Sukses

China Masuk Jajaran 20 Negara Paling Inovatif di Dunia

China masuk jajaran 20 besar negara paling inovatif di dunia pada 2018. Posisi China naik lima peringkat ke posisi 17 pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - China masuk jajaran 20 besar negara paling inovatif di dunia pada 2018. Posisi China naik lima peringkat ke posisi 17 pada 2018 dari posisi 22 pada 2017.

Sedangkan daftar 10 besar negara paling inovatif di dunia masih diduduki negara maju. Swiss mampu mempertahankan peringkat pertama sebagai negara paling inovatif di dunia. Kemudian diikuti Belanda, Swedia, Inggris dan Singapura. Selanjutnya Amerika Serikat (AS), Finlandia, Denmark, Jerman dan Irlandia.

Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis INSEAD, Cornell University, dan World Intelectual Property Organization (WIPO). Mengutip keterangan tertulis INSEAD, seperti ditulis Kamis (12/7/2018), China masuk jajaran 20 besar negara paling inovatif di dunia merupakan suatu terobosan yang alami transformasi begitu cepat. Ini didorong dari kebijakan pemerintah China yang memprioritaskan penelitan dan pengembangan yang intensif.

"Peningkatan pesat China mencerminkan arah strategis yang ditetapkan pemimpin tertinggi untuk mengembangkan kapasitas kelas dunia dalam inovasi dan untuk memindahkan basis structural ekonomi ke industri yang lebih banyak pengetahuan yang andalkan inovasi untuk mempertahankan keunggulan kompetitif," ujar Direktur Jenderal WIPO, Francis Gurry.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) alami penurunan peringkat ke nomor enam pada 2018 dari posisi empat pada 2017 dinilai perubahan yang sebagian terkait perubahan model.

Secara absolute, AS mempertahankan kontribusi dalam input dan output inovasi termasuk dalam investasi di penelitian dan pengembangan.

Ini terjadi setelah China intensif menambah peneliti, hak paten dan publikasi ilmiah serta teknis. Selain itu, AS juga mampu melampaui Inggris dalam kualitas universitasnya antara lain Masschusetts Institute of Technology (MIT), Universitas Stanford dan Universitas Harvard.

Adapun indeks inovasi global atau Global Innovation Index (GII) ini untuk membantu pengambilan keputusan global lebih memahami bagaimana stimulasi aktivitas inovatif yang mendorong perkembangan ekonomi dan manusia.

GII memeringkat 126 negara berdasarkan 80 indikator mulai dari tingkat pengajuan hak milik intelektual hingga pembuatan aplikasi seluler, belanja pendidikan dan publikasi ilmiah serta teknis.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Negara Paling Inovatif di Dunia

Adapun 20 negara paling inovatif antara lain:

1.Swiss

2.Belanda

3.Swedia

4.Inggris

5.Singapura

6.Amerika Serikat

7.Finlandia

8.Denmark

9.Jerman

10.Irlandia

11.Israel

12.Korea Selatan

13.Jepang

14.Hong Kong

15.Luksemburg

16.Prancis

17.China

18.Kanada

19.Norwegia

20. Australia

 

3 dari 3 halaman

Negara Berkembang Makin Menonjol

Negara dengan ekonomi menengah dan berpenghasilan rendah secara signifikan berinovasi yang lebih baik dari pada tingkat perkembangan yang diprediksi.

Kawasan Afrika sub-sahara bahkan mengembangkan inovasi yang dilakukan oleh sejumlah negara termasuk Kenya, Rwanda, dan Afrika Selatan. Sedangkan Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam terus bergerak naik mendekati pusat kekuatan regional antara lain China, Jepang, Singapura dan Korea Selatan.

"Seiring waktu sejumlah negara berkembang menonjol untuk jadi penggerak nyata dan pelopor dalam berinovasi. Selain China, yang sudah masuk daftar 25 teratas dengan ekonomi penghasilan menengah paling dekat dengan kelompok teratas yaitu Malaysia. Kasus menarik lainnya yaitu India, Iran, Meksiko, Thailand, dan Vietnam yang secara konsisten naik peringkat,” ujar Soumitra Dutta, Profesor Manajemen di Universitas Cornell.

Adapun dalam indeks inovasi global atau Global Innovation Index 2018 bertema "Energizing the World with Innovation" melihat kebutuhan kerja inovatif yang diperluas dengan teknologi ramah lingkungan di tengah meningkatnya permintaan energi di seluruh dunia.

Proyeksi menunjukkan pada 2040, dunia akan memerlukan hingga 30 persen lebih banyak energi dari pada yang dibutuhkan saat ini.

"Inovasi jelas diperlukan untuk atasi persamaan energi/lingkungan. Diperlukan model sosial, ekonomi dan bisnis baru termasuk mempromosikan kota pintar, solusi mobilitas dan informasi lebih baik mengenai dampak berbagai kebijakan energi. Pada akhirnya kita harus memastikan solusi untuk tantangan energi kita sesuai dengan kebutuhan lokal tidak timbulkan gangguan tambahan dan mengurangi ketidaksetaraan," ujar Direktur Eksekutif INSEAD Bruno Lanvin.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.