Sukses

Rupiah Masih di Kisaran 15.250 per Dolar AS pada Pekan Ini

Harga minyak penting sebagai barometer bagi Indonesia karena merupakan negara net importir minyak.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah diproyeksi masih bergerak fluktuatif di kisaran 15.150-15.250 per dolar AS pada pekan ini. Sentimen positif datang dari penurunan harga minyak mentah (acuan Brent) yang sempat menyentuh level USD 85 per barel, kini berangsur turun ke USD 80,4 per barel.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, penurunan minyak disebabkan revisi data permintaan energi di China akibat efek perang dagang. Kemudian suplai pasokan di Amerika Serikat (AS) masih cukup terjaga di tengah sanksi yang diterima Iran dan gangguan badai.

"Spekulasi di pasar komoditas sedikit mereda," ujar dia di Jakarta, Senin (15/10/2018).

Menurut dia, harga minyak penting sebagai barometer bagi Indonesia karena merupakan negara net importer minyak. Jadi, penurunan harga minyak merupakan angin segar bagi defisit migas, dan cashflow Pertamina.

"Penurunan harga minyak juga menjadi pertimbangan terhadap rencana Pertamina menunda kenaikan harga Premium. Artinya, lonjakan inflasi masih bisa dikendalikan," kata dia.

Selain itu, pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Annual Meeting IMF-World Bank beberapa waktu lalu juga ditanggapi positif oleh pasar sehingga bisa membantu rupiah. 

Pidato Presiden Jokowi menitikberatkan pentingnya kooperasi dan koordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi global di tengah perang dagang.

"Pesan ini diharapkan membangkitkan kesadaran para pemimpin di Negara maju untuk mengakhiri kebijakan proteksi dagangnya," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

ADB: Rupiah Melemah Imbas Ulah Spekulan

Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) menyatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong spekulan. Ini karena fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.

Presiden ADB, Takehiko Nakao, menyampaikan hal itu di sela-sela pertemuan tahunan IMF-World Bank pada Jumat 12 Oktober 2018.

"Depresiasi baru-baru ini terhadap rupiah adalah karena dorongan spekulasi karena posisi makroekonomi Indonesia secara keseluruhan masih kuat," ujar dia. 

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) sudah melemah 12,19 persen sepanjang tahun berjalan 2018. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari posisi 13.542 pada 2 Januari 2018 ke posisi 15.194 pada 12 Oktober 2018.

Nakao juga memuji manajemen makroekonomi Indonesia yang baik. Ia menekankan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia. Ini seperti yang ditunjukkan dengan proyeksi kuatnya tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 5,2 persen. Tingkat inflasi yang stabil di 3,4 persen pada 2018.

Selain itu, defisit transaksi berjalan sekitar 2,5 persen yang masih terkelola. Pemerintah juga berkomitmen menjaga defisit fiskal pada sekitar dua persen dari produk domestik bruto (PDB) yang patut diapresiasi.

Cadangan devisa tetap dijaga pada tingkat yang cukup. Tercatat cadangan devisa Indonesia USD 114,84 miliar pada 30 September 2018. Tak hanya itu, Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi di pemerintahan ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.