Sukses

Pemerintah Harus Tangkal Kampanye Negatif Komoditas Sawit

Kemampuan sawit untuk menutup defisit neraca perdagangan sangatlah penting bagi pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta turun tangan untuk mengamankan kepentingan ekonomi nasional di pasar global, seperti untuk komoditas sawit. Hal ini terkait dengan tindakan organisasi pemerhati lingkungan, Greenpeace, yang menghadang kapal tanker sawit di Teluk Cardiz, Spanyol.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengatakan, aksi penghadangan ini akan memberikan dampak negatif terhadap ekspor sawit Indonesia.

"Negara harus berpihak kepada minyak sawit yang berada dalam ancaman. Karena selama ini, negara merasakan keuntungan dari penerimaan devisa negara," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (19/11/2018).

Komoditas sawit berkontribusi besar bagi devisa negara sebesar sumber devisa utama dengan capaian sebesar USD 22,97 miliar atau Rp 318 triliun pada 2017. Dampak positifnya adalah neraca dagang nonmigas surplus sebesar USD 11,83 miliar.

Benny menyebutkan kemampuan sawit untuk menutup defisit neraca perdagangan sangatlah penting bagi pemerintah. Oleh sebab itu, perlu keberpihakan pemerintahan untuk memberikan tindakan tegas kepada organisasi semacam itu.

"Aksi Greenpeace terlalu lama dibiarkan. Akibatnya seperti sekarang, ekspor sawit dihambat masuk Eropa. Untuk itu, Indonesia bisa mengikuti kebijakan India yang membekukan Greenpeace," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jatuhkan Citra Sawit

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Rino Afrino, mengatakan munculnya kampanye negatif telah menjatuhkan citra minyak sawit Indonesia. Terlebih selama ini tuduhan yang diungkap melalui kampanye terseut belum dapat terbukti, seperti soal minyak sawit yang dihasilkan dari pembabatan lahan hutan.

"Apakah bisa dibuktikan minyak sawit merusak lingkungan. Padahal, supplier mereka (produsen minyak sawit nasional) telah mengikuti prisnsip minyak sawit berkelanjutan seperti ISPO dan RSPO," jelas dia.

Menurut Rino, petani dari APKASINDO berencana menempuh upaya hukum atas kampanye negatif semacam ini. Dia menyebutkan pihaknya sedang berkonsultasi dengan tim hukum untuk menindaklanjuti upaya hukum tersebut.

"Kampanye Greenpeace sudah dalam tahap yang meresahkan petani. Apalagi harga sedang jatuh seperti sekarang ini," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.