Sukses

Upah Buruh Tani sampai PRT Naik di April, Berapa Besarnya?

Upah buruh tani, buruh bangunan, sampai buruh PRT mengalami kenaikan di April 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah nominal harian buruh tani nasional pada April 2018 naik sebesar 0,52 persen dibanding Maret 2018, yakni dari Rp 51.598 menjadi Rp 51.864 per hari. Adapun upah buruh tani secara riil naik sebesar 0,48 persen dibanding Maret 2018, yaitu dari Rp 37.602 menjadi Rp 37.781 per hari. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, untuk upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada April 2018 mengalami kenaikan 0,12 persen dari Rp 85.880 menjadi Rp 85.983 per hari. Upah riil mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen, yaitu dari Rp 64.776 menjadi Rp 64.791.

Sementara, untuk rata-rata upah buruh potong rambut wanita per kepala April 2018 dibanding Maret 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen, yaitu Rp 26.729 menjadi Rp 26.755. Adapun upah rill April 2018 dibanding Maret 2018 stabil sebesar 0,00 persen, yaitu dari Rp 20.160 menjadi 20.161.

Selain itu, upah nominal pembantu rumah tangga (PRT) per bulan pada April 2018 dibanding Maret 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen, yaitu dari Rp 329.103 menjadi Rp 392.535. Sementara, upah PRT riil April 2018 dibanding Maret 2018 naik sebesar 0,01 persen, yaitu dari Rp 295.748 menjadi Rp 295.784.

Sebagai informasi, upah nominal buruh atau pekerja adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan.

Upah buruh atau pekerja secara riil menggambarkan daya beli dari pendapatan atau upah yang diterima buruh atau pekerja. Upah riil adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Alami Defisit Perdagangan USD 1,6 Miliar pada April

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Hal ini dipicu oleh defisit sektor migas USD 1,13 miliar dan nonmigas sebesar USD 0,50 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan defisit ini terjadi di luar ekspetasi. Sebab, neraca perdagangan pada Maret 2018 sempat mengalami surplus USD 1,09 miliar. Dia menuturkan, defisit ini karena ada peningkatan impor yang sangat tinggi. 

"Saya kira ini yang perlu jadikan perhatian defisit dari migas dan juga nonmigas," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Suhariyanto mengatakan, impor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,77 miliar atau naik 12,68 persen dibanding Maret 2018. Sementara jika dibanding April 2017 meningkat 36,69 persen.

"Impor migas April 2018 mencapai USD 2,32 miliar atau naik 40,89 persen dibanding Maret 2018, dan naik 40,89 persen dibanding April 2017," tutur dia.

Sementara, nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai USD 14,47 miliar atau turun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018, yakni sebesar USD 15,58 miliar. Jika dibandingkan April 2017 juga meningkat 9,01 persen.

Ekspor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,28 miliar, turun 6,8 persen dibanding Maret 2018, yakni sebesar USD 14,25 miliar. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas April 2017 naik 8,55 persen.

"Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2018 mencapai USD 58,74 miliar atau meningkat 8,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 53,30 miliar atau meningkat 9,27 persen," ujar Suhariyanto.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.