Sukses

Miliarder Ini Selamatkan Toko Berusia 169 Tahun dari Kebangkrutan

House of Fraser yang bermarkas di London ini sudah berusia 169 tahun dan sedang mengalami kesulitan bisnis.

Liputan6.com, Jakarta - Toko perbelanjaan House of Fraser yang berusia 169 tahun 'diselematkan' oleh miliarder olahraga Mike Ashley. House of Fraser nyaris menambah daftar para toko jenis brick-and-mortar (toko non-online) yang harus tutup akibat ekspansi toko online.

House of Fraser berbisnis di sektor ritel dan menjual pakaian dan aneka furnitur. Miliarder Mike Ashley menggelontorkan 90 juta pound sterling atau setara Rp 1,66 triliun untuk membeli House of Fraser (1 pound sterling = Rp 18.436). Berkat aksinya tersebut, setidaknya 17.500 pekerjaan berhasil diselamatkan, demikian laporan Business Insider.

Pembelian tersebut dilakukan saat kabar House of Fraser jatuh ke tangan administrator, dan miliarder Mike Ashley langsung membelinya. Di Inggris, administrator merupakan pihak yang diangkat pengadilan untuk mengurus aset suatu perusahaan yang tak mampu bayar hutang pada kreditor. Total hutang House of Fraser mencapai 400 juta pound sterling.

Pada 2014 lalu, House of Fraser diakuisisi oleh grup Sunpower dari China, tetapi perusahaan tetap kesulitan, dan tahun lalu House of Fraser rugi 9 juta pound sterling atau Rp 165 miliar.

Yahoo! Finance menyebut perusahaan ritel memang sedang krisis di Britania akibat kehadiran ritel online seperti Amazon. Sebelumnya, Toys R Us sempat membuat geger karena toko ritel mainan itu terpaksa gulung tikar.

Toko-toko pangsa menengah seperti House of Fraser terkena dampak yang kuat, sementara Debenhams Plc dan Marks & Spencer Group Plc juga memperkecil ukuran karena bisnis online mereka belum berkembang pesat.

Ashley adalah pemilik Sports Direct, jaringan toko ritel perlengkapan olahraga. Pria 53 tahun itu juga pemilik dari klub Newcastle United dan turut memiliki saham di Debensham yang notabene adalah rival House of Fraser.

Sayang, Sports Direct memiliki rekam jejak yang kurang manis. Perusahaan itu pernah dikritik keras akibat kondisi buruk yang dialami para pekerja. Bahkan, tahun 2006 lalu, seorang pegawai Sports Direct sampai harus melahirkan di toilet karena khawatir kena hukuman bila ia bolos kerja.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kaya Raya dari Permen Karet, Miliarder Ini Kini Berbisnis Ganja

Keluarga Wrigley yang terkenal lewat bisnis permen karet Wrigley mulai menapaki sektor bisnis terbaru, yaitu bisnis ganja. Yang dipilih adalah bisnis ganja medis di bawah Surterra Wellness.

Dilansir Yahoo! Finance, miliarder William Wrigley, Jr. II menanamkan investasi sebesar USD 65 juta atau setara Rp 941 miliar (1 USD = Rp 14.485) kepada Surterra Wellness yang bergerak di ganja untuk keperluan medis.

Langkah ini diambil Wrigley setelah menjual bisnis permen karet Wrigley yang dibangun kakek buyutnya pada satu dekade lalu. Ia pun menjadi Chairman di Dewan Direksi Surterra.

"Saya bersemangat bergabung ke tim Surterra dan membantu mendorong misi mereka untuk membangun bisnis kesehatan ganja terbaik," ucapnya seperti dikutip dari situs Surterra.

Surterra baru memiliki cabang di Florida dan Texas, dan menariknya dua negara bagian tersebut justru terkenal konservatif. Wrigley menjelaskan berubah pikiran saat memahami keuntungan ganja dalam bidang medis.

Wrigley masih belum mau berinvestasi di pasar ganja di sektor rekreasi. Tetapi ia sedang mengawasi perkembangan industri ini. Menurut Forbes, total kekayaan Wrigley saat ini ditaksir mencapai USD 2,9 miliar atau Rp 41,9 triliun.

Saat ini, ganja untuk kebutuhan medis sudah legal di tiga puluh negara bagian di Amerika Serikat (AS). Namun, ada negara bagian yang melarang pemakaian ganja untuk kebutuhan hiburan walau membolehkan untuk medis, contohnya Pennsylvania, Hawaii, dan Florida.

Politisi sendiri masih terpecah soal ganja. Presiden Donald Trump pernah berniat menghilangkan larangan ganja di level nasional, sementara Jaksa Umum Jeff Sessions terkenal atas "perang" yang ia lakukan terhadap ganja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini