini merupakan komponen yang sangat penting bagi pesawat saat akan lepas landas dan mendarat.

FAA mengatakan meskipun kerusakan slat track terlihat sepele, namun bagian ini menjadi salah satu faktor pesawat dapat kehilangan kendali selama penerbangan.

Saat ini terdapat 133 pesawat NG, dan 179 Max telah terkena dampak dari kerusakan bagian ini, dan di antaranya 32 pesawat Boeing 737 NG dan 33 Boeing Max berada di AS.

Boeing mengatakan pihaknya tengah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat mereka yang diduga mengalami kerusakan.

FAA menambahkan akan mengeluarkan instruksi kelaikan udara yang mewajibkan tindakan layanan untuk menghapus suku cadang yang tidak layak, dan meminta maskapai harus mematuhi hal tersebut dalam waktu 10 hari.

Mengenai hal ini, FAA juga telah memperingatkan otoritas penerbangan sipil internasional.

 

3 dari 3 halaman

Southweast Airlines

Menurut juru bicara Southwest Airlines Chris Mainz, terdapat tiga pesawat Boeing yang dioperasikan perusahaan yang mengalami kerusakan, diantaranya 737 NG dan Max.

Terkait hal ini, Southwest Airlines tengah bersiap untuk meninjau trek slat pesawat dan memastikan akan mematuhi persyaratan dan peraturan dari FAA. Southwest saat ini mengoperasikan 750 armada all-Boeing 737.

Penertiban kelaikan pesawat yang dilakukan FAA ini tentunya membuat beberapa maskapai cemas, karena mereka takut kekurangan pesawat yang dimiliki selama puncak liburan musim panas pada Agustus.

Boeing mengatakan pihaknya berencana untuk menyediakan suku cadang pengganti untuk pelanggan maskapainya yang terkena masalah slat track ini. Hal ini diharapkan dapat membantu meminimalkan jumlah pesawat yang akan berhenti sementara untuk proses perbaikan.

CEO Boeing, Dennis Muilenburg mengatakan, perusahaan harus mendapatkan kembali kepercayaan publik, dan meminta maaf kepada sanak keluarga yang menjadi korban dalam kecelakaan yang baru-baru ini terjadi.

Beberapa klien pengguna Boeing seperti United Airlines dan Southwest mengatakan mereka tidak akan membebankan biaya perubahan atau perbedaan tarif bagi para pelanggannya yang akan melakukan penerbangan menggunakan Max untuk beralih ke penerbangan dengan jenis pesawat lain.

Sebelumnya, setelah Boeing 737 Max lagi-lagi mengalami kecelakaan yang fatal di Ethiopia pada Maret lalu. Pihak Boeing telah melakukan beberapa perbaikan kelaikan pada pesawat jeni ini agar dapat mengudara kembali. Namun sayangnya, perubahan ini belum disahkan oleh FAA dan regulator lainnya.

FAA hingga saat ini belum memberikan batas waktu kapan mereka berencana akan mengesahkan kembali 737 Max untuk mengudara.

Senagai tambahan informasi, saat ini Boeing memiliki sekitar 4.400 pesanan untuk pesawat 737 Maz. Namun setelah grounding, Boeing memangkas produksi dari sebelumnya 52 pesawat dalam sebulan menjadi hanya 42 buah saja.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.