Sukses

Rupiah Masih Melemah di Kisaran 14.600 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 hingga 14.615 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (28/8/2018), rupiah dibuka di angka 14.607 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.620 per dolar AS. Namun sesaat kemudian, rupiah melemah ke angka 14.614 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 per dolar AS hingga 14.615 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,81 persen.

Adapun berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.614 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan pada hari sebelumnya yang ada di angka 14.610 per dolar AS.

Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM Jameel Ahmad menjelaskan, ada sentimen bervariasi terhadap dolar AS pada awal pekan perdagangan ini.

Rupiah sempat menguat dan menyebar ke wilayah sekitar, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga menguat.

Namun kemudian, dolar AS menguat terhadap Euro, Pound, dan Dolar Australia sehingga kembali menekan mata yang di Asia, termasuk rupiah.

"Mata uang AS ini secara umum menguat terhadap mata uang Eropa, Timur Tengah, dan Afrika di saat semua perhatian tertuju pada lira ketika pasar Turki kembali buka pasca libur satu pekan penuh," jelas dia. 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Melemah Bersama Mata Uang Lain

Sebelumnya, Gubernur Bank Idnonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, kondisi pelemahan rupiah masih disebabkan gejolak perekonomian dunia. Meski begitu, mata uang Garuda tersebut masih relatif terkendali apabila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Kalau kita lihat masalah stabilisasi nilai tukar jangan liat rupiah sendiri. Bandingkan dengan negara lain juga, gonjang-ganjingnya kan seluruh dunia kena," ujarnya, pada Jumat, 24 Agustus 2018. 

Dalam kondisi ini juga rupiah tidak serta merta hanya dilihat dari nominalnya saja, melainkan tingkat persentase depresiasi. Di mana depresiasi rupiah juga dinilai jauh lebih rendah dari negara-negara lain.

Dia menyebutkan, hingga hari ini rupiah terdepresiasi 7 persen. Lebih rendah dari rupee India yang 9 persen, rand Afrika Selatan sekitar 13,7 persen, dan real Brasil yang 18,2 persen. "Bahkan (peso) Argentina dan (lira) Turki yang terdepresiasi hingga dekati 40 persen," imbuhnya.

Meski demikian, sejumlah langkah telah diambil oleh bank sentral untuk meredam pelemahan mata uang Garuda tersebut. Salah satunya dengan kebijakan moneter, menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus.

"Dari BI menaikkan suku bunga acuan supaya terjadi inflow (arus dana asing masuk). Sekarang inflow sudah mulai kembali, pembelian SBN khususnya long term investor sudah mulai masuk. Kemudian eksportir menjual dolar-nya," jelasnya.

Di sisi lain, BI juga terus melanjutkan intevensi ganda, yakni dipasar valuta asing (valas) maupun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). "Selain itu swap rate juga kami permudah, percepat, dan murah. Setiap hari eksportir dan pengusaha bisa memastikan kebutuhan valas maupun rupiah (ke BI)," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.